S2. - 31. Mesin Jahit

1.1K 121 0
                                    

Reyhan yang baru saja keluar dari kamar mandi kembali menuju kamarnya, ya ini bukanlah di rumah mereka yang kamar mandinya berada di dalam kamar.

Perlahan dia menatap ke wajah istrinya yang masih tertidur pulas ada rasa tak tega membangunkan istrinya yang terlihat sangat kelelahan karena ulahnya, tapi semalam Dinda sudah berjanji akan menemani Reyhan salat tahajud.

Mulai malam ini Reyhan bertekad akan membangunkan istrinya untuk melaksanakan salat tahajud berjamaah karena dia teringat akan hadis Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang berbunyi,

وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : (( رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ ، فَصَلَّى وَأيْقَظَ امْرَأَتَهُ ، فَإنْ أبَتْ نَضَحَ في وَجْهِهَا المَاءَ ، رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ ، فَصَلَّتْ وَأيْقَظَتْ زَوْجَهَا ، فَإن أبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ المَاءَ )) رواه أَبُو داود بإسناد صحيح

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah merahmati seorang lelaki yang bangun pada malam hari, lalu ia salat dan membangunkan istrinya. Jika istrinya menolak, ia memercikkan air pada wajahnya. Allah merahmati seorang perempuan yang bangun pada malam hari, lalu ia salat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya menolak, ia memercikkan air pada wajahnya.” (HR. Abu Daud)

Reyhan terus berusaha membangunkan sang istri dengan mengelus-elus rambut hitam milik istrinya “Din.. sayang.. bangun yuk, salat tahajud!”

“Em!” hanya deheman yang dia terima dari sang kekasih membuat Reyhan berniat menjahilinya, dengan menghujani wajah Dinda dengan kecupan. Karena dia tau Dinda pasti akan mengomel atas perbuatannya.

Nyatanya istri kecilnya ini belum juga tersadar dari mimpi indahnya. “Sayang ayo bangun.. kamu harus mandi dulu setelah itu kita salat tahajud berjamaah,” ucap Reyhan sambil terus sedikit mengguncang bahu Dinda.

“Sekarang jam berapa Mas?” Akhirnya satu bertanya lolos dari mulut Dinda pertanda dia sedang berupaya mengumpulkan nyawanya, walau matanya masih tertutup rapat.

“Sudah jam tiga, tapi kamu kan belum mandi, ayo banyun dulu sayang, setelah itu kita salat tahajud berjamaah,” ajak Reyhan yang masih setia menunggu istrinya.

“Mas sudah mandi?” Tanyanya kembali dengan tangan yang mengusap-ngusap kedua matanya seperti ciri khas anak kecil yang baru bangun tidur.

“Makanya di buka dulu matanya sayang, masa mas sudah ganteng seperti ini dibilang belum mandi,” ujar Reyhan penuh percaya diri sambil memegang dagu dinda agar akan menatapnya.

“Iya iya suamiku emang panggil ganteng, ya sudah Dinda mandi dulu ya tapi Mas tunggu Dinda,” Katanya sambil menjawil pipi Reyhan.

“Pasti sayang, tapi kamu jangan lama ya.”

“Iya insya Allah, Mas.” Dan tak lupa mengecup singkat pipi suaminya sebelum kemudian dia bergegas meninggalkan kamarnya menuju kamar mandi, walau badannya terasa remuk tapi dia berusaha bangkit dari tidurnya, dia tidak ingin membuat Reyhan kecewa.

Selesai mandi dia menggunakan mukenanya dan duduk di samping Reyhan seraya memeluknya dari samping, tentu itu membuat Reyhan yang sedari tadi membaca Al-Quran terkejut melihat kelakuan sang istri.

“Dinda sudah siap ayo Mas kita salat!” Ajak Dinda menatap wajah Reyhan.  Mereka pun melaksanakan salat tahajud berjamaah di kamar yang telah menjadi saksi bersatunya Dalam ibadah yang halal.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang