S2. - 26. Hadiah

1.6K 143 21
                                    

"Wanita dalam Islam itu
bak ratu diistana mewah, tidak ada yang boleh sembarang melihatnya apa lagi menyentuhnya"

From GARIS TAKDIR
by @dzikrasiah

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Pagi menjelang, matahari tampak sudah muncul dari tampar persembunyiannya, tersenyum indah menyambut suka cita seluruh makhluk hidup.

Sinar mentari itu menembus kedua kelopak mata yang masih terpejam itu, Dinda berusaha meraba kasur mencari sosok yang sedari malam menemaninya tidur, perlahan dinda mulai membuka matanya, melihat sekeliling, tidak ada siapa pun.

Ke mana Mas Reyhan? Pikirnya.

Dia pun meraih ponsel yang berada di atas nakas. Untuk mengetahui waktu. Matanya terbelalak kaget saat melihat jam sudah pukul 6 tepat.

Dia langsung bangun dari posisi nyamannya itu, walau badannya masih sedikit sakit mengingat kemarin dia harus menyambut para tamu yang terus berdatangan seakan dia tidak diperbolehkan untuk sekedar istirahat kecuali waktu salat. Dan ssyukunya ketika itu dia sedang ada tamu bulan yang menyebabkannya tak perlu lagi repot-repot menghapus make-up dan memakainya lagi setelah seusai salat.

Dinda hanya bisa menepuk keningnya dan beristigfar berkali kali bisa-bisanya dia bangun telat di hari pertamanya setelah secara resmi secara negara menjadi istri dari Muhammad Haikal Reyhan. Entah apa kata keluarga besarnya nanti?

Dia segera bergegas ke kamar mandi, Sebelumnya tak lupa dia mengambil pakaian ganti dan segera menuju ke kamar mandi.

Tunggu dulu. Ada satu hal yang tertinggal? Aku menepuk keningku bisa-bisanya aku lupa membawa pembalutku. Bagaimana ini? Apa aku meminta tolong kepada mas Reyhan saja ya? Apa dia sudah pulang? Pikirnya.

“Mas.. Mas.. tolongin aku?! Kamu ada di luar enggak?” Teriaknya dari dalam kamar mandi

Hening, Nihil sepertinya orang yang dia maksud belum kembali.

Dengan berat hati dan banyak pertimbangan dia putuskan untuk keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang dililitkan untuk menutupi tubuhnya dari dada hingga atas lutut. Berharap Reyhan tidak ada di sini, sehingga tidak melihatnya.

Dengan gerakan cepat kilat dia segera meraih roti Jepang itu, bergegas kembali menuju kamar mandi sebelum Reyhan benar-benar melihat adegan seperti ini.

Syukurlah! Batinnya.

Setelah keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk di rambut, dia terbelalak kaget mendapatinya yang sedang duduk bersila di sofa. Kapan dia datang?

“Astagfirullah Al-Azim. Mas kapan kamu sampai?” periknya dengan suara nyaring, karena dia sangat terkejut dengan kehadiran suaminya yang sangat tiba-tiba menurutnya.

Padahal suaminya sudah ada di sana sedari tadi dan telah menyaksikan semuanya.

“Dari tadi,” ucap Reyhan yang tampak biasa saja sambil membuka dua kotak bubur di depannya.

“Tadi kapan? Terus kenapa tadi gak ngebangunin aku? kan aku jadi kesiangan!” gerutu Dinda, sambil berusaha menormalkan jantungnya yang sudah tidak karuan.

Semoga dia tadi tidak melihatku. Batin Dinda.

“Saya tahu kamu lagi halangan jadi saya memang sengaja tidak membangunkan kamu, karena saya tahu kamu pasti sangat kelelahan akibat kemarin. Sudahlah sekarang kamu makan, nanti keburu dingin.” papar Reyhan, ya ketika ingin membangunkan istrinya itu terpancar wajah lelah namun tetap cantik di matanya.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang