S1. - 20. Mimpi Yang Aneh

1.6K 175 19
                                    

Malam pun berlalu, Zahra sudah dapat memahami kondisiku, dan dia berjanji akan merahasiakan ini dari teman-teman yang lain. Dan sekarang di sini, entah di mana aku berada sekarang,

"Di mana aku? Tempat yang indah." Lirihku sambil menghirup udara segar sambil memandangi sekelilingku seperti di taman yang sangat indah dan lihat, aku menggunakan gaun putih, gaun yang amat cantik. Rasanya aku benar-benar seperti bidadari, Ah, apa selama ini khayalanku terlalu tinggi?

"Jikalau ini hanyalah sebuah mimpi biarkan aku menikmatinya, Ya Allah." Aku menelusuri jalan selagi memandangi pekarangan bunga mawar berwarna-warni kanan dan kiriku, sungguh aku belum pernah melihat ada bunga secantik ini di mana pun.

Namun tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang, betapa terkejutnya aku saat mendapati suamiku di belakangku. Mas Reyhan terus memelukku erat seakan tak ingin ditinggalkan olehku, tapi memangnya aku mau pergi ke mana?

"Mas?" aku berusaha melepaskan pelukannya.

"Sebentar saja sayang, tetaplah seperti ini, aku merindukanmu," lirihnya yang malah meletakkan kepalanya di bahuku, hingga hijabku terasa basah dengan air matanya. Aneh bukan? Akubtak pernah melihatnya meneteskan air mata sedikit pun, tapi kenapa dengan ini?

"Mas, kamu kenapa?"

"Din, jangan pergi!" katanya yang terus mengeratkan pelukannya, membuatku mengelus halus punggung tangannya yang terasa hangat, tidak dengan tanganku yang terasa dingin.

"Mas mau terus sama kamu," katanya dan membalikkan badanku, aku membelai dan menatap wajahnya yang semakin mengurus. Entah kenapa, rasanya lidahku kilu untuk menjawabnya, hanya kupandangi wajah tampannya itu, ada rasa sedih dalam diriku ketika menatapnya.

Kami terus saling tatap tanpa ada yang bersuara, hingga Mas Reyhan kembali memelukku erat, dan saat itu aku melihat ada seorang wanita cantik di belakangnya memandang sayu ke arah kami membuat aku melepaskan pelukan kami. Selanjutnya hanya ada saling tatap tanpa ada yang bersuara. Tangan Mas Reyhan terus menjulur ke arahku, tapi semakin mendekat, kami malah semakin jauh, wanita itu menggenggam tangan suamiku, seakan mengajaknya pergi, bukankah harusnya hati ini sakit? Tapi aku malah tersenyum, hatiku sakit bukan karena perilaku wanita itu, tapi aku sangat tak tega meninggalkan suamiku dalam keadaan yang menyedihkan seperti itu, hingga air mataku terus menetes.

"Al, Alya.. bangun Ay!" mendengar suara itu, membuatku membuka mataku menatap sekeliling, ternya aku masih di tepat kemarin, kenapa rasanya aku ingin kembali ke tempat yang tadi?

"Gimana Al keadaan kamu sekarang?" tanya Zahra.

"Alhamdulillah lebih membaik Ra,"

"Kamu kenapa? Habis mimpi buruk ya?"

"Aku enggak tau ... tapi rasanya begitu nyata Ra, aku takut."

Zahra pun memelukku, "Mimpi buruk itu datangnya dari syaitan, jadi kamu jangan takut." Aku pun mengangguk setuju.

"Assalamualaikum, Alyaa!" ucap Haura dengan napas memburu-buru.

"Ada apa Hau?" Tanyaku.

"Dari kemarin ada yang telepon kamu terus tapi nomornya enggak di kenal aku gak berani ngangkat" ucapnya sambil memberikan ponselku

"Siapa Hau? Coba sini aku lihat!" aku mengambil ponselku dan mengeceknya, namun betapa terkejutnya aku saat mendapati nomor asing, "Ini +966 bukan +62 Berarti bukan dari Indonesia," jelasku.

Atau jangan-jangan ini nomornya Mas Reyhan mungkin? Batinku.

"Dari tadi malam 10 kali telepon, dan tadi barusan udah 5 kali ... aku jadi bingung harus apa?"

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang