S1. - 04. Tidur Panjang

3.8K 307 4
                                    

Jangan lupa pencet tombol bintang 🌟 sebelum baca 😚

🕊️🕊️🕊️

"Tidak ada yang perlu disesali
karena ini semua sudah menjadi
garis takdir sang Illahi".


From GARIS TAKDIR
By @dzikrasiah

🕊️🕊️🕊️

Pagi menjelang..

"Din.. Dinda.. Bangun yuk! Sudah Subuh.."

Samar-samar aku mendengar seperti ada yang memanggil namaku dan Seperti ada yang memainkan pangkal hidungku. Yang membuatku sangat terusik.

"Em.. Sebentar lagi ... Aku masih ngantuk! Memangnya sekarang jam berapa?" Rajukku dengan keadaan mata yang masih tertutup rapat, sambil menarik sesuatu di depanku lalu kudekap erat dan terasa sangat nyaman. Siapa sih, yang tega membangunku dari alam mimpi? Orang itu melakukan hal yang sama berulang kali dan aku tetap tidak menggubrisnya dan memilih melanjutkan tidur cantikku.

"Ayo bangun dulu, salat Subuh. Sudah masuk waktu salat Subuh Din!" Serunya lagi dan lagi. kukira dia adalah Zahra, karena Zahra yang selalu membangunkanku di waktu Subuh.

"Sebentar lagi, 5 menit ... saja! Buat mengumpuli nyawa dulu Ra!" jawabku setengah sadar kepada orang yang kuanggap Zahra.

"Iya tapi lepas dulu dong ... saya mau ke masjid nanti saya telat." Nada itu masih terdengar lembut dan menenangkan di telingaku sehingga aku semakin mengeratkan pelukanku kepada benda yang kukira guling yang ternyaman yang pernah aku temui, apakah guling di setiap hotel akan senyaman ini?

"Ya sudah tinggal berangkat aja, nanti Dinda bangun beneran Ra!"

Tidak mendapatkan jawab dari sang lawan bicara, yang kudapatkan hanyalah cubitan dipangkal hidungku dan kedua pipiku.

"Aww.. sakit! Lepasin ada apasih?"

"Makanya buka dulu mata kamu."

Aku sedikit membuka mataku, dan sedikit menonggokkan kepalaku melihat ke atas. Kali ini mataku membulat sempurna, Apa yang sedang kulakukan? Sejak kapan posisinya menjadi seperti ini? Aku spontan langsung mendorong sosok yang sedari tadi kudekap erat. Sampai terdengar suara rintihan.

"Ma-maaf Mas." Bagaimana bisa aku seceroboh ini, dan bisa-bisanya aku lupa kalau aku tidur dengannya?

"Iya, Tidak papa.. dilanjut nanti juga boleh, tapi sekarang saya mau ke masjid dulu.."

Blush!!

Wajahku mulai tak terkontrol. Ah.. aku malu sekali rasanya ... Aku langsung menutupi tubuhku dengan selimut tebal dan menutup wajah ku dengan bantal.

Tak lama dia keluar dari kamar mandi, "Hei.. kok tidur lagi? Ayo salat Subuh dulu.." Dia menarik paksa selimutku dan menarik tubuhku perlahan untuk berganti ke posisi duduk.

"Mataku terlalu berat Mas untuk dibuka," keluhku.

"Tapi sekarang bangun dulu ... saya udah siap, loh! Atau mau saya gendong hingga ke—“

"Enggak usah! aku itu berat loh!" jawabku memperingatinya dan berupaya duduk walau dengan mata sedikit terpejam. Tunggu ... Kenapa tiba-tiba tubuhku seperti melayang? Refleks aku langsung membuka mataku. Dan langsung mengaitkan tanganku di lehernya.

"Ih.. iya-iya aku bangun.. tapi turunin dulu." Dia pun menuruniku tepat di depan pintu kamar mandi, aku langsung masuk kamar mandi dan menutup pintunya dan kemudian memegang dadaku yang sekarang sedang sangat berdegup kencang, Alhamdulillah jantungku masih selamat!

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang