S1. - 16. Sebuah Kecelakaan

1.6K 157 7
                                    

⚠️Tahan hati, tahan emosi😂
Jangan lupa spam komen dan vote untuk kisah mereka ❤️

🕊️🕊️🕊️

"Ingatlah suami itu ibarat raja yang harus selalu dimuliakan. dan istri itu ibarat ratu yang harus selalu dijaga penuh dengan kelembutan dan kasih sayang."

🕊️🕊️🕊️

Hari-hariku berjalan seperti biasa, setiap hari Ahad aku biasanya menelepon Mas Reyhan walau hanya sekedar menanyakan kabar dan menceritakan banyak hal.

Hingga pada akhir Maret yang menjawab teleponku bukanlah Mas Reyhan..

Aku meneleponnya berkali-kali, dengan penuh harapan dia akan menjawab panggilan dariku.

Saat aku sudah hampir pasrah, kuniatkan dalam hatiku bahwa ini adalah yang terakhir..

Tuut.. tuutt..

Diangkat!?

"Assalamualaikum, Mas kamu ke mana aja, kok dari tadi gak ngejawab panggilan dari aku?" Tanyaku khawatir karena tidak mendapatkan jawaban dari lawan bicaraku.

"Mas baik-baik aja kan? Atau lagi sakit? Kok diem aja? Mas? Mas Rey? Mas Reyhaaaan.. aku lagi ngomong loh.. kok malah didiemin.. Mas? Ya udah Dinda marah nih.. "

Masih tidak ada jawaban.

"Mas reyhan jangan buat Dinda khawatir dong, senggaknya jawab iya atau enggak"

"Ini masih nyambung kan?! Mas kamu marah sama aku? Kok ngediemin aku? Ya udah kalau marah aku tutup"

Tidak ada suara sama sekali

"Mas Reyhan.. jawab dong.. ya udah Dinda minta maaf.. tapi pliss jawab jangan ngediemin Dinda kaya gini.."

Mataku mulai berkaca-kaca.. aku masih tak mengerti apa maksudnya mendiamkan aku. Harusnya aku yang marah karena meneleponnya tidak diangkat sama sekali bahkan beberapa kali direject.

"Mas.. jawab! Ya udah Dinda tutup mungkin Mas emang marah sama Dinda , dinda minta maaf kalau Dinda banyak salah, assalamualaikum" nadaku sudah mulai melemah depot tepatnya pasrah.

"Tunggu! Maaf sebelumnya saya bukan Reyhan, Saya Salman."

Mas Salman? Oh iya aku ingat dia temannya Mas Reyhan.

"Lalu di mana Mas Reyhan? Em, Mas Haikal?"

"Haikal lagi menemui dokter," jawabnya singkat.

"Apa?! Mas Haikal sakit?" jeritku.

"Bukan, dia hanya menjadi walinya Sarah." Terang mas Salman.

"Mbak Sarah?! Mbak Sarah kenapa, Mas? Memang suaminya ...?" Kenapa harus Mas Reyhan yang menjadi walinya? Bukannya Mbak Sarah sudah memiliki suami?

"Sarah mengalami kecelakaan bersama suaminya seminggu yang lalu," papar mas Salman dari seberang.

"Inalillahi wa innailaihi Raji'un, Mbak Sarah?" Batinku, membuat jantungku berdenyut kencang, "Terus sekarang, bagaimana keadaan Mbak Sarah?" tanyaku panik.

"Sarah baru sadar tadi pagi, sedangkan suaminya masih koma-- Sarah kamu mau ke mana?"

Mas Salman itu berhenti berbicara dan berbicara ke lain arah sepertinya bukan ke arahku. Tapi sambungan telepon ini masih aktif,

"Huek!" Terdengar suara perempuan muntah dari balik telepon.

"Mbak Sarah kenapa Mas?" seruku yang ikut khawatir dengan kondisinya Mbak Sarah.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang