S1. - 01. Siapa Dia Sebenarnya?

5.4K 429 21
                                    

Jangan lupa pencet tombol bintang 🌟 sebelum baca 😚

🕊️🕊️🕊️

" Jangan pernah kau
pakai nama Allah, demi ingin menutupi sebuah kebohongan"

- Adinda Nurul Alyaa -

From GARIS TAKDIR
By @dzikrasiah

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖


Wajah itu mengingatkan aku pada berbulan-bulan sebelum ini ...

Tepatnya pada saat bulan Ramadhan. Saat itu ada aku gadis bercadar yang sedang menunggu keluargaku di tepi masjid seusai salat Tarawih.

Sedari tadi aku merasa ada yang aneh di hatinya ketika mendengarkan bacaan sang imam masjid yang begitu menggetarkan hatiku ketika membaca surat Al-Waqiah. Bacaannya begitu tartil semua makhraj dan tajwidnya tidak ada yang salah dan juga suara merdu yang menjadi pelengkapnya, ditambah penghayatan di setiap hurufnya, membuat banyak jamaah terisak.

Setelah salat para kaum hawa mulai penasaran dengan sosok imam yang sedari tadi mengimami mereka. Sementara aku hanya terdiam, termenung memikirkan bagaimana kehidupannya setelah ini? Bagaimana dahsyatnya hari pembalasan? Apakah akan masuk golongan kanan atau masuk ke dalam golongan kiri seperti yang di jelaskan di dalam Al-Quran?

"Astagfirullah Al-Azim, ampunilah aku ya Ghafar, ya Rahim," batinku bergetar.

Sementara para kaum hawa sebayanya mulai mengintip di balik hijab pembatas mencari sosok yang mereka cari.

"Eh imamnya siapa sih? MasyaAllah banget suaranya?!"

"Itu loh ... yang katanya sebentar lagi mau lulus S2 di Madinah. Aduh.... calon imanku banget!"

"Enggak! Liat aja itu sebentar lagi bakal jadi milik gue! Lo semua jangan kebanyakan mimpi!"

"Enak aja ya enggak bisa gitu, dia bakal jadi milik gue! Titik enggak pake koma! Haha..."

Ya, kurang lebih seperti itu yang percakapan yang berhasil aku dengan dari gadis-gadis sebayaku. Aku hanya dapat menggelengkan kepala sambil membuang nafas kasar. Bukannya tidak kagum, tapi hanya tidak ingin kembali terjerumus yang sama untuk kedua kalinya.

Di tengah keheningan tiba-tiba seseorang memanggil namanya 'Kak Dinda' yang membuatnya berbalik badan. Ternyata Ustazah Nadila yang sedang mendekatinya sembari mengendong seorang bayi perempuan.

"Assalamualaikum Ustazah," sapanya.

"Waalaikumsalam, kamu sendiri Kak?"

Kak? Ya begitulah warga di sini biasa memanggilku dengan sebutan embel-embel "Kak" walaupun nyatanya aku tak setua itu.

"Iya Ustazah, aku lagi tunggu bunda, apa Ustazah lihat bunda?" Tanyaku.

"Oh, tadi bunda kamu masih di dalam mengurusi beberapa urusan pengajian." Aku hanya bisa mengangguk kepala bertanda iya. Sementara Ustazah Nadila menyapu pemandangan orang-orang yang sedari tadi berlalu-lalang.

"Ustazah sedang apa? Kok belum pulang?"

"Saya lagi menunggu adik saya." Dan hanya aku jawab dengan kata; oh.

"Ummi!" seruan suara cempreng ciri khas anak kecil memecahkan keheningan. Dia melambaikan tangannya ke arah kami, dan sedang berada di gendongan seorang laki-laki. Mungkin itu yang dimaksud oleh ustazah Nadila.

Deg!

Di saat itulah jantungku bergetar, sambil menunduk tak berani menatap laki-laki itu.

"Nah! Itu dia adik saya, saya duluan ya Assalamualaikum!"

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang