S2 - 32. Jangan Sentuh Dia!

1.4K 131 3
                                    

Pencet tombol bintang 🌟 nya yuk!
Selamat membaca 🥰

.
.
.

Seminggu kemudian..

Kisah cinta kedua insan ini semakin membara, saling menguatkan dan menghangatkan satu sama lain. Dan sekarang keduanya sedang berjalan diatas lembutnya butiran pasir yang berwarna seperti warna kesukaan wanita bercadar yang sekarang sedang menyenderkan kepalanya dibahu sang pangeran tampan pujaan hatinya. Sambil menyelusuri ombak ombak kecil dibibir pantai.

Sungguh majalani balutan cinta bersama kekasih halal itu lebih indah dan tentram segala aktifitas yang sebelumnya terlarang sekarang menjadi ibadah yang sangat indah.

Sungguh majalani balutan cinta bersama kekasih halal itu lebih indah dan tentram segala aktifitas yang sebelumnya terlarang sekarang menjadi ibadah yang sangat indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MasyaAllah, Laa illaha illa Allah.. wa Allahu Akbar.. sungguh indah ciptaan Allah ya Mas,” Dinda terus memuji dan terkagum-kagum atas ciptaan Sang maha kuasa, lagi maha pencipta yang begitu indah, pandangan seperti terhipnotis oleh hamparan pasir merah muda dan tarian dari ombak yang sesekali menabrak batu karang menjadi sensasi tersendiri untuk wanita satu ini, yang mana dirinya menyebut baru pertama kali melihat semua ini secara langsung membuat senyum manis itu tak akan lelah untuk selalu terukir indah di balik selembar kain yang berwana senada dengan butiran pasir di bawahnya.

“Iya sayang kamu benar, ini begitu indah seperti wanita yang ada di samping saya ini," sekarang Dinda sudah mulai terbiasa dengan panggilan baru dari sang pujaan hatinya, siapa lagi kalau bukan dari Muhammad Haikal Reyhan. Yang selalu bisa membuat kedua pipinya menjadi merah merona.

“Gombal!” Dinda memukul lengan Reyhan yang membuat Reyhan terkekeh.

Setelah berjalan-jalan membuat mereka sedikit kelelahan hingga Reyhan berinisiatif untuk membeli buah kelapa muda.

“Sayang kita ke sana dulu yuk, sepertinya di sana ada yang jual es kelapa muda, mau?”

“Mau, Tapi aku ingin ke toilet Mas,” jawab Dinda.

“Toiletnya di sebelah sana, kamu mau sendiri atau mas temani?”

“Gak papa aku sendiri aja, biar cepat Mas.”

“Benar, kamu tidak papa sendiri?” Reyhan berusaha meyakinkan istrinya.

“Gak papa.”

“Tapi setelah itu kamu langsung ke sana ya Mas tunggu.”

“Oke Mas.”

“Hati-hati ya sayang.”

“Mas juga,” mereka pun saling berjalan berlawanan.

Dinda yang masih menyelusuri pasir merah muda ini ada beberapa orang yang terlihat lalu lalang bersama kekasihnya atau sekelompok orang yang sedang bersenda gurau menikmati liburan panjangnya. Tak sedikit juga terdapat turis asing yang sedang berjemur di bawah teriknya mentari Indonesia.

Tak menunggu berapa lama langkah Dinda terhenti, dia merasa ada yang aneh dengan dirinya, dia lihat ke arah samping kanan dan kirinya, dia baru mulai menyadari bahwa tidak sosok Reyhan yang sedari tadi menemaninya.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang