Jangan lupa pencet tombol bintang 🌟, kalau sampai 50 bintang dari kalian.. insyaaAllah aku langsung Up!
🕊️🕊️🕊️
Pandangan mata Reyhan terus menyapu di antara tamu undangan yang tak terlalu banyak, karena dari awal pernikahan ini memang hanya akan dihadiri oleh kerabat dekat dan rekan bisnis penting sang Papa calon mertua.
Sudah satu jam calon pengantin pria ini berdiri di depan pintu masuk hotel di daerah puncak, benar saja ternyata mereka memang akan melangsungkan pernikahan di daerah tersebut, yang menempuh perjalanan selama tiga jam lebih, dan sekarang lebih tepatnya mereka sedang berada di salah satu hotel bintang lima milik Ahmad.
Reyhan berharap akan menjadi orang pertama yang menyambut sang bidadari turun dari mobilnya. Nyatanya satu jam berdiam diri hanya sambil berdiri tidak membuahkan hasil, tubuhnya mulai panas dingin. Hatinya dan pikirannya mulai muncul perasaan tidak enak.
"Haikal ayo masuk, itu penghulu nya sudah datang." Ajak Dewi, Lembut sekali bicaranya sang biang keladi, seakan dia tak tau menahu tentang hal yang sebenarnya terjadi.
"Haikal lagi nunggu Dinda dulu mah, kok sampai sekarang belum tiba ya? Padahal--" belum sempat Reyhan melanjutkan bicaranya, suara nyaring perempuan sukses membuat reyhan berbalik arah menghadap sumber suara,
"REYHAN!!" Dan naasnya satu tamparan panas mendarat tepat di pipi kanannya,
Plak!
"Bun.. bunda??" Reyhan terbelanga sambil memegangi pipi kirinya yang sebenarnya tak terlalu sakit tapi dia sangat terkejut dengan kehadiran mertuanya yang tiba-tiba datang menampar pipinya.
"Apa-apaan kamu tiba-tiba menampar pipi calon menantu saya?" Seru Dewi tak terima.
"Diam kamu, urusan saya sama dia sekarang! Dan kamu! masih berani kamu panggil saya bunda setelah kamu sakiti hati anak saya!" Ujar Risa menggebu-gebukan amarahnya, dia sangat tidak terima anaknya harus di madu di saat sedang hamil besar.
"Ya sudah saya pergi, oh ya jangan lama-lama kasihan anak saya sudah menunggu di dalam." Ucap sinis Dewi ke arah Risa.
Selang Dewi pergi meninggalkan mereka berdua, Risa kembali mengutarakan maksudnya,
"Di mana Dinda sekarang?!" Berantak Risa ke arah Reyhan. Belum lagi dari tadi dia menelepon sang anak tapi tidak dijawab jawab, membuat Risa sangat khawatir.
"Astagfirullah Al-Azim,, bunda! Apa-apaan kamu, bagai manapun nak Reyhan ini tetap menantu kita." Romi yang baru saja tiba setelah memarkirkan mobilnya sangat terkejut dengan tingkah laku sang istri.
"Ayah jangan belain dia terus deh, harusnya ayah juga dari awal gak usah langsung percaya dengan rayuannya dia! Yang katanya mau menerima kekurangan anak kita ... dan mau bertanggung jawab! Nyatanya apa yah?" Masih dengan nada kesal, Risa mengeluarkan uneg-uneg nya, dia benar-benar tidak terima anak perempuan satu-satunya, kesayangan disakiti oleh seorang pria yang tak lain adalah suaminya sendiri.
"Rey.. maaf kan bunda ya.. dia hanya sedang terbawa emosi.. stt.. sudah bund.. nanti anak kita lihat.." Romi langsung memeluk Risa untuk meredam emosinya. Dan meminta maaf atas nama yang istri.
"Oh iya Rey, Dinda mana?" Tanya ayah yang berusaha berpikir dingin dia tau pasti ada alasan dibalik kejadian ini.
"Reyhan, juga lagi nunggu Dinda Yah." Lirih Reyhan sambil tertunduk.
"Apa?? Kamu tinggalkan dia sendiri? Tega, kamu! Kamu harus ingat walaupun anak saya itu tidak sempurna setidaknya dia selalu berubah sempurna untukmu!" bentak Risa di setiap katanya. Dan dia kembali melanjutkan amarahnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir Adinda (END) ✓
RomanceTELAH TERBIT!! Novel Fiksi Romantis-spiritual ⚠️JANGAN BACA KALAU HANYA MEMBUATMU LALAI!! Al-Qur'an sebaik-baiknya bacaan 🙏 Tiba-tiba dijemput pria asing dan mengaku sebagai mahramnya? Siapa dia? "Tentang keikhlasan, kesabaran dan pengorbanan" seor...