S1. - 12. Cemburu?

2K 180 5
                                    

Jangan lupa pencet tombol bintang 🌟 sebelum baca 😚

🕊️🕊️🕊️

"Kita harus yakin,
diiringi ikhtiar dan tawakal, percayalah doa dapat mengubah
garis takdir!"

-Adinda Nurul Alyaa-

From GARIS TAKDIR
by @dzikrasiah

🕊️🕊️🕊️

Aku masih belum bisa memejamkan mataku padahal jam sudah menunjukkan pukul 3 setelah terbangun karena suara dentuman petir itu, mungkin keadaan langit mulai membaik tapi tidak dengan diriku suasana hatiku masih buruk, hanya iringan zikir yang dapat sedikit menahan rasa takut ini aku jadi teringat ketika mas Reyhan selalu mengingatkanku untuk membaca doa ketika mendengar halilintar.

Hatiku begitu gundah mengingat kondisi Mas Reyhan yang sedang berada di pesawat dalam kondisi langit yang tidak bersahabat.

Aku mulai bangkit dari tempat tidurku dan bersiap melaksanakan salat qiamulail. Aku melakukan sujud yang sangat panjang memohon ampun kepada Allah Taala, meminta agar diberi ketenangan hati dan memohon perlindungan untuk seluruh keluargaku terkhusus untuk mas Reyhan yang sedang berada di perjalanan agar Allah menjauhkannya dari segala macam bahaya.

Selesai salat, aku melihat ke arah ponselku, tidak ada satu pun pesan masuk dari mas Reyhan. Bahkan nomor teleponnya saja aku tidak tahu. Bagaimana bisa aku menghubunginya. Atau mungkin dia masih berada di pesawat? Pikirku.

"Ya Allah jagalah dia  di mana pun dia berada,"

Tiba-tiba rasa kantuk ini akhirnya kembali menyerangku, aku berdoa semoga Allah membangunkanku di waktu subuh

Aku meraba ke arah ponselku, karena dari tadi terdengar suara yang membuat telingaku bising, tanpa melihatnya aku memperkirakan ini adalah bunda yang berusaha membangunkanku karena malas naik ke lantai atas.

"Iya Bun, Dinda udah bangun," suaraku yang masih melayang

"Saya bukan bunda kamu!" Suara bariton itu mampu membuat mataku terbuka seketika.

"Astagfirullah Al-Azim!"

Spontan aku langsung menutup sambungan telepon seluler, suara laki-laki? siapa? Pikirku.

Aku kembali mengucapkan istigfar ketika kumelihat sudah tepat pukul lima. Mungkin aku telat bangun subuh karena semalam terus memikirkan Mas Reyhan.

Dan benar saja, seusai salat Subuh aku langsung mengecek ponselku dan tercengang dengan 10 panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dikenal.

Aku menepuk kepalaku, karena baru sadar, sepertinya ini nomornya Mas Reyhan. Bisa bisanya aku ceroboh. Aku bergegas melaksanakan salat Subuh dan kembali meraih ponselku, aku mencoba menghubunginya, nihil tidak ada Jawaban, hanya ada suara operator,

"Bahwa nomor yang anda hubungi sedang berada dipanggil lain, coba hubungi beberapa saat lagi."

Aku menghelakan napas kasar dan memutuskan sambungan,

"Memang salahku juga sih tidak mengangkatnya langsung." keluhku pada diriku sendiri.

Aku jadi menyalahkan diri sendiri. Aku turun ke bawah melihat ke arah bunda yang sedang mengangkat telepon, aku tak peduli apa yang sedang bunda kerjakan yang terpenting sekarang aku dapat memeluknya dari belakang, karena sudah lama aku sangat merindukan bunda.

"Ini dia istri kamu baru bangun, ini lagi bersandar di pundak Bunda."

ucap bunda membuatku mengerutkan keningku, dengan siapa bunda sedang berbicara? batinku.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang