S1. - 10. Pra Perpisahan

2K 201 2
                                    

Jangan lupa pencet tombol bintang 🌟 sebelum baca 😚 terima kasih udah baca ❤️

🕊️🕊️🕊️

"Ketika waktu bisa mempertemukan kita dengan seribu cara maka waktupun bisa memisahkan kita hanya dengan satu cara."

From GARIS TAKDIR
By @Dzikrasiah

🕊️🕊️🕊️

“Mbak Maryam!?” Ucapku kaget, sampai Mas Reyhan mengerutkan keningnya.

“Eh.. iya, tapi maaf.. kamu siapa ya?” Tanyanya lalu duduk di depanku sambil menggendong salah satu bayinya.

“Dia istrinya Haikal,” jawab suaminya mewakili.

“Aku Dinda Mbak. Ingat?” ucapku berusaha meyakinkannya.

Di pondokku sangat jarang yang memanggilku Dinda dan Mbak Maryam salah satunya. Beliau adalah seorang ustazah pembimbing kamarku yang selalu memberikan motivasi dan dukung kepadaku. Karena beliaulah aku terobsesi memilik putri bernama Maryam.

Sampai di mana Mbak Maryam harus pindah karena sudah menikah, membuatku sangat sedih dan aku ingat sekarang tentang Mas Ridwan, pantas aku seperti tidak asing dengannya.

“Ya Allah, Dinda!? Masya Allah, maafkan Mbak ya Sayang. Terkadang Mbak memang agak sulit mengenali orang kalau sedang pakai cadar.”

“Iya Mbak, enggak papa.”

“Kamu kenal Din?” bisik Mas Reyhan yang sedang duduk di sebelahku.

“Ini Ustazah kamar aku dulu Mas,” balasku.

“Masya Allah, Dunia ini sempit ya Pa. Kalian pengantin baru ya? mau coba gendong enggak? Siapa tau nanti langsung nyusul.” Mbak Maryam dan menyerahkan bayinya ke arahku, dan bayi Mas Ridwan ke arah Mas Reyhan.

“Aku enggak bisa gendong bayi Mbak,” gumamku masa aku harus bicara seperti itu? Mau di taruh di mana harga diriku depan Mas Reyhan.

“Kenapa? Oya, kamu kan dulu enggak suka anak kecil Din, Mbak enggak sangka kamu udah mau jadi calon ibu saja.”

“Ih.. Mbak enggak boleh gitu. Sini biar aku gendong.” Aku mengambil bayi tampan itu dari dekapan ibunya.

“Awas pelan-pelan ... hati-hati kepalanya masih lunak,” jelas karena bayi ini baru saja keluar seminggu yang lalu, begitulah pemaparan Mas Reyhan sewaktu di motor.

“Nih Kal, kamu juga harus belajar jadi ayah.” Sedangkan Mas Reyhan mengambil bayi satunya dari pangkuan ayahnya.

“Namanya siapa Mbak?” Ucapku

“Naffa dan Nuffa, Tante,” jawab Mbak Maryam dengan meniru suara anak kecil

“Masya Allah jadi pengen punya anak kembar!” lontarku dan mencium gemas kedua pipi anak itu bergantian.

Tanpa tersadar semua mata menyorongkan ke arahku yang sedang asyik dengan kedua bayi lucu ini. “Kenapa pada melihat ke arahku seperti itu? Ups?! Aku enggak salah bicarakan?” batinku.

“Haha.. Dinda.., kamu masih aja kaya dulu. Tapi wajar kok Din, kalau udah nikah itu pasti pengen cepet-cepet punya keturunan, biar rumah enggak sepi. Ya enggak Pa?” ucap Mbak Maryam sambil menyiku lengan suaminya

“Kamu jangan menggoda mereka Yang.”

Tiba-tiba bayi Nuffa yang digendong mas Reyhan menangis.

“Mas, sepertinya dia tidak mau sama kamu,” aku menyindir halus Mas Reyhan sambil terkekeh kecil.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang