S2. - 33. BENCI?!

1.2K 91 2
                                    

Jika terdapat kata-kata kasar dan tidak pantas! Harap untuk tidak menirunya!

...

Saat ini aku sedang berdiri dengan pria yang tak begitu jauh dariku, tatapannya masih saja fokus ke arah panggung yang sedang dirakit oleh beberapa tukang, Sebenarnya tadi aku ditemani Salma, tapi saat ini Salma sedang ke toilet untuk membuang hajatnya. Aku merasa dia sesekali melirik ke arahku, membuat detupan jantung ku tidak terkendali.

“Nama lu siapa?” Tanyanya memecahkan keheningan dan antara kita, kenapa Aku merasa ada sesuatu yang aneh dalam hatiku, perasaan apa ini? Padahal dia hanya menanyakan namaku? Ah.. Tapi apa mungkin dia tidak tahu namaku? Aneh!

“Alyaa” singkatku, karena sebenarnya aku tipe wanita yang tidak suka berbasa-basi dengan pria asing dan Aku terus berusaha fokus menghadap depan.

“Gue Farhan, Farhan Haikal Ramadhan!” Dia menyebutkan namanya sambil menoleh ke arahku seketika membuat ada sesuatu yang aneh di dadaku kembali hadir.

“Bukannya Farhan di angkatan lu ada dua, gue panggilnya Haikal aja gimana?” Aku berusaha terus meyakinkan hatiku Aku terus berusa menetralkan kondisi jantungku.

“Oke gak masalah, jadi udah sampai mana persiapan di akhwat?” Tuh kan ini hanya sebatas rekan kerja, tidak lebih. Jangan berharap lebih Dinda! Lagi-lagi aku terus meyakinkan hatiku.

“Alhamdulillah sudah mulai sebar undangan dan menyiapkan beberapa yang terpenting” ketika aku menerangkan kepadanya dia hanya membalas dengan anggukan dan senyuman yang tambah membuat hatiku menjadi bertambah tak karuan.

Mulai saat itulah, aku terus mendoakannya agar perasaan ini dapat menjadi halal. Di setiap doaku akan kuselipkan namanya.

Berhari hari, berbulan bulan pun berlalu dihati ini masih terukir indah namanya, sampai suatu ketika ...

Kehadiran Zahra yang tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku, “Ay, kamu tau gak berita yang lagi viral di sekolah?” Tanyanya dengan nada yang sangat panik.

“Apa ... ?” Tanyaku santai sambil masih fokus menggenggam bolpoin hitam untuk menandatangani terhadap setumpuk proposal pengajuan dana untuk peduli amal yang telak kurencanakan akan disebar ke berbagai donatur.

“Si Farhan udah nyebarin hoax aku takut gak ada yang mau jadi donatur kita.” pernyataan sontak membuat ku hampil membuat garis hitam panjang di lembar pengesahan ini.

“Apa?! Kok bisa?” Sentakku, terlebih Mendengar namanya membuat ku menjadi tambah penasaran. Apa yang terjadi?!

“Terus katanya dia juga bilang kalau kamu itu cuman_”

“Cuman apa?”

“Mending sekarang kamu ikut sama aku, kita tanya ke Fira yang sebenarnya terjadi, ayo!”

Aku hanya bisa mengikuti langkahnya Zahra, meninggal setumpuk proposal di atas meja, aku yang masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Karena aku terburu-buru, tak sengaja aku menabrak kakak kelas ku yang tak lain salah satu mantan anggota OSIS tahun lalu.

“Hei hati-hati, dong!” Ketusnya.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang