S2 - 49. Assalamu'alaikum, Cinta

2.1K 157 14
                                    

Biasakan tekan tombol bintang 🌟 sebelum baca 😚 special that last part.. lebih dari 2800 word loh.. 🤭 tulis komentar terbaik Kalian 🥰

🕊️🕊️🕊️

“Ayah anak ini sudah tidak ada?” Tanya Reyhan.

“Masih ada sepertinya pak.. tapi maaf pak saya tidak bisa memberi tahu, karena itu sangat pribadi.” Jawab shafa ragu-ragu, gadis yang dia bantu menghandle seluruh biaya acara rumah Quran yang akan dia adakan.

Siapa ya namanya? Dimirip sekali dengan Shofi? Sepertinya juga seusia dengan Shofi. Pikir Reyhan sambil mengamati rupa wanita ini. Bukan karena cinta saya hanya teringat dengan asisten pribadi istrinya yang sekarang membuat butik semakin berkembang hingga kemancan negara.

“Ya sudah tidak mengapa, memang bukan urusan saya juga kan sebenarnya, berarti kamu tantenya ya?”

“Iya Pak.”

“Lihat dia tertidur pulas seperti nya dia kelelahan setelah dari tadi menangis.”

“Ibad, memang seperti itu pak, tapi biasanya tangisannya itu akan sulit reda kecuali hanya digendongnya bundanya.” Jelas wanita ini.

“Tapi dia mau digendong sama saya?”

“Mungkin dia nyaman sama Pak Rendy, sebenarnya dia tipe anak yang sulit nyaman dengan orang yang baru kenal.”

Rendy? Nama yang dia kenakan semenjak istrinya pergi, rasanya jiwa Reyhan yang dulu juga ikut menghilangkan dengan dirinya. Sekarang nama Rendy pemberian Dinda, dia pakai untuk menutupi identitas pribadi Reyhan yang banyak menjadi incaran didunia bisnis yang bermain api. Cukup fitnah kemarin itu menjadi yang terakhir hingga membuat saya kehilangan istrinya.

“Syukurlah, rumah kalian masih jauh?”

“Tidak pak itu yang cat merah muda.”

Merah muda? Reyhan hanya mengangguk kepalanya, dan membenarkan posisi kepala Ibad yang bersandar di telungkuknya.

Mereka sampai di rumah sederhana, berlapis cat merah muda, Reyhan memperhatikan sekelilingnya, yang jauh dari kaya mewah. Mungkin ukuran rumah ini lebih kecil dari ukuran kamar utama  di rumahnya. Pantas saja Ibad juga tadi memilih es krim yang berharga murah apa karena dia biasa diajarkan menghemat uang? Pikiran Reyhan terus bergemuruh. Ada perasaan kasihan yang teramat dalam untuk penghuni rumah ini.

“Assalamualaikum, Kak.” teriak Shafa ke arah dalam rumah.

“Waalaikumsalam, langsung masuk aja Shaf, kakak lagi di kebun belakang.” jawab sang pemilik rumah, dengan suara yang tak asing ditelinga Reyhan, suara yang sudah dia rindukan selama empat tahun ke belakang, hatinya kembali bergemuruh berdegup kencang, hawa panas dingin mulai menyelimuti tubuhnya.

Rasanya dia ingin langsung berlari kesumber suara dan memeluk erat sipemilik suara yang terlah lama dinantikan. Tapi sayang masih ada anak kecil yang tertidur pulas disisi bsebentarl

“Kemarikan Pak, biar saya pindahkan kedalam.”

“Boleh saya yang bawa masuk ke dalam?”

“Oh, saya izin dengan kakak saya dulu ya pak, sebentar.”

Tak lama Shafa masuk muncul lah dua anak laki-laki yang sepertinya seumur dengan anak yang Reyhan gendong, bahkan salah satunya berwajah sangat mirip dengan anak ini. Dan ya satu lagi berwajah timur tengah.

“Dek ibadnya tidul ya om?” Tanya yang agak lebih besar –daffa.

“Iya.. om boleh masuk bawa adek kalian masuk?” Tawar Reyhan.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang