Menggapai Cintanya - 8

235 44 9
                                    

Perihal Hijab

Namiya datang ke kampus dengan terburu-buru. Ia telat masuk kelas pagi. Semalam ia sibuk menstalking salah satu temannya sampai tertidur larut malam. Hingga akhirnya ia telat bangun disaat dirinya ada jadwal kelas pagi.

Beberapa saat menunggu pintu lift terbuka. Namiya sibuk dengan ponselnya, menanyakan keadaan kelas pagi ini. Benar dugaannya, dosen sudah masuk lima belas menit yang lalu. Namiya menghela napas berat, kemudian masuk ke dalam lift. Saat pintu hendak tertutup, Namiya melihat seseorang berlari tergopoh ke arahnya.

"Nizar," sapa Namiya saat Nizar sudah masuk ke dalam lift.

"Iya,"

"Kok tumben telat?" tanya Namiya yang hanya dibalas iya oleh Nizar.

Setelah pintu terbuka, dengan cepat Nizar melangkakan kakinya menuju ruang kelasnya. Namiya terus mengekori langkah Nizar yang sama telat seperti dirinya.

Ketukan pelan pada pintu ruangan membuat dosen menoleh ke arah pintu. Dengan pelan, Nizar membuka pintu dan meminta izin untuk masuk ke dalam kelas. Karena keduanya sudah telat lebih dari lima belas menit, Pak Rio meminta keduanya untuk menjelaskan materi di depan.

Terlihat jelas di wajah Namiya bahwa dirinya sangat gugup. Lain halnya dengan Nizar yang terlihat santai. Ia mengambill alih komputer kelas dan menayangkan materi yang seharusnya baru ia dapatkan. Bukan justru ia yang memberikan materi tersebut. tapi untuk sebuah kesalahan yang ia lakukan, maka ia harus bertanggung jawab dengan itu dan menerima hukumannya.

Dengan tenang Nizar menjelaskan materi yang seharusnya diberikan oleh dosennya. Beruntung semalam, Nizar sudah membaca dan sedikit mempelajari materi sesuai dengan rencana belajar mata kuliah tersebut. Usai memaparkan materi, Nizar juga membuka sesi pertanyaan.

Namiya menahan tangan Nizar. Bisa-bisanya pria di sampingnya itu membuka sesi diskusi. Ia tidak tau pertanyaan apa yang akan diajukan oleh temannya. Ia tidak tau akan bisa menjawab atau tidak. Presentasi tanpa tau materi saja sudah membuatnya bergetar dan mengeluarkan keringat dingin.

"Please Zar, aku belum belajar materi ini. kalau ada pertanyaan aku takut nggak bisa jawab," bisik Namiya terdengar sangat lembut ditelinga Nizar. Tak ada respon yang Nizar berikan pada Namiya, akan tapi ia paham apa yang dirasakan oleh Namiya.

Beberapa pertanyaan diajukan oleh teman-temannya. Nizar berusaha menjawab sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki. "Mungkin itu jawaban yang bisa saya berikan. Untuk lebih lengkapnya, mohon izin kepada Pak Rio untuk menambahkan atau mungkin meluruskan jawaban yang telah saya berikan. Cukup sekian presentasi dan diskusi dari kami, kurang lebihnya mohon maaf, terima kasih." Nizar menutup presentasi dan diskusinya dengan kalimat salam.

Tepukan tangan diberikan oleh Pak Rio kemudian diikuti oleh peserta kelas lainnya. Nizar dan Namiya mengambil duduknya di bangku depan yang selalu kosong. Heran juga, dua baris bangku depan hampir tak pernah diisi. Kecuali jika dosen meminta bangku depan diisi terlebih dahulu, baru para mahasiswa akan duduk di depan.

Pak Rio memberikan apresiasi pada Nizar yang sudah dengan baik menjelaskan materi. Jawaban yang diberikan oleh Nizar juga sudah benar. Hanya Pak Rio menambahkan sedikit penjelasan dan contoh penerapannya. Tanpa terasa jam pertemuan tatap muka sudah habis. Dosen meninggalkan kelas, begitpun dengan peserta kelas.

"Keren banget sobat gue," ucap Reza memegang pundak Nizar.

"Banget ini mah, dari yang hobi presentasiin hasil praktikum kimia dan fisika. Sekarang berubah haluan ke ekonomi bisnis. Keren banget, darah om Nafis mengalir deras dalam diri lo, Zar," tambah Ilham.

Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang