Nizar Bersama Ayana
Akhir pekan ini, Nizar dan Namiya ada rencana untuk pergi ke rumah belajar yang insyaallah akan dijadikan sekolah formal. Beberapa waktu lalu Liodra mengundang keduanya untuk membahas mengenai sekolah tersebut. Semenjak Nizar dan yang lainnya sudah bekerja, mereka memang sudah jarang bermain ke rumah belajar tersebut. Namun Liodra tetap mengundang teman-temannya saat ada rapat penting. Bagaimanapun juga, Nizar dan yang lainnya memiliki andil banyak dalam mewujudkan cita-cita mencerdaskan anak bangsa.
Kini, mobil Nizar tak perlu parkir jauh dari tempat mereka belajar. Sudah ada parkiran luas di depan halaman sekolah. Meskipun masih sangat sederhana, tapi mereka terus berusaha dan berkembang. Cita-cita besar mereka untuk menjadikan rumah itu sebagai sekolah juga terus diperjuangkan.
“Assalamualaikum,” ucap Nizar saat memasuki ruangan.
Terlihat banyak wajah-wajah baru disana. Semakin banyak yang peduli dengan pendidikan anak-anak disana. Relawan pun semakin banyak yang bergabung. Nizar duduk di salah satu kursi yang sudah disiapkan layaknya ruang rapat.
“Namiya nggak datang, Zar?” tanya Liodra.
“Belum tau, ini aku masih coba hubungin. Tadi dia masih ada urusan lain, jadi kita nggak berangkat bareng,” jawab Nizar.
“Okey, kalau gitu kita mulai aja ya,” ucap Liodra.
Nizar tidak begitu fokus dengan apa yang dijelaskan oleh teman-temannya. Ia masih menunggu balasan dari Namiya. Tidak biasanya Namiya lama dalam membalas pesan singkatnya. Kali ini membuat Nizar menjadi tak tenang karena takut terjadi apa-apa dengan calon istrinya.
“Habil sayang, jangan masuk kesana nak,” terdengar seorang perempuan meneriaki anaknya.
Kedatangan balita itu ke dalam ruangan membuat semuanya menjadi salah fokus. Rapat yang mereka agendakan memang bukan rapat formal. Nizar yang baru sadar dengan kedatangan anak itu langsung menoleh ke arah Liodra. Tatapan Nizar seolah menanyakan apakah benar anak itu putranya Ayana. Liodra mengangguk seolah mengiyakan sorotan mata Nizar.
“Habil, boy,” ucap Nizar kemudian mengendong Habil dan ikut duduk bersamanya.
“Sorry, Habil jadi ganggu ya,” ucap Ayana saat masuk ke dalam ruangan dan mengambil alih Habil.
“Nggak papa An, biarin aja masuk sini, kamu juga,” balas Liodra.
“Nggak mau,” ucap Habil yang menolak digendong sama Uminya. Ayana berbicara lembut kepada putranya, berharap ia mau diajak dan keluar dari ruang rapat.
“Yaudah biarin aja disini,” ucap Nizar pada Ayana.
Ayana menuruti permintaan Nizar. Habil terlihat tenang dan senang berada di pangkuan Nizar. Seolah ia memperoleh kenyamanan dari sosok laki-laki. Andai saja suaminya masih ada, pemandangan seperti itu pasti akan sering ia lihat. Ini untuk pertama kalinya Habil bisa dekat dengan laki-laki selain Robi dan Abi Arkan.
Usai mengikuti rapat bersama para sukarelawan lainnya. Nizar memilih bermain dengan Habil. Balita itu sangat menggemaskan seperti apa yang dikatakan oleh Namiya.
“Abil mau main,” ajak Habil sambil menarik baju Nizar.
“Mau main apa, boy?” tanya Nizar dan Habil terus menarik Nizar keluar dari ruangan. Melihat hal itu membuat Ayana tak enak hati dan berusaha memberikan pengertian kepada putranya.
“Habil, nak nggak boleh gitu ya, sama Amy Nizar,” ucap Namiya meminta anaknya untuk lebih tenang.
“Udah, nggak papa An,” balas Nizar.
Habil menarik Nizar ke playground untuk anak-anak. Itu memang spot paling menarik untuk anak seusia Habil. Nizar dengan telaten menemani Habil bermain. Ayana yang melihat kedekatan dua orang di depannya tersenyum. Ia duduk di bangku depan kelas. Nizar yang tak sengaja menoleh ke belakang melihat keberadaan Ayana. Ia bersama Habil menghampiri Ayana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]
Romance[Fiksi Remaja - Romance || Spinoff Separuh Agamaku || On Going] Kesalahanku, pernah menjadikan kamu harapan masa depanku. Harapan yang tak seharusnya ku tanam pada diri seorang hamba. Kamu mengajarkanku bahwa berharap semenyakitkan itu. Mengubahku y...