Belanja Bareng
Pagi ini, suasana rumah keluarga Nafis terlihat berbeda dari biasanya. Biasanya, semua berada di lantai bawah saat sudah siap untuk sarapan. Tapi lain halnya dengan weekend ini. Naura dan Kenzi sedang menginap di sana. Membuat rumah menjadi ramai. Karena Nafis tak ingin sendirian untuk olahraga pagi, ia mengajak anak juga menantunya. Mau tak mau, Nizar dan Kenzi ikut olahraga bersama Ayahnya.
Sedangkan tim perempuan kini sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Naura sangat senang berkutat di dapur. Momen masak bersama bundanya bisa memperkaya keterampilan memasaknya. Lain halnya dengan Nasya yang tampak cuek dengan kegiatan masak memasak di dapur. Nasya hanya duduk di kursi island, sembari memperhatikan kedua perempuan panutannya sibuk memasak.
“Ca, kamu tuh harus mulai belajar masak, biar nanti kalau udah menikah berumah tangga, kamu bisa masakin suami kamu,” ucap Najla menasehati putrinya.
“Masih panjang kali bun, buat mikirin rumah tangga. Sekolah aja belum lulus,” balas Nasya.
“Meskipun masih jauh, tapi semua perlu dipersiapkan dek, biar nggak kayak kakak.” Naura menimpali, sambil tangannya terus mengupas bawang.
“Udah, Aca mah jagonya makan. Bakal susah kalau disuruh belajar masak. Orang niatan aja nggak punya dia,” ucap Nizar yang baru masuk ke dapur. Langkahnya langsung tertuju pada kulkas untuk mengambil air minum.
“Eh jangan salah ya, di gunung aku juga bisa kali masak,”
“Halah, mie instan juga,” celetuk Kenzi yang juga masuk ke dapur dan mengambil duduk di samping Nasya.
“Ih pada underestimate banget sih,” balas Nasya yang merasa kesal diremehkan.
“Ya emang kenyataannya gitu. Ini orang bunda sama Kak Naura masak, kenapa kamu diam aja? keliatan banget kan kalau kamu gabisa masak,” ucap Nizar yang kemudian duduk disamping Nasya.
“Ini ngapain pada mepet-mepet sih? pada bau keringat tau.” Nasya menutup hidungnya. Sedangkan Nizar semakin menggoda adiknya. Mendekat dan memeluk erat Nasya. Sontak hal itu membuat Nasya berteriak dan bergidih. Berusaha melepaskan diri dari pelukan Nizar, lengkap dengan baunya.
Melihat kedua kakak beradik saling jahil seperti itu, membuat Najla dan yang lainnya tertawa. Begitupun dengan Nafis yang mendengar suara gaduh di dapur pun ikut mendekat kesana. Nasya yang melihat kedatangan Ayahnya. Dengan penuh harap mendapat bantuan.
Namun harapannya pudar, saat Nafis justru ikut memeluk dirinya. Kenzi yang berada di dekat mereka, hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah keluarganya yang terlihat harmonis. Dering ponsel di saku Nizar membuat dirinya menghentikan aktivitasnya. Ia segera mengambil ponsel dari saku dan membaca pesan dari sana.
“Zar, bisa ketemu nggak hari ini. Ada yang pengen aku bahas soal proposal,” pesan singkat dari Namiya.
Usai membalas pesan dari Namiya. Nizar memilih untuk meninggalkan dapur dan bergegas menuju kamarnya. Najla sudah menyuruh anggota keluarganya untuk bersiap-siap sarapan. Dan mereka para laki-laki harus mandi terlebih dahulu. Nizar melempar ponselnya ke atas ranjang. Baru setelahnya langsung masuk ke kamar mandi.
•••©•••
Disebuah kafe pilihan Namiya, ia sudah sampai beberapa menit yang lalu. Tak lupa, ia juga membawa laptopnya karena pertemuan kali ini dengan Nizar ingin membahas masalah proposal untuk Rumah Belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]
Romance[Fiksi Remaja - Romance || Spinoff Separuh Agamaku || On Going] Kesalahanku, pernah menjadikan kamu harapan masa depanku. Harapan yang tak seharusnya ku tanam pada diri seorang hamba. Kamu mengajarkanku bahwa berharap semenyakitkan itu. Mengubahku y...