Menggapai Cintanya - 41

118 21 2
                                    

Permintaan Namiya

Sepulang dari kantor Nizar untuk mengantarkan makan siang. Namiya kemudian pergi meninggalkan gedung tinggi milik keluarga suaminya itu. Ia sudah ada janji untuk bertemu dengan seseorang. Namiya dengan terpaksa berbohong kepada suaminya dengan mengatakan ada meeting dengan kliennya.

Namiya memarkirkan mobilnya di sebuah kafe yang tak jauh dari kantor suaminya. Ia turun dari mobil sembari melihat jam di pergelangannya tangannya. Ia sadar bahwa datang terlambat dari jam janjian. Karena itu, ia berjalan lebih cepat dan menghampiri perempuan bergamis yang duduk di dekat jendela besar.

“Assalamualaikum, An, maaf aku telat banget ya, tadi lagi macet banget karena ada kecelakaan,” ucap Namiya merasa sangat bersalah.

“Waalaikumussalam, nggak apa-apa Miya, santai aja, aku juga baru datang,” balas Ayana.

Namiya mengambil duduknya kemudian memesan segelas es coklat kesukaannya. Sedangkan Ayana sudah memesan minumannya. Namiya memulai obrolan dengan menanyakan kesehatan sahabatnya dan jug seputar tumbuh kembang Habil yang kini sudah mulai menghafal al quran.

“Habil nggak ikut?” tanya Namiya.

“Aku merasa, kamu ada hal peting yang ingin kamu sampaikan,” jawab Ayana membuat Namiya tersenyum.

“Kamu sama Habil apa kabar?” tanya Namiya berusaha membuat nyaman suasana terlebih dahulu. Tidak mungkin rasanya jika ia harus langsung membahas tujuan utamanya.

“Alhamdulillah baik, Miya,”

Namiya mulai bingung membuka obrolan itu dari mana.

“Ada apa Miya?”

“Mungkin pertanyaanku terkesan privasi, tapi kamu berhak menjawab ataupun tidak,” jawab Namiya.

Ayana mulai penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Namiya. Ia diam sambil menganggukan kepalanya, mempersilakan Namiya untuk mengutarakan maksudnya.

“Setelah kamu kehilangan Ayah dari Habil, apakah kamu sudah menutup hati untuk laki-laki lain?” tanya Namiya sambil menatap wajah Ayana yang terlihat kaget juga bingung.

“Maksudnya?” tanya Ayana.

“Apakah masih ada kesempatan untuk Nizar menjadi Ayah sambung Habil?”
Seketika wajah Ayana tegang setelah mendengarkan jawaban Namiya. Nama Nizar membuatnya teringat dengan kalimat yang pernah diucapkan oleh laki-laki itu. Kalimat yang sepertinya sudah tidak ada lagi kesempatan untuknya bersanding dengan Nizar.

Ayana terkekeh, ia menganggap Namiya hanya bercanda dengan ucapannya itu. Namun seketika terdiam saat melihat ekspresi Namiya yang terlihat serius.

“Maksud kamu apa?” tanya Ayana.

“Aku ingin kamu menjadi istri untuk Nizar,” singkat Namiya.

“Kamu?”

“Kita berbagi laki-laki yang sama,”

Jawaban Namiya membuat Ayana tercengang. Ia melihat Namiya mengatakan itu seolah tidak ada beban. Tidak terlihat pula raut kesedihan dimatanya. Ayana tak lantas  diam, kemudian ia menanyakan kejelasan dari pernyataan Namiya.

“Maksud kamu poligami?” Namiya menganggukan kepalanya.

“Kenapa?”

“Aku belum mampu menjadi istri yang sempurna untuknya,” ucap Namiya lemah.

“Karna kalian belum diberi momongan?” tanya Ayana lagi, dan Namiya hanya menganggukan kepalanya.

“Kamu yakin, mau berbagi laki-laki yang kamu cintai kepada perempuan yang dulunya adalah perempuan yang pernah dikagumi oleh suami kamu, perempuan yang pernah juga mengharapkan suami kamu, dulu, kamu yakin dengan permintaan kamu barusan?” tanya Ayana.

Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang