Menggapai Cintanya - 26

105 23 0
                                    

Kabar Duka

Nizar menjelaskan singkat percakapannya dengan Intan kepada Namiya. Kemudian ia melajukan mobilnya sedikit lebih cepat menuju kediaman Ayana. Barusaja Intan mendapat kabar bahwa suami Ayana yang bersama Robi, termasuk ke dalam daftar korban pesawat jatuh siang tadi.

“Telah terjadi kecelakan jalur udara, dimana pesawat rute kairo-jakarta yang dijadwalkan akan tiba di tujuan sekitar pukul 11.32 WIB. Naasnya pesawat tersebut hilang kontak dan akhirnya terjatuh. Sebanyak 180 orang yang terdiri dari 173 penumpang, 2 pilot dan 5 kru. Evakuasi korban masih terus dilakukan, data terakhir yang di dapatkan, korban ditemukan meninggal sebanyak 102 orang,”

Namiya mendengarkan berita itu sambil meneteskan air mata. Berita duka untuk seluruh keluarga korban yang salah satunya adalah Ayana. Nama Robi ada dalam daftar penumpang pesawat yang mengalami kecelakaan. Selepas magrib tadi, tubuh Robi berhasil diidentifikasi dalam keadaan sudah tidak bernyawa.

“Astagfirullah,” ucap Namiya berulang kali. Ia bisa membayangkan bagaimana Ayana kehilangan suaminya. Begitupun dengan Habil yang masih sangat kecil harus kehilangan Abinya.

Mobil Nizar behenti di kediaman Ayana. Suasana duka menyelimuti keluarganya. Seharusnya malam itu, mereka menyambut kepulngan Robi dengan bahagia. Namun berbeda, kenyataannya Robi tidak hanya sekedar pulang ke rumahnya, melaikan ia sudah dipanggil oleh sang maha kuasa.

Namiya masuk dan memberikan pelukan kepada Ayana. Ia tau, semua akan berat untuk Ayana lalui sendiri. Ia bersama sahabat lainnya ingin menguatkan perempuan hebat itu. Ayana terlihat sangat lemah, matanya sembab karena terus menangis. Beberapa kali ia juga tidak sadarkan diri.

“Aku yakin, Allah memilih kamu karena Allah tau kamu kuat. Kamu harus ikhlasin semuanya Ay, supaya Robi kembali dengan tenang,” ucap Namiya sembali mengelus punggung Ayana untuk menguatkan Ayana.

“Aamiin,” balas Ayana sambil terus menangis sesenggukan.

Semua pelayat mengaji bersama. Kemungkinan jazad Robi akan dikebumikan besok pagi. Tidak pernah ada yang tau bagaimana rencana Allah untuk setiap hambanya. Soal kematian, tidak ada patokan umur yang pasti. Bisa muda, tua, bahkan anak-anak sekalipun.

“Yang sabar ya, Ay,” ucap Namiya sembari memeluk Ayana. Kemudian disusul oleh Intan dan Aiz. Usai tahlil, mereka memutuskan untuk pulang, jika memungkinkan besok pagi mereka akan ikut ke pemakaman Robi.

Sepanjang perjalanan menuju pulang, Namiya masih emosional. Ia tau, berada diposisi Ayana sangat tidak mudah. Kalaupun dia ada diposisi itu, ia pasti tidak akan bisa sekuat Ayana.

“Kasian Habil,” ucap Namiya dengan suara berat.

“Besok pagi, kita kesana lagi ya, tadikan nggak sempet ketemu Habil,” lanjut Namiya. Nizar mengangguk menyangupi.

•••©•••

Setelah acara tujuh harian almarhum Robi, Ayana baru berani masuk ke dalam rumah yang sudah disiapkan oleh suaminya. Rumah minimalis yang baru di beli setahun yang lalu. Ayana juga terlibat dalam pemilihan rumah itu, meskipun ia hanya tau melalui video call ataupun kiriman video dari Robi.

Ayana masih berat untuk menempati rumah itu hanya bersama sang buah hati. Seharusnya hari ini adalah acara tasyakuran. Ayana sudah menyiapkan semuanya, termasuk cathering makanan yang sudah ia pesan, ia minta untuk dikirim ke panti asuhan.

“Kalau kamu masih ragu untuk tinggal disini, nggak usah dipaksa, kamu tinggal sama Umi sama Abi,” ucap Umi Yuma.

“Abi juga nggak tega kamu tinggal disini, cuma sama Habil,” tambah Abi Arkan.

Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang