Kebohongan
"Kalau emang belum siap, lebih baik diundur aja tanggal pernikahannya," Nizar yang kaget mendengar ucapan Namiya barusan langsung mengerem mendadak.
"Kenapa kamu ngomong gitu sih?"
"Ya kenapa?"
Nizar menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang barusan diucapkan Namiya. Pernikahannya sudah tinggal menghitung hari. Berberapa persiapan juga sudah selesai dilakukan, termasuk undangan pernikahan sudah di sebar. Ucapan Namiya seolah membuatnya tidak percaya, kalimat itu akan terucap dari bibir Namiya.
"Undangan sudah disebar, maksud kamu apa sih?"
"Ya kenapa? baru undangan kan? Bukan akad yang sudah dilangsungkan?"
"Oke aku minta maaf karena sudah terlambat untuk datang ke butik, aku salah dan aku minta maaf untuk itu,"
"Buat apa hubungan yang didasari dengan kebohongan, apa pondasi kebohongan bisa menjamin hubungan kita terus kokoh?"
Pertanyaan Namiya barusan membuat Nizar menarik mundur badannya. Ia menyandarkan kepalanya ke bantalan kursi mobil. Mobilnya sudah sedari tadi berhenti di depan rumah Namiya, tapi keduanya masih ada hal yang ingin dibicarakan, terutama Namiya.
Saat ponsel miliki Nizar diberikan kepadanya, ada beberapa panggilan masuk. Nizar mensilent ponselnya, tapi ponsel itu ada dalam mode getar. Namiya bisa tau beberapa panggilan masuk dan beberapa pesan masuk juga. Ia tidak bisa membaca isi keseluruhan pesan itu. Tapi ia tau siapa yang mengirimkan pesan dan juga menelfon Nizar.
"Kenapa kamu nggak jujur aja sama aku?" tanya Namiya sambil menyeka air mata dipipi kirinya.
"Kamu pergi sama Ayana kan? Kenapa? kenapa harus dia yang kembali ke kehidupan kamu? kenapa harus Ayana yang menjadi asalan kebohongan kamu?"
"Kamu nggak perlu langsung jawab sekarang, mungkin kamu belum mempersiapkan jawabannya. Untuk beberapa waktu ke depan, kita nggak perlu bertemu dulu," ucap Namiya kemudian keluar dari mobil Nizar.
Namiya merasa kecewa dengan perilaku Nizar. Kenapa Nizar harus membohongi dirinya. Setidaknya, jika Nizar bisa jujur padanya, mungkin rasanya tidak sesakit itu. Ia merasa diistimewakan oleh Nizar, lamaran yang diberikan seolah membuatnya terikat oleh Nizar. Tapi kenapa masih Ayana yang selalu menjadi prioritas Nizar.
Ia memang tidak tau untuk apa Nizar menemui Ayana dan melupakan janjinya. Ia juga berusaha tidak masuk dalam privasi Nizar. Tapi dikecewakan oleh kebohongan membuatnya luka akan kepercayaan. Keduanya sedang dalam proses membangun hubungan, menciptakan pondasi yang kuat, tapi selalu ada gangguan untuk memulai hal itu.
"Mas Nizar mau dibukakan gerbang juga nggak?" tanya Pak Joko.
"Nggak Pak, dia langsung pulang," jawab Namiya kemudian segera masuk ke dalam rumahnya.
Namiya tidak menghiraukan panggilan sang Mama. Ia merasa tidak siap menjawab beberapa pertanyaan yang akan diajukan oleh Mamanya. Saat ia pulang dengan keadaan menangis. Namiya mengunci pintu kamarnya, ia menangis di balik selimut. Ia tidak ingin orang lain di luar sana mengetahui kesedihannya.
Namiya merasa butuh waktu sendiri. Setidaknya sampai hatinya merasa tenang dan bisa berpikir lebih positif. Ia tau sedang dibakar api cemburu. Selain itu hatinya juga tergores karena Nizar justru memantik api itu dengan kebohongannya.Nizar membiarkan Namiya sendiri terlebih dahulu. Bukan waktu yang tepat untuknya mengejar masuk Namiya. Ia memang salah telah membohongi Namiya. Ia sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Sayangnnya Namiya sudah tau itu lebih dulu sebelum ia mengatakan yang sebenarnya.
•••©•••
Sepulang dari rumah Namiya, Nizar langsung pulang ke rumahnya. Sebelumnya Ilham dan Reza mengajaknya untuk nongkrong di basecamp. Tapi Nizar menolak. Kini ia duduk sendirian di balkon depan kamarnya. Menatap langit dengan perasaan gundah gulana. Dirinya memang salah sudah berkata tidak jujur kepada Namiya.
Seharusnya ia mengatakan yang sebenarnya dan menerima resiko apapun. Sayangnya semua sudah terjadi. Ingin sekali Nizar datang dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tapi ia tau Namiya pasti menolak dengan alasan ingin sendiri.
"Kak," ucap seorang perempuan yang kini duduk di samping Nizar, ia adalah Najla.
"Tadi bunda panggil, ketuk pintu, tapi nggak ada jawaban. Bunda pikir kamu sudah tidur. Ada apa kak?" lanjut Namiya.
"Nizar terlanjur bohong sama Namiya," jawab Nizar.
"Nizar salah, tidak mengatakan yang sejujurnya. Tadi Nizar telat datang ke butik karena Nizar dapat telfon dari Ayana. Habil, putranya demam tinggi, dia bingung harus hubungi siapa, sampai akhirnya Nizar yang ia hubungi."
"Hubungan kamu sama Ayana sekarang gimana?"
"Nggak lebih dari teman Bun. Tapi yang Nizar lihat, Namiya sepertinya cemburu dengan keberadaan Ayana,"
"Wajar kalau Namiya cemburu. Kamu seharusnya juga mulai jaga batasan sama Ayana. Nggak salah kamu menolong dia. Bunda tadi lihat gimana ekspresi Namiya saat lihat ponsel kamu, ya mungkin ada hal yang kamu sembunyikan, akhirnya Namiya ketahui sendiri. Itu sakit sayang, kamu tuh orang dia pilih, yang dia percaya, tapi kalau kamu tidak bisa terbuka, apalagi sampai dititik membohongi, wajar kalau perempuan akan berpikir ulang," jelas Najla.
"Bahkan Namiya tadi sampai berpikir untuk menunda pernikahan,"
Najla beristighfar, ia bisa tau bagaimana perasaan Namiya, pun juga perasaan putranya. Jalan menuju pernikahan memang tidak selalu mudah. Bahkan setelah pernikahan juga tidak seindah pesta pernikahannya. Menyatukan dua kepala dalam satu tujuan itu membutuhkan proses yang panjang. Kejujuran dan kepercayaan adalah pondasi utama dalam sebuah hubungan.
"Segera kamu temui Namiya, jelaskan semuanya," ucap Najla kemudian ia merangkul Nizar memberikan kekuatan untuk putranya.
"Setan selalu punya cara untuk mengagalkan ibadah terpanjang dan tersulit manusia. Tapi Allah tidak akan pernah meninggalkan hambanya, dan manusia harus terus berusaha untuk selalu mendekat kepada-Nya,"
"Terimakasih bun," ucap Nizar.
"Udah malam, istirahat gih, besok kan harus kerja. Sekalian luangin waktu untuk ngobrol sama Namiya ya," Najla keluar meninggalkan Nizar di kamarnya.
"Kejujuran dan kepercayaan, gimana bisa aku melupakan itu," ucap Nizar.
Nizar melihat ada pesan masuk di ponselnya. Bukan Namiya yang ia harapkan mengirimkan pesan. Melainkan Ayana yang entah sedang mengirim pesan apa. Seharusnya benar apa kata bundanya, dirinya harus mulai menarik diri untuk tidak selalu dekat dengan Ayana. Tapi perasaan sebagai teman selalu membuatnya tidak tega dengan Ayana. Apalagi perempuan itu harus mengurus anaknya seorang diri.Ayana : Nizar, maaf aku mengganggumu lagi, boleh sekali lagi aku meminta kamu menjenguk Habil. Dia terus memanggil nama kamu, dari sore tadi. Demamnya kembali tinggi. Aku sangat berharap kamu bisa meluangkan sedikit waktumu untuk Habil.
Pesan seperti itu yang selalu membuat Nizar tidak bisa menolak permintaan Ayana. Ia mudah sekali bersimpati dan berempati kepada orang lain. Apalagi anak kecil seusia Habil. Seharusnya ia tumbuh didampingi sosok Ayah yang selalu menguatkannya. Tapi ia harus tumbuh kuat hanya dengan kasih sayang dari sang ibu saja.
Nizar : Insyaallah ya An, akan aku usahakan.
Nizar kemudian meninggalkan ponselnya di atas nakas. Jika ia terus menuruti membalas pesan Ayana, maka semuanya akan panjang. Sebelum tidur, Nizar terlebih dahulu mengambil wudhu. Tidak ada tempat terbaik untuk bercerita, selain kepada sang pencipta.
•••©•••
Alhamdulillah update lagi,
Terimakasih sudah membaca.Jangan lupa tinggalkan bintang, komentar dan bagikan ke teman-teman kalian.
Enjoyyy
#gassampaitamataifanzl_
Malang, 05 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]
Romance[Fiksi Remaja - Romance || Spinoff Separuh Agamaku || On Going] Kesalahanku, pernah menjadikan kamu harapan masa depanku. Harapan yang tak seharusnya ku tanam pada diri seorang hamba. Kamu mengajarkanku bahwa berharap semenyakitkan itu. Mengubahku y...