Belum Takdirnya
Proses panjang sudah Nizar dan Namiya lalui untuk mewujudkan keinginannya memiliki momongan. Kegagalan demi kegagalan disetiap tahap program kehamilan yang mereka usahakan perlahan membuat Namiya merasa lelah. Anjuran dokter untuk melakukan inseminasi buatan sudah ia lakukan dua kali, keduanya tidak memberikan hasil.
Tahun ke empat ini, Namiya dan Nizar memutuskan untuk program bayi tabung. Besar harapannya, dari program ini keduanya bisa dikaruniai momongan. banyak teman Namiya yang akhirnya memutuskan untuk melakukan bayi tabung, banyak yang berhasil pun banyak yang gagal. Kembali lagi, semua adalah kekuasaan Allah, manusia hanya bisa berencana dan mengusahakan semuanya.
Suntikan jarum pada tubuhnya sudah lagi tak terasa sakit bagi Namiya. Induksi ovulasi dengan menyuntikan obat dokter untuk menstimulasi perkembangan sel telur. Proses pengambilan sel telur sudah dilakukan beberapa hari yang lalu, begitupun dengan pengambilan sperma.
Namiya dan Nizar menjadi sangat sering bolak balik ke rumah sakit untuk mengetahui perkembangan program hamil mereka. Namiya juga masih harus beberapa kali melakukan banyak treatment dokter dan pemeriksaan sebelum proses transfer embrio.Gandengan tangan tak lepas saat Namiya dan Nizar masuk ke rumah sakit. Keduanya langsung di arahkan untuk masuk ke ruang dokter Annisa. Namiya merasa jantungnya berdetak lebih kencang.
“Apa kabar?” tanya dokter Annisa ramah dengan menampilkan senyum manisnya.
“Alhamdulillah baik. Dokter sehat?” tanya Namiya.
“Alhamdulillah sehat,”
Namiya langsung menanyakan perihal pesan singkat dari dokter Annisa. Pesan yang meminta dirinya dan suami untuk datang ke rumah sakit. Pesan tak jelas yang sedari tadi membuat Namiya merasa was-was dan cemas.
Dokter Annisa menceritakan panjang lebar mengenai program bayi tabung yang mereka jalankan. Beliau kembali mengulas perjalan mereka untuk memperoleh keturunan. Proses panjang yang dilalui tidak dengan mudah. Hingga kini, dokter Annisa mengambarkan bahwa ada masalah yang membuat langkah mereka terhenti.
“Semua rencana manusia, hanya akan selalu menjadi rencana, kalau Allah tidak mengizinkan untuk terlaksana. Seperti apa yang pernah saya sampaikan di awal, kita disini sama-sama ikhtiar mewujudkan keinginan kita, untuk hasil akhirnya, kita kembalikan kepada sang pencipta.” Kata demi kata yang diucapkan dokter Annisa membuat jantung Namiya semakin berdebar. Pikiran negatif kini memenuhi isi kepalanya.
“Kami minta maaf, semua di luar kendali kami. Tidak ada sel telur yang bertahan, sehingga tidak ada transfer embrio yang bisa dilakukan,” jelas dokter Annisa terdengar suaranya juga berat untuk memberikan informasi tersebut.
Seketika air mata Namiya membasahi pipinya, tak ada isak tangis yang terdengar. Bahkan bibir Namiya tersenyum sambil tangannya memegang dada. Hanya sesak yang Namiya rasakan saat mendengar hal itu. Bagaimana tidak, mimpi buruk itu kini menjadi kenyataan. Lagi-lagi Allah memintanya untuk kembali bersabar.
Nizar memeluk Namiya sambil menenangkan. Jauh di dalam hati Nizar, ia juga merasa sangat sedih. Usahanya bersama Namiya tidak memberikan hasil yang mereka harapkan. Ia berusaha untuk tenang dan tegar, karena masih ada Namiya yang harus ia bahagiakan, bukan larut dalam kesedihan.
Dokter Annisa berdiri dari duduknya dan menghampiri Namiya. Ia memberikan pelukan sekaligus semangat untuk tidak menyerah begitu saja. Langkah mereka memang sudah panjang hingga bisa berada di tahap ini.
“Kamu salah satu calon ibu terkuat dan tersabar yang pernah saya temui Miya. Kamu adalah calon perempuan hebat yang Allah pilih untuk melalui semua ini. Allah tidak akan pernah mengabaikan doa hambanya yang terus menerus meminta kepada-Nya,” ucap Dokter Annisa berharap bisa sedikit menenangkan Namiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]
Romance[Fiksi Remaja - Romance || Spinoff Separuh Agamaku || On Going] Kesalahanku, pernah menjadikan kamu harapan masa depanku. Harapan yang tak seharusnya ku tanam pada diri seorang hamba. Kamu mengajarkanku bahwa berharap semenyakitkan itu. Mengubahku y...