Kota Batu
Desir angin petang membuat Namiya merasa kedinginan. Suasana sunsite dari tempatnya menginap di Batu, membuatnya tak ingin menyianyiakan waktu disana. Tapi dinginnya Batu, membuatnya harus merelakan duduk santai bersama secangkir coklat hangatnya.
Waktu liburnya masih panjang. Merasa bosan dengan kegiatan rumahnya berhari-hari. Namiya memilih untuk ikut bersama Mamanya meeting di kota yang terkenal dengan apel. Kota Batu, sebuah kota kecil tapi mampu memberikan ketenangan. Kesenangan karena beragam wisata di dalamnya.
Gurat jingga senja perlahan memudar. Beriringan dengan lantunan adzan berkumandang. Namiya segera mengambil wudhun dan bersiap untuk menunaikan kewajibannya. Berulang kali ponselnya berdering saat dirinya sedang sholat. Namiya lupa tidak men-silent ponselnya. Akibatnya ia tak begitu konsentrasi dengan sholatnya.
Setelah menyelesaikan ibadahnya. Dengan sedikit mengangkat bagian bawah mukena. Namiya berjalan menuju nakas. Melihat dari siapa panggilan masuk barusan. Ia menekan salah satu tombol disana, kemudian mendekatkan ponselnya ke telinga.
“Mama, ada perlu apa nelfon Miya?” tanya Namiya saat sudah tersambung dengan Mamanya.
“Mama mau ajakin kamu jajan, siap-siap ya,” jawab Reva.
“Yaudah selesai sholat Isya, aku ke kamar Mama,” balas Namiya kemudian mengakhiri panggilannya.
Ini merupakan kali pertama Namiya berlibur ke Batu. Lain halnya dengan Reva yang sudah sering pergi kesana. Mengingat salah satu usaha komestiknya memiliki pabrik riset disana. Banyak yang Namiya tau dari Mamanya mengenai kota Batu. Dan yang membuatnya penasaran adalah street food yang menyajikan jajanan seperti di thailand.Mobil yang ditumpangi Namiya dan orang tuanya sudah sampai di alun-alun kota Batu. Gemerlap cahaya lampu, serta berderet stand street food membuat mata Namiya berbinar. Tapi satu yang membuatnya sedikit tak suka yaitu kerumunan orang disana.
Langkah kaki Namiya terhenti saat ia melihat stand yang menyediakan tusukan sate beragam jenisnya. Saking banyaknya membuat ia merasa bingung. Hal yang ingin sekali ia coba yaitu sate gurita.
“Enak nggak sih Ma, gurita tuh?” tanya Namiya yang merasa bingung.
“Sepertinya enak, Mama nggak pernah coba. Udah ambil dua, nanti satu-satu sama Mama,” jawab Ardi.
Namiya memutuskan untuk mengambil dua tusuk gurita dan beberapa jenis tusukan lainnya. Ardi berulang kali mengingatkan Namiya agar tak terlalu banyak membeli jajanan. Karena masih banyak yang ingin ia tunjukkan pada putri tunggalnya itu.“Kayak gini bisa delivery gak sih?” tanya Namiya sambil menyantap tusukan sate gurita yang ternyata enak dan cocok dengan lidahnya.
“Nggak seru kalau delivery, paling enak ya gini datang langsung. Tinggal milih,” jawab Ardi yang juga sibuk dengan makanan di tangannya.
“Ini berasa kayak lagi di Thailand,” ucap Reva dan Namiya mengangguk mengiyakan.
“Indonesia rasa Thailand. Tapi soal rasa, Indonesia juara,” balas Ardi.
Sudah puas dengan jajanan tusuk. Reva mengajak keduanya untuk mampir ke kedai ketan legenda. Belum lengkap kalau ke Batu tapi tidak mampir ke kedai yang satu itu. Kedai yang menawarkan berbagai macam ketan dengan rasa dan toping yang bermacam-macam.Namiya melihat buku menunya. Ia tertarik untuk memesan ketan keju susu dengan tambahan toping kelapa parut. Melihat penampilan gambarnya sungguh menggoda iman. Tak lupa Namiya juga memesankan untuk kedua orang tuanya. Pilihan yang dia tentukan sesuai dengan keinginannya. Agar ia dapat mencicipi semua yang dia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]
Romance[Fiksi Remaja - Romance || Spinoff Separuh Agamaku || On Going] Kesalahanku, pernah menjadikan kamu harapan masa depanku. Harapan yang tak seharusnya ku tanam pada diri seorang hamba. Kamu mengajarkanku bahwa berharap semenyakitkan itu. Mengubahku y...