Menggapai Cintanya - 28

92 24 4
                                    

Ujian Pra Nikah

Namiya bisa melihat raut wajah gelisah Nizar. Bagaimana tidak, setelah Nizar tidak memberitahunya kalau pulang dengan Ayana, Nizar tak lantas segera menghubunginya. Sebenarnya, Namiya tidak ada masalah kalau Nizar harus mengantar Ayana pulang. Tapi setidaknya, Nizar harus menghubungi dirinya terlebih dahulu.

Sekarang Namiya bersikap merajuk di hadapan Nizar. Ia ingin tau saja, seperti apa reaksi Nizar saat melihatnya ngambek. Terkesan cemburu, tapi biarlah, Namiya sudah terlanjur menjalankan skenarionya. Dua hari ini keduanya juga tidak bertemu, di chat dan telfon pun, Namiya selalu merespon seperlunya. Hingga sekarang, Nizar datang ke butiknya.

“Kita ngobrol di luar aja yuk,” ajak Nizar saat keduanya berada di ruang kerja Namiya.

“By, ayolah, aku tau kamu pasti marah,”

“Ya kamu tau aku marah, kenapa malah dicuekin,”

“Bukannya nyuekin By, ya kamu lagi marah, aku kasih waktu kamu untuk itu,”

“Tapi aku nggak butuh waktu, aku cuma butuh perhatian dari kamu aja. Ah udahlah, nggak perlu keluar juga, percuma,” ucap Namiya kemudian kembali menatap layarnya.

“By, aku akan tetep disini, sampai kamu maafin aku,”

Namiya awalnya hanya ingin pura-pura, tapi entah mengapa ia jadi merasa kesal sendiri. Bingung juga apa yang harus dimaafin, karena Nizar tidak salah. Dirinya saja yang berulah.

“Oke, kita cari makan siang aja,” putus Namiya.

Nizar tersenyum senang. Keduanya kemudian pergi meninggalkan butik dan pergi ke mal. Namiya mengajak Nizar untuk makan di salah satu restoran kesukaannya. Saat keduanya berjalan menuju restoran, di lantai dasar bertemu dengan laki-laki kecil yang mereka berdua merasa tidak asing.

“Habil?” ucap Namiya ragu.

“Astaghfirullah, Habil jangan lari jauh-jauh dari Umi dong nak,” ucap Ayana dengan napas terengah karena barusan berlari mengejar Habil.

“Pantesan kayak aku kenal gitu,” balas Namiya yang masih menunduk mensejajarkan tubuhnya dengan habil.

“Kalian berdua mau belanja?” tanya Ayana.

“Kita mau cari makan siang, sekalian makan siang bareng yuk,” usul Nizar sontak membuat Namiya langsung menoleh ke arah Nizar.

“Nggak usah,”

“Ummi, maam,” ucap Habil.

“Habil lapar ya, yaudah yuk,” balas Namiya kemudian mereka menuju restoran pilihan Namiya.

Kehadiran Ayana membuat Namiya merasa kurang percaya diri. Ia bisa melihat kedekatan Nizar dengan Ayana. Begitupun keduanya dengan Habil. Bahkan keberadaan dirinya disitu seolah terlupakan.

“Aku ke toilet dulu ya,” ucap Namiya kemudian meninggalkan tempatnya.
Berada di depan kaca toilet, Namiya meneteskan air matanya. Entah mengapa seketika dadanya terasa sesak. Kehadiran Ayana kembali ke kehidupan Nizar membuat Namiya takut, calon suaminya akan berpaling. Belum lagi, ia tau bagaimana masalalu diantara keduanya. Ditambah, sekarang status Ayana adalah seorang janda.

Namiya menarik napasnya dalam, berusaha menenangkan dirinya. Ia membersihkan wajahnya dari sisa tetesan air mata. Ia tidak boleh terlihat lemah oleh pikirannya sendiri. Namiya kembali dari toilet, dari kejauhan ia bisa melihat bagaimana Nizar bisa tersenyum sambil menyuapi Habil.

“Kok lama sih, By?” tanya Nizar dan Namiya hanya tersenyum.

Selesai makan siang, Nizar mengantar Namiya kembali ke butik. Rencana makan siang yang sebenarnya Nizar buat sebagai permintaan maaf justru bagi Namiya membuatnya semakin gelisah dan kacau. Ia terlalu overthinking dengan keberadaan Ayana yang sekarang.

Menggapai Cintanya ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang