[4]•DEVANO•

12K 669 4
                                    

(Please tinggalin jejak gaes, karna satu vote dari kalian sangat berarti bagi author).

~Happy reading~

Semenjak kepergian Devina beberapa menit yang lalu membuat Alano semakin merasa gelisah, saat ini Alano hanya mampu mondar-mandir tak jelas.

Tiba-tiba pun ia teringat sesuatu dan buru buru mengambil ponselnya yang tergeletak asal di ranjang, terlihat Alano seperti ingin menghubungi seseorang.

"Halo"

"Iya halo boss" jawab orang di seberang sana.

" Lo gimana sih, kagak becus amat jadi orang" ucapnya sedikit berteriak sambil mengusap wajahnya kasar.

"Maksudnya boss?"

"Lo tau gak, cewek yang lo culik semalem itu bukan Alin"

"Masak sih boss, tapi dari ciri-ciri nya sama kok kayak yang boss bilang"

Ya jika dilihat lihat ciri ciri nya lekuk badan Devina dan Alin hampir sama, mungkin hanya sedikit bentuk wajah yang berbeda.

Jika Devina cenderung sedikit chubby maka jika bentuk muka Alin itu tirus, dan soal tinggi badan mereka memiliki tinggi badan dan postur tubuh yang sama, mungkin jika dilihat dari belakang badan mereka persis sama.

"Arrggghhh au ah gue pusing, ini semua gara gara lo tau gak"

"Eh tapi boss..."

Alano pun langsung memutuskan panggilan sepihak, setelah itu ia melempar asal ponselnya.

"Arghhh sial!"

∆∆∆

Di lain tempat terlihat seorang gadis tengah berdiri di depan pintu rumahnya sambil meremasi ujung dress yang ia pakai.

Siapa lagi jika bukan Devina, saat ini gadis itu sedang dilanda kebingungan, ya Devina bingung bagaimana menjelaskan kepada ibunya karna ia sudah semalaman tidak pulang ke rumah, terlebih lagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

Dengan segala keberaniannya pun akhirnya Devina memberanikan untuk membuka pintu rumahnya dengan pelan pelan.

Sampai saat ia sudah melangkahkan kakinya ke dalam rumah tiba tiba pun terdengar suara ibunya yang membuat dirinya kaget seketika.

"Baru pulang kamu?" Tanya Riri sambil menatap ke arah Devina.

"Eh iya buk, semalam Devina nginep di rumahnya Steffy, lagian kasian Steffy kalo harus nganterin Devina malam malam jadi Devina nginep aja deh di rumahnya Steffy"

Riri tampak sedikit curiga atas perkataan putrinya barusan, namun ia tidak boleh berpikiran negatif dulu.

"Ibu kira kamu diculik, ibu telepon kamu tapi kamu gak angkat angkat eh ternyata kamu ga bawa hp"

Syukurlah semalam Devina lupa membawa hp, dan itu bisa menjadi salah satu alasannya.

"Hehe siapa juga yang mau nyulik cewek kayak Devina buk" kekeh Devina yang padahal tengah menahan gugup setengah mati.

"Yasudah kamu ganti baju gih!.. abis itu bantuin ibuk buat roti!"

Devina mengangguk dan melangkah pergi menuju kamarnya.

Ya karna hari ini hari libur, biasanya Devina memanfaatkan hari liburnya untuk membantu sang ibu. Jika bagi anak lain seusianya sibuk bermain dihari libur tapi itu tidak berlaku bagi seorang Devina.

"Hufff untung aja ibu ga curiga" ucap Devina setelah menutup pintu kamarnya.

Saat Devina sudah melepaskan dress-nya, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang sedikit perih di lehernya ia pun langsung memeriksanya dengan bercermin.

Devina sempat terkejut ketika mendapati bahwa dilehernya ata bekas merah seperti bekas gigitan, dan tidak cuma di leher ia pun juga menemukan ada beberapa lainnya seperti di bahu, di atas dada, dan di perut.

Tiba-tiba Devina menitikkan air matanya, ia teringat atas kejadian tadi malam yang seketika membuat dunianya hancur.

"Hiks hiks aku kotor aku kotor" isaknya sambil memukul mukul badannya sendiri.

"Maafin Devina ayah, pasti sekarang ayah kecewa banget sama Devina"

Kalian pasti bertanya tanya dimana Ayahnya Devina. Ya ayah Devina sudah meninggal sejak Devina berumur 10 tahun karena kecelakaan, saat itu rencananya ayah Devina ingin menjemputnya untuk pulang sekolah.

Namun naas nasib berkata lain, saat itu motor matic yang di kendarai oleh ayahnya Devina ditabrak oleh mobil, yang mana sampai saatnya ini pelakunya belum juga ditemukan.

Memang saat itu jalanan sedang sunyi dan mempermudah pelaku untuk kabur, polisi sempat mencari pelaku tersebut namun tatap saja tidak berhasil, dan kasus itupun ditutup.

Saat itulah Riri ibunya Devina harus menjadi tulang punggung keluarga demi menghidupi anak-anaknya.

Miris memang nasib keluarganya Devina, sudah miskin, dan menjadi bahan cacian orang yang memandang mereka rendah, dan ditambah lagi sekarang Devina harus kehilangan kehormatannya akibat ulah dari Alano, laki laki tidak tau diri itu, sungguh Devina sangat membenci laki laki itu.

∆∆∆

Saat ini Devina sedang membantu sang ibu membuat roti, sudah jadi kewajibannya untuk selalu membantu ibunya itu. Sementara Ayu adiknya ia sedang ikut kerja kelompok jadi tidak bisa untuk membantu.

Oh ya Ayu itu adalah adiknya Devina, nama lengkapnya Ayu Faradila, saat ini Ayu masih duduk di bangku kelas 1 SMP, jadi mereka itu hanya selisih 4 tahun.

Riri saat ini sedang menganduk adonan roti, tiba tiba matanya tak sengaja melihat ke arah leher Devina yang terdapat memar berwarna merah sedikit ke ungu unguan seperti bekas gigitan.

Ya sekarang Devina mengikat rambutnya makanya lehernya terlihat, beda jika tadi pagi rambutnya ia gerai.

"Itu lehermu kenapa merah gitu Dev?, kayak bekas gigitan gitu" tanya Riri yang setelah itu Devina buru buru menutupi bekas cupangan itu dengan rambutnya.

Yang kalian pikir itu bekas gigitan memang iya, itu gigitan yang Alano buat semalam alias cupangan cowok itu.

"Bukan apa apa buk, ini semalam ee kenak gigitan serangga kok, iya serangga" ucap Devina gugup.

Riri sudah mulai curiga, mana mungkin bekas gigitan serangga sebesar itu, serangga mana yang mempunyai gigi sebesar itu.

"Coba sini ibu lihat!"

Riri berucap sambil menghampiri Devina, namun Devina buru buru menghindar.

"Bukan apa apa kok bu, nanti Devina olesin salep pasti ilang kok bekasnya"

"Humm yasudah lain kali hati hati!" ucap Riri setelah itu bergegas pergi untuk mencuci tangan.

Barulah Devina lega, hampir saja rasanya jantungnya hampir copot, sepertinya Deviana harus lebih berhati-hati agar ibunya tidak curiga.

•••

~TBC~

•Jangan lupa VotMen sama follow OKE!.



Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang