[5]•DEVANO•

11.5K 536 0
                                    

~Happy reading~

Sudah sebulan sejak kejadian itu, Devina pun menjalani hari-harinya seperti biasa, seperti bersekolah, belajar, dan membantu ibunya membuat roti ataupun membantu sang ibu menjual roti.

Tak ada seorang pun yang mengetahui kejadian yang menimpanya sebulan yang lalu, baik itu Riri ibunya atau pun Steffy sahabatnya.

Devina sudah bertekad ingin melupakan kejadian itu walaupun bayang bayang kejadian menjijikkan itu selalu terlintas di pikirannya. Baik Devina dan Alano, kini keduanya benar benar sudah saling melupakan.

Namun ada satu hal yang membuat Devina takut, sejak melakukan hubungan itu dengan Alano sampai saat ini ia belum datang bulan dan ia ingat ketika melakukannya saat itu kondisinya sedang subur.

Terlebih lagi siklus datang bulannya ini sudah telat selama 10 hari dan ditambah lagi akhir akhir ini tubuhnya gampang lemas dan lelah. Devina takut jika ia sampai hamil anak lelaki brengsek itu.

Hari ini Devina bersekolah seperti biasanya, meskipun badannya sedikit lemas tapi ia tetap harus sekolah karena ada ulangan matematika yang tak mungkin untuk ditinggalkan.

Saat ini Devina sudah siap dengan akribut sekolahnya hanya tinggal memakai sepatu saja, saat hendak mengambil sepatunya di keranjang khusus sepatu, tiba-tiba ada gejolak aneh di perutnya ia merasa ingin memuntahkan sesuatu dari perutnya.

Devina pun langsung berlari ke kamar mandi yang terletak di dapur, Riri yang melihat Devina yang sedang berlari sambil membekap mulutnya pun langsung menghampiri sang putri dan menuntun Devina masuk ke kamar mandi sambil memijat mijat pundak Devina.

Hoek  Hoek___

Namun anehnya yang dimuntahkan Devina hanya cairan bening.

"Kamu lebih baik gak usah ke sekolah dulu Dev!" ucap Riri masih sambil memijat pundak Devina.

"Gak bu, hari ini ada ulangan matematika Devina gak mau ketinggalan" ucapnya yang setelah itu kembali memuntahkan lagi cairan bening yang sedari tadi menyiksanya.

Hoek hoek__

"Tapi mukamu itu pucet banget"

"Udah gak papa bu, Devina cuma pusing dikit kok"

"Yasudah tapi minum obat pereda pusing dulu!, kebetulan ibuk kemaren baru beli obat di warung"

"Hemm iya bu"

Setelah meminum obat, Devina pun langsung bergegas ke sekolah dengan menggunakan angkutan umum seperti biasa yang ia tumpangi.

Pukul telah menunjukkan 06.55 pertanda 5 menit lagi pelajaran akan dimulai, dan Devina masih terjebak macet di dalam sebuah angkot bersama beberapa orang didalamnya.

"Aduh bang masih lama ya macetnya?" tanya Devina dengan sedikit berteriak ke pada sang supir angkot.

Karna Devina duduk tepat di belakang supir jadi memudahkannya untuk sedikit berteriak sehingga tidak menganggu penumpang yang lain.

"Ya neng kan bisa liat sendiri di depan macetnya gimana"

Devina hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar, dengan kepala yang sedikit masih pusing dan terjebak macet benar benar membuat Devina tambah pusing, dan ditambah lagi pastinya nanti ia akan dihukum bila terlambat ke sekolah.

_Sekolah_

15 menit kemudian Devina sudah sampai ke sekolah dengan keadaan pintu gerbangnya sudah tertutup rapat, pertanda bahwa pelajaran sudah dimulai.

Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang