[45]•DEVANO•

8.3K 669 354
                                    

"Aku pengen kita putus"

Kalimat itu? Kalimat paling tidak disukai oleh Alin, tidak! Alin tidak mau putus dengan Alano, Alano adalah dunianya, bagaimana bisa dirinya menerima ini semua, rasanya Alin tak sanggup jika harus kehilangan Alano, sudah cukup Mama nya saja yang pergi, dan Alin tak mau Alano juga pergi meninggalkannya.

"Gak! Kamu jangan bercanda"

Alin menatap tak percaya Alano.

"Aku serius Lin"

"Gak! Aku gak mau kita putus" elak Alin berusaha meraih tangan Alano namun tangan Alano terlebih dahulu menghindar dari jangkauan tangganya.

"Hubungan kita ini salah Lin, mau sampe kapan kita jalanin hubungan toxic kayak gini"

"Aku gak peduli Alano, aku gak mau kita putus" mata Alin kini sudah berkaca-kaca, dan rasanya Alano tak tega melihat itu, tapi apa boleh buat ini sudah menjadi keputusannya.

"Maafin aku Lin, tapi ini udah jadi keputusan aku"

Kini Alano bangkit dari ayunan kayu itu, karena ia rasa semuanya telah jelas sekarang dan tidak perlu dibicarakan lagi, keputusannya sudah bulat, sekarang dirinya sedang fokus mencari keberadaan Devina, dan memulai semuanya lagi dari awal.

Alin menarik pergelangan tangan Alano, gadis itu pun kini ikut berdiri untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Alano yang kini berdiri membelakanginya.

"Tapi kamu udah janji kalo gak bakalan ninggalin aku"

"Semua orang bisa ngomong janji tanpa nempatinya Lin, dan aku termasuk salah satu dari orang kayak gitu".

"Tapi kenapa? Bukannya kamu cinta banget sama aku dari dulu, tapi kenapa sekarang tiba tiba gini?".

"Karena sekarang semuanya udah berubah, cinta aku bukan kamu lagi"

Seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan belati di dadanya, lelaki yang dulu mengejar ngejarnya untuk mendapatkan cintanya, kini sudah tidak lagi mencintainya, mengapa disaat dirinya sudah benar benar jatuh cinta kepada lelaki itu mengapa sekarang dirinya malah dibuang seperti ini.

"Apa ini karena Devina?"

Alano membalikkan tubuhnya, lalu menatap mata Alin.

"Iya" jawabnya singkat.

Alin sudah menduganya, ternyata alasannya ya memang karena Devina.

"Bukannya kamu bilang kamu gak cinta sama dia?"

"Itu dulu, karena rasa cinta itu sekarang datang dengan sendirinya".

"Tapi aku gak bisa putus dari kamu, aku rela jadi yang ke dua asalkan kita jangan putus!" Pinta Alin yang membuat Alano membuang mukanya kearah lain.

"Kamu itu cantik Lin, baik, aku yakin di luar sana masih banyak kok cowok yang mau sama kamu"

Alin menggeleng, memang banyak sih yang mau dengan dirinya, tetapi Alin hanya menginginkan Alano, bukan cowok lain.

"Please jangan putusin aku hiks!"

"Sorry Lin aku gak bisa!" Alano mencoba melepaskan tangan gadis itu dari tangannya.

"Jangan tangisin cowok brengsek kayak aku!, Mendingan simpen air mata kamu buat hal lain".

"Gue pamit!"

Setelah mengatakan itu Alano langsung melenggang pergi menuju motornya yang terparkir di halaman rumah Alin, lelaki itu memakai helm full face nya, dan langsung meninggalkan perkarangan rumah mewah itu.

Alin menatap kepergian Alano dengan air mata berlinang di pelupuk matanya, beginikah rasanya di tinggal saat sedang sayang sayangnya, rasanya sangat sakit sekali, ini adalah kali keduanya Alin merasakan sakit seperti ini setelah kepergian Mamanya dulu, dan sekarang orang yang ia sayang lagi lagi meninggalkannya.

Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang