[11]•DEVANO•

10.3K 542 17
                                    

~Flashback_ on~

Hari ini Riri memutuskan untuk tidak berjualan, pasalnya kemarin seusai berjualan seharian Riri lupa untuk membeli bahan bahan adonan untuk membuat roti, akibat ia terlalu kelelahan karena kemarin berjualan seharian, sehingga hari ini ia memutuskan untuk bersih bersih rumah saja dikarenakan akhir akhir ini ia juga sangat jarang untuk merawat rumahnya itu.

Riri membersihkannya mulai dari ruang tamu, kamarnya, dan tak lupa juga dengan kedua kamar putrinya. Sekarang ia sudah selesai membersihkan kamarnya dan kamar Ayu lalu selanjutnya sekarang tinggal membersihkan kamarnya Devina.

Dengan telaten Riri mulai menyapu setiap jengkal lantai sampai bersih, lalu ia beralih membersihkan meja belajar Devina dengan kemoceng yang dibawanya tadi.

Setelah menurutnya sudah bersih, sekilas ia melirik ke arah meja yang terletak disebelah ranjang ia berniat ingin membersihkannya juga,dimeja terlihat ada dua buah benda yang menurutnya asing, lalu Riri berjalan menuju meja tersebut.

Riri mengatup mulutnya tak percaya atas apa yang ia lihat, jelas ia sangat mengetahui apa benda itu karena ia dulu juga sudah pernah mencobanya. Terlebih lagi disitu tertera dua garis, yang berarti positif.

Seketika Riri terduduk lemas di ranjang, anak yang selama ini selalu ia jaga dan ia rawat dengan baik sekarang sedang mengandung, tidak mungkin bukan jika Devina menjual dirinya kepada pria hidung belang yang mengakibatkan Devina sampai hamil seperti sekarang, tapi rasanya tidak mungkin putrinya melakukan hal seperti itu.

~Flashback_Off~

Sejak kejadian Riri mengusir Devina
beberapa menit yang lalu membuat Riri merasa sangat bersalah. Saat ini Riri hanya mampu menangis dalam diam dengan keadaan satu tangganya yang masih memegang dua benda itu, sejujurnya Riri tak tega untuk mengusir Devina terlebih lagi anaknya itu dalam keadaannya yang sedang mengandung, seharusnya disaat saat seperti inilah dirinya yang harus menguatkan putrinya itu bukan malah mengusirnya.

Tapi apa boleh buat, emosinya sudah mengalahkan segalanya, bahkan ia tak mau mendengarkan sedikit penjelasan dari bibirnya Devina, cih ibu macam apa dia.

Perlahan ia bangkit dari ranjangnya, ia berniat ingin keluar rumah untuk melihat keadaan putrinya yang sudah ia usir berharap putrinya itu masih didepan pintu rumahnya. Namun sayang, diluar rumahnya tidak ada siapa-siapa melainkan hanya ada sebuah ikat rambut berwarna merah muda yang tergeletak didepan pintu rumahnya.

Riri sangat mengenali pemilik dari ikat rambut tersebut, ya itu adalah milik Devina. Sebuir air mata menetes dari mata Riri, sungguh ia sangat menyesal telah mengusir putrinya dengan sekejam itu.

Namun jika memang Devina benar benar sudah pergi, lalu ia akan pergi kemana. Sedangkan gadis itu tak mempunyai sepeser uang pun dan mereka juga tak ada kerabat dekat disekitar sini, atau mungkinkah Devina akan pergi ke tempat Steffy! itu masih menjadi pemikiran Riri saat ini, sungguh ia sangat takut jika terjadi sesuatu terhadap Devina.

'Devina dimana kamu nak?' batin riri merasa cemas.

∆∆∆

Disinilah Devina sekarang, disebuah gubuk tua pinggir jalanan pasar yang tak jauh dari tempatnya tinggal. Disitu Devina terduduk termenung dengan keadaan yang sangat memprihatikan.

Jika dilihat lihat Devina sekarang persis seperti gelandangan yang tinggal dibawah kolong jembatan, banyak pasang mata yang prihatin melihat kearahnya, ada juga sedikit dari pejalan kaki yang memberikan uang terhadap Devina karena mereka kira Devina itu gelandangan. Namun Devina langsung menolaknya dan berkata bahwa ia bukan gelandangan.

Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang