[21]•DEVANO•

8.6K 400 14
                                        

Tidak seperti pernikahan yang diimpikan oleh Devina, yang dimana dipagi hari diawali dengan kecupan manis ataupun sekedar pelukan hangat. Namun nyatanya itu hanya ada di novel yang pernah ia baca saja, dikarenakan mereka menikah karena sebuah kesalahan, bukan karena saling mencintai.

Malahan sekarang Alano masih molor ditempat tidurnya dengan keadaan tubuhnya tengkurap, persis seperti paus yang terdampar dipesisiran pantai.

Sedangkan Devina, gadis itu sudah terbangun sejak 1 jam yang lalu akibat ia merasa mual, dan setelah sedikit baikan, ia lanjutkan dengan membantu Mertuanya dan Bi Yani yang sedang memasak didapur.

"Wah ternyata nasi goreng resep kamu enak juga ya" kata Siska yang baru selesai menyicipi nasi goreng buatan Devina yang baru saja ditaruh diatas meja makan.

"Makasih Bu" kata Devina sambil tersenyum simpul.

"Panggil Bunda aja biar sama kaya Alano, masak Alano manggil Bunda tapi kamu manggil ibu sih"

"Eh iya Bunda"

"Oh ya, kalian gak usah sekolah ya untuk 2 hari kedepan" kata Siska yang kini tengah menata buah buahan diatas meja makan.

"Emangnya kenapa Bun?" Devina menatap bingung Siska.

"Kalian kan masih pengantin baru, jadi untuk 2 hari kedepan jangan kemana-mana dulu"

"Tapi.."

"Udah kalo masalah sekolah, kamu tenang aja, Bunda udah absen kamu sama Alano kok"

Bukannya apa-apa Devina tidak mau libur sekolah, masalahnya ia tidak tau harus berbuat apa selama 2 hari kedepan di rumah sebesar ini, terlebih lagi bersama lelaki itu.

"Sekarang kamu bangunin Alano gih, suruh dia makan!" Titah Siska yang diangguki ragu oleh Devina.

Kini Devina sudah berada didepan pintu kamar mereka, ia ragu antara masuk atau tidak. Pasalnya Devina tidak tahu bagaimana cara membangunkan orang tidur, terlebih lagi orang itu adalah Alano.

Perlahan Devina membuang pelan nafasnya, yang kemudian perlahan ia membuka kenop pintu yang didalamnya langsung disungguhkan dengan Alano sedang tertidur pulas.

Kini Devina sudah berdiri disebelahnya Alano, dengan keadaannya tubuhnya masih tengkurap dengan kepala menyamping.

Disitu tampak Alano tertidur dengan tenang dan sedikit terdengar dengkuran yang tidak terlalu keras.

Bulu matanya lentik, hidungnya mancung, dan oh jangan lupakan bentuk bibir sexy nya itu seakan membuat Devina lupa jika lelaki itu yang telah membuat dirinya hancur.

Devina menepuk pelan pipinya, tak seharusnya ia terpesona dengan lelaki yang sangat ia benci itu.

Dengan perlahan kini tangan mungil itu mulai maju untuk menyentuh selimut bermotif kotak-kotak itu, ia berniat ingin menariknya, namun baru 5 cm ia tarik, Devina sudah dibuat kalang kabut.

Bagaimana tidak, Alano sekarang tidak mengenakan baju sama sekali, alias ia tidur dengan bertelanjang dada. Walaupun ia sudah pernah melihatnya sebelumnya waktu di kamar hotel beberapa waktu yang lalu, namun entahlah rasanya aneh saja.

Sementara Alano kini mulai menggerakkan tubuhnya sambil satu tangannya digunakan untuk mengusap matanya, dengan perlahan pun ia mulai membuka kedua matanya yang langsung disungguhkan oleh kehadiran Devina disampingnya.

Alano langsung membalikkan tubuhnya dan melihat Devina yang saat ini tengah berdiri disamping ranjangnya.

"Ngapain lo disini?" Alano menatap Devina curiga.

"Eh itu" Devina menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Lo mau apa apain gue ya, hayo ngaku aja lo"

Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang