[12]•DEVANO•

10.6K 511 18
                                    

Saat ini Devina dan Alano sedang berada disebuah meja makan dengan posisi keduanya saling berhadapan satu sama lain dengan ditemani oleh beberapa hidangan didepannya, keduanya hanya diam saja tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka.

Devina sekarang sudah berganti pakaian dengan pakaian rumah yang biasa ia pakai ketika ia berada dirumahnya. Berbeda dengan tadi ia masih mengenakan seragam sekolah yang sudah tak beraturan.

Devina melirik Alano sebentar. Sejujurnya Devina ingin sekali berteriak dihadapan lelaki itu bahwa ia sedang mengandung anaknya, dan ia ingin lelaki itu bertanggung jawab kepada dirinya, tapi mana berani ia melakukan itu yang ada nanti membuat semuanya menjadi tambah rumit. Devina harus menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan itu.

Namun tanpa sepengetahuan Devina, ternyata Alano sudah mengetahui bahwa dirinya sedang hamil sebab kejadian dimana Gara memukulnya dan kemudian mengatakan itu kepada Alano. Namun lelaki itu memilih tetap cuek saja seolah olah tak terjadi apa-apa. Toh itu juga sebuah kesalahan menurutnya.

Tiba-tiba Siska datang sambil membawakan air sirup oranye ditangan kanannya lalu ia letakkan di atas meja makan tepat dihadapannya Devina.

Hoek_

Tiba-tiba saja Devina merasa langsung mual ketika Siska menaruh minuman berwarna oranye itu didepannya.

Bau minuman itulah yang membuat Devina sampai mual seperti sekarang ini, Devina akui Indra penciumannya akhir akhir ini memang sangat sensitif. Apa lagi dengan aroma jeruk seperti saat ini.

Devina membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Siska yang sedang menata buah buahan pun menoleh ke arah Devina lalu ia segera  menghampiri gadis itu dengan sedikit berlari.

"Kamu kenapa sayang"? Tanya Siska mulai panik.

Devina menggeleng pelan sambil masih satu tangan membekap mulutnya.

Sementara Alano, lelaki itu memilih melihatnya saja, tanpa mau ambil pusing. Walaupun ia sebenarnya tau bahwa penyebab gadis itu seperti itu adalah karena ulahnya.

Akhirnya rasa mual Devina pun sedikit mereda dan tergantikan dengan sedikit pusing dikepalanya, ia bersyukur karena tidak jadi muntah.

"Kamu kalo mau muntah muntah aja?. Jangan ditahan!" Kata Siska mengelus ngelus pundak Devina lembut.

'Gila kali bunda suruh dia muntah dimeja makan' Alano bergidik jijik jika sampai benar benar itu terjadi.

"Gak jadi muntah, aku sekarang cuman sedikit pusing" Devina berkata sambil memijat pelan pelipisnya.

"Tunggu sebentar ya! Saya ambil minyak kayu putih dulu!."

Setelah beberapa detik kepergian Siska, tiba-tiba Alano bangkit dari kursinya lalu menghampiri Devina.

"Heh!" Panggil Alano menghampiri Devina.

Devina mendongakkan kepalanya menatap Alano sayu, ia masih merasa kesusahan untuk sekedar menatap lelaki itu.

Alano tiba tiba memegang pergelangan tangan Devina lalu menariknya paksa untuk pergi ke sesuatu tempat.


Devina yang tiba tiba tangannya ditarik pun langsung menepis tangan besar Alano, namun sayang cekalan lelaki itu tidak juga terlepas, ya jelaslah tenaga lelaki itu tak sebanding dengan tenaganya terlebih lagi ia dalam keadaan pusing seperti ini.

Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang