[30]•DEVANO•

8.4K 411 16
                                    

Devina terbangun dari tidurnya karena perutnya merasa mual , Devina memaksakan tubuhnya untuk bangkit dari tempat tidur yang bahkan nyawanya saja pun belum terkumpul sepenuhnya.

"Kok aku disini?" Devina memerhatikan disekelilingnya dengan keadaan matanya yang masih  sayub sayub setengah terbuka.

Seketika gejolak mual pun mulai menyerangnya lagi, akhirnya Devina pun bangun dari tempat tidurnya lalu langsung berlari ke luar kamar dengan tertatih-tatih.

Alano yang sedang asik bermain gitar pun kini beralih memerhatikan Devina yang berlari kecil menuju dapur, ia mengangkat satu alisnya bingung, lalu ikut menyusul Devina menuju dapur.

Di kamar mandi Devina buru buru menuju wastafel lalu memuntahkan seluruh isi perutnya yang hanya berisi cairan bening saja.

"Lo gak papa?" Alano kini berdiri di sebelahnya Devina sambil memerhatikan Devina dengan raut wajah khawatir.

Devina menggeleng pelan, kemudian ia mencuci mulutnya, ia sekarang sudah merasa sedikit baikan sehabis muntah, huff selalu saja begitu, sudah menjadi kebiasaan ketika seorang wanita hamil muda bukan, kemudian ia pun langsung keluar dari kamar mandi meninggalkan Alano sendiri.

Tunggu sebentar, Devina merasa janggal pada dirinya sendiri, tapi apa, Devina berusaha mengingat ingatnya.Dan Devina baru ingat sekarang, disekolah tadi ia dibully dan dikurung didalam gudang oleh Chika CS, lalu kenapa sekarang ia sudah berada di apartemen bersama Alano.

Dan ada satu hal lagi yang membuat Devina tercengang, bajunya sudah terganti menjadi baju piyama santai sekarang.

Dengan refleks Devina langsung menyilangkan kedua tangannya didepan dada, apa lelaki itu sudah melihat semuanya, ah rasanya Devina ingin menghilang sekarang juga, ia sangat malu sekarang.

"Lo ngapain berdiri disitu?"

Alano keluar dari kamar mandi, dan mendapati Devina yang masih berdiri didekat meja pantry sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, apakah Devina masih kedinginan?.

Devina buru buru menggeleng dan melenggang pergi begitu saja, karena jujur ia sangat malu sekarang dengan Alano.

"Tunggu!" Teriak Alano yang membuat Devina terhenti, Alano pun menghampiri Devina.

"Gue mau bicara sama lo"

"Kita duduk dulu!"

Alano berjalan duluan didepan yang diikuti oleh Devina dibelakangnya, kemudian mereka pun duduk disebuah sofa didepan TV.

"Siapa pelaku yang udah ngebully lo?" Tanya Alano the to points.

Devina tidak menjawabnya, ia tidak mau Chika semakin membencinya karena ia melaporkan hal ini kepada Alano.

"Lo gak usah takut, cepet bilang aja siapa orang itu, dan gue bakal habisin orang itu sekarang juga"

Devina menggeleng, ia sudah berjanji tidak akan memberitahu kepada siapa pun karena ia tidak mau berurusan lagi dengan Chika.

"Ck, oke, fiks gue bakal cari tau sendiri siapa pelakunya"

Alano menggeleng gelengkan kepalanya menghadapi sikapnya Devina yang menurutnya terlalu baik untuk kita yang hidup di jaman yang mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain seperti di jaman sekarang.

"Oh ya kak"

"Hem"

"Eum soal baju aku, kakak yang gantiin ya?" Tanya Devina yang kini menunggu jawaban dari Arion sambil mengigit bibir bawahnya.

Sementara Alano ia jadi kalang kabut mendengar pertanyaan Devina barusan, kemudian ia pun mengangguk pelan.

Devina menelan ludahnya kasar, ternyata dugaannya benar, ternyata Alano sudah melihat semuanya, yang Tuhan tolong hilangkan Devina sebentar saja, ia benar-benar merasa sangat malu sekarang.

Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang