[8]•DEVANO•

10.4K 445 8
                                    

'Senin' adalah hari yang paling meresahka bagi setiap orang, terutama bagi pelajar, selain harus panas panasan karena harus mengikuti upacara bendera dan juga harus datang lebih pagi dari hari lainnya, serta jadwal pulang sekolah pun sedikit diperlambat.

Begitulah yang dirasakan oleh Alano hari ini, jujur Alano sangat membenci hari Senin, menurutnya hari Senin itu sangat meresahkan baginya.

Seperti saat ini pagi pagi sekali ia sudah dibangunkan oleh Ayahnya hanya untuk datang ke sekolah agar tidak terlambat, Ayahnya tidak mau jika anaknya itu tidak taat aturan dan itu akan berpengaruh terhada reputasinya sebagai pemilik dari yayasan sekolah.

Begitulah Arvino Macrsky Minaj, Ayah Alano, ia hanya memikirkan martabat dan reputasinya saja tanpa mau memikirkan nasibnya Alano anaknya yang terus menerus ia kekang demi kepentingannya sendiri.

Alano terus terusan dipaksa oleh
Arvino untuk belajar dan belajar dan itu membuat Alano sangat muak dengan sikap ayahnya yang egois tanpa memikirkan perasaannya sedikit pun, yang dipikirkan Ayahnya adalah uang, harta, martabat, dan wanita 'Cuih Alano sangat membenci  itu'

Kini ia sudah siap dengan akribut sekolahnya dan siap untuk berangkat.
Alano meraih kunci motor sport andalannya yang terletak diatas meja belajar lalu pergi meninggalkan kamarnya.

Setelah itu ia buru buru menuruni anak tangga dengan melewati Arvino yang tampak tengah bersantai dengan koran di tangannya dan ditemani oleh secangkir kopi diatas meja.

Arvino yang melihat anaknya melewatinya begitu saja pun menoleh dan langsung berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri Alano yang sedang mengikat tali sepatunya yang sempat terlepas.

"Alano!" panggil Arvino namun tak di hiraukan sama sekali oleh Alano.

Merasa tak ada respon dari anaknya, membuat Arvino geram dan ia pun memegang bahu Alano dengan sedikit mencengkramnya.

"Apa lagi sih?" Alano memutar bola matanya malas lalu menepis tangan Arvino kasar.

"Kamu ini anak yang gak ada sopan santunnya ya" ucap Arvino, Alano pun membuang mukanya lalu tersenyum miring.

"Mau ayah apa sih, aku udah bela belain bangun pagi buat sekolah demi reputasi ayah itu, ayah belum puas juga buat terus kekang aku"

"Ini juga buat kepentingan kamu Al" Alano tertawa getir kemudian menatap Arvino.

"Kepentingan aku?" Alano membuang mukanya asal lalu kembali menatap Arvino "Bukannya buat kepentingan ayah pribadi, sejak kapan ayah peduli sama aku, yang ayah pentingin cuma reputasi, jabatan dan..." Alano menghela nafasnya " wanita wanita simpanan ayah itu"

Plakkk__

Selalu saja begitu, sudah tidak terhitung lagi entah untuk kesekian kalinya Arvino menampar putra semata wayangnya itu karena emosi yang tidak terkendali.

"CUKUPPP" teriak Alano frustasi.

"Aku muak sama sikap ayah yang selalu egois, mulai hari ini aku bakal tinggal di rumah Bunda"

Setelah mengatakan itu Alano langsung pergi meninggalkan rumah mewah milik Arvino Ayahnya itu, dengan keadaan Arvino yang masih terdiam ditempat.

Yah Alano adalah anak broken home, orang tuanya bercerai ketika ia masih duduk di bangku kelas 3 SD. Saat itu mestinya hak asuh Alano jatuh ke tangan Siska Bundanya Alano mengingat Alano pada saat itu masih dibawah umur, tetapi dengan segala kekuasaannya maka hak asuh Alano jatuh kepada Arvino. Ya kalian tau sendiri lah pria itu akan melakukan apapun demi mewujudkan ambisinya.

∆∆∆

Pagi ini awalnya Devina merasa sedikit lega karna ia tidak mengalami morning sicknees seperti yang dialami dihari sebelumnya.

Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang