[35]•DEVANO•

7.1K 474 28
                                    

Alano meremas kasar setir mobilnya sambil mengacak-acak rambutnya asal, bagaimana bisa dirinya sampai melupakan Devina karena kehadiran Alin yang tiba-tiba berada di klub musik.

Dan sekarang Alano bingung harus mencari Devina kemana, awalnya Alano pikir Devina sudah pulang duluan dengan Steffy, namun ternyata dugaannya salah, setelah ia pulang ke apartemen ternyata keadaan apartemen sepi dan setelah menghubungi Steffy pun sahabat istrinya itu mengatakan bahwa ia tidak pulang bersamanya, ingin menelepon juga Devina tidak membawa ponselnya.

Kini Alano benar benar frustasi, bagaimana bisa ia sampai jengah untuk menjaga Devina, pikirannya kini tertuju ke Ayahnya, ya Ayahnya, siapa lagi orang yang tidak suka dengan Devina. Meskipun banyak orang yang tidak menyukai gadis itu, tapi entahlah pikirannya tertuju ke Ayahnya.

Bahkan preman kemarin saja Alano yakin bahwa mereka pasti suruhan Ayahnya. Cih, Ayahnya itu memang kurang kerjaan.

Kini Alano tau apa yang harus ia lakukan, tidak ada cara lain selain menemui Ayahnya dan menyuruh pria paruh baya itu untuk menghentikan niatnya untuk ikut campur dengan kehidupannya sekarang.

Sekarang Alano telah sampai di mansion kediaman Ayahnya yang dua bulan yang lalu telah ia tinggalkan dan memilih untuk tinggal bersama Bundanya yang menurutnya lebih nyaman.

"Tumben kamu kesini?" Tanya Arvino memandang Alano heran, karena selama menikah, Alano tak pernah sama sekali datang untuk mengunjunginya.

"Dimana Devina?" Teriak Alano nyaring.

"Devina itu istri kamu, kok malah nanya ke Ayah?" Kata Arvino yang membuat Alano tertawa getir mendengarnya.

"Alano tau, Ayah kan yang udah nyulik Devina, ayo bilang dimana Devina sekarang?"

"Ngawur kamu, ngapain juga Ayah nyulik istri kamu itu" elak Arvino.

"KARENA AYAH MALU KARENA ANAK LAKI LAKI AYAH INI UDAH HAMILIN ANAK GADIS ORANG" Teriak Alano yang bahkan urat urat lehernya ikut tertarik.

"Kamu..."

"Apa? Kamu apa? kalo bukan Ayah terus kenapa Ayah suruh orang buat mata matain kita, bahkan Ayah ngancam buat ngabisin Devina"

Arvino tidak tau harus berkata apa lagi, sekarang dirinya sudah ketahuan atas rencana bejat itu.

"Ayah akui memang Ayah nyuruh orang buat mata matain kalian, ini semua demi masa depan kamu Al, ayah gak mau kamu jadi kepala rumah tangga disaat umur kamu yang terbilang masih sangat muda"

"Terus Ayah pikir Devina mau jadi ibu muda" Alano menghela sebentar nafasnya "Devina gak mau Yah, karena Alano dia kek gini, karena Alano Devina jadi menderita, Alano akui awalnya Alano jahat sama dia, tapi itu dulu, dan sekarang Alano pingin menebus semua itu dengan membahagiakan dia"

"Biarin Alano hidup tenang sama dia! Alano mohon!" Pinta Alano yang bahkan kini mata lelaki itu sudah meneteskan air matanya.

"Oke fine kalo gitu maunya kamu, tapi Ayah minta mulai dari sekarang kamu jangan pernah gunain uang Ayah lagi sepeserpun, semua aset yang udah Ayah kasih Ayah cabut"

"Nih, Alano gak butuh semua itu" Alano melempar asal kunci mobilnya. Ayahnya pikir dirinya tak bisa hidup tanpa adanya harta Ayahnya itu, Ayahnya tidak tau bahwa selama ini dirinya telah menabung dan memiliki sebuah usaha untuk menghidupi kehidupannya kelak.

"Dan dimana Devina?" Tanya Alano lagi.

"Ayah udah bilang, Ayah gak tau dimana dia" kata Arvino jujur, karena memang bukan dirinya lah penyebab hilangnya Devina.

"Bullshit"

Alano memilih keluar dari mansion Ayahnya, karena berlama-lama disini juga rasanya seperti di neraka, panas, pedih, dan kejam.

Our Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang