06. Bunuh

153K 13.4K 1.6K
                                    

                   Happy Reading ❤️

"SAH!"

Arzan menatap wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu, lalu mengecup keningnya. Pernikahan mereka tidak dirayakan, hanya acara ijab qobul saja. Yohan tidak akan mempermalukan dirinya dan keluarganya. Apa kata orang nanti jika mereka tau bahwa anaknya yang masih SMA sudah menikah?

Setelah acara ijab qobul selesai, Arzan segera memboyong istrinya ke rumah. Meski, Nindya melarang Arzan untuk membawa Kaila, namun bukan Arzan namanya jika perkataannya dibantah. Pria itu bahkan berani membentak Nindya saat mereka berdebat tadi. Dan berakhir, tamparan dari Yohan.

Untuk mengakhiri perdebatan yang panjang, Kaila pun memutuskan ikut dengan Arzan. Bagaimanapun juga, Arzan sudah menjadi suaminya. Arzan berhak atas dirinya.

Kaila dibuat melongo dengan pemandangan rumah Arzan yang begitu besar dan mewah. Rumahnya saja tak sebesar ini. Bahkan, di dalam rumah itu ada lift-nya.

"Sayang, kamar kita ada di atas. Di rumah ini ada lima pembantu. Kalau kamu perlu apa-apa tinggal pencet bel yang ada di dekat pintu kamar, ngerti?" Kaila hanya mengangguk.

"Aku pergi dulu. Ada urusan," pamit Arzan seraya mengecup kening Kaila sekilas.

"HEH!" Kaila terlonjak kaget mendengar teriakan Arzan. Ia kira, Arzan meneriaki dirinya, namun perkiraannya salah. Ternyata, Arzan sedang memanggil salah satu asisten rumah tangganya.

"I-iya, Tuan." Dapat Kaila lihat, asisten rumah tangga itu juga terlihat ketakutan saat berhadapan dengan Arzan.

"Anterin istri gue ke kamar! Layani keperluannya! Kalau ada apa-apa sama dia, habis lo!" Wanita yang terlihat masih muda itu mengangguk sembari menunduk takut. Bukan hanya dia saja yang takut, Kaila pun juga.

"Aku pergi dulu, Sayang." Suara Arzan berubah lembut saat berbicara dengan Kaila.

Kepergian Arzan membuat Kaila bernafas lega. Arzan memang memperlakukannya dengan baik, tapi hawa seram dari Arzan tak pernah menghilang. Arzan tetaplah Arzan yang menakutkan.

Kaila menghampiri wanita yang masih terlihat berumur 20 tahun-an itu. "Mbak, Kak Arzan emang gitu, ya?" tanya Kaila.

"I--iya, Non," jawabnya.

"Nama aku Kaila. Nama Mbak, siapa?"

"Astrid," jawabnya singkat.

"Anterin aku ke kamar, yuk!" Astrid hanya mengangguk. Ia mengambil alih tas ransel milik Kaila.

***
"Lo berani lindungi dia?!"

Arzan dan Bara sedang berhadapan. Arzan sudah tau siapa yang menjebaknya malam itu. Namun, ketika Arzan ingin membunuh Pelangi, Bara malah melindunginya. Bara sama seperti 'mereka', takut dengan Arzan. Akan tetapi, ia memendam rasa takutnya demi melindungi Pelangi.

"Gue aja yang lo bunuh, jangan Pelangi!" jawab Bara.

"Jangan, Bara," bisik Pelangi. Bara menatap Pelangi seakan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Yang salah, yang akan terima akibatnya!" Arzan mengumpat dalam hati. Dua orang itu hanya membuang waktunya saja.

"Lo nggak bisa bunuh Pelangi. Gue tau perasaan lo ke Kaila, Zan! Kalau lo bunuh Pelangi, dia bakal benci lo dan ninggalin lo!" Arzan menatap Bara nyalang.

DOR!

"BARA!"

"ARZAN!"

                             ***
Jangan lupa vote and comment!

KAILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang