37. Baby Charlie Terluka

93K 6.7K 332
                                    

Happy Reading ❤️

Mata Arzan sudah sayu, tapi Charlie tidak mau tidur. Mommy-nya sudah tidur satu jam yang lalu. Arzan yang mendengarkan celotehan anaknya itu semakin mengantuk. Ia tidak bisa menahan rasa kantuknya, akhirnya terlelap.

Charlie yang merasa bebas pun merangkak menuju pintu kamar yang sedikit terbuka. Ia terkikik senang melihat box yang berisi bola mainannya. Charlie mendekati box tersebut, namun tidak jadi sebab ada ruangan yang membuatnya tertarik.

Ruangan tersebut juga sedikit terbuka, dan memudahkan Charlie masuk ke dalam. Matanya berbinar melihat guci-guci kecil yang tersusun di lantai. Guci tersebut tampak banyak yang lecet. Mungkin, itu sebabnya guci-guci itu ditaruh di ruangan yang dikhususkan untuk menempatkan barang-barang yang rusak.

PRANG!

"HUWWAA!" Tangisan bayi gembul itu menggelegar di seisi ruangan. Mungkin, juga terdengar sampai ke kamar Arzan dan Kaila.

Arzan yang sedang terlelap pun merasa kaget. Dia melihat sekeliling. Anaknya tidak ada. Dia panik. Mencari di seluruh penjuru kamarnya. Nihil. Ia pun keluar kamar mengikuti suara tangisan sang anak. Tangisan itu terdengar di ruangan sebelah.

Benar saja. Dia melihat anaknya menangis dengan keadaan tangannya yang penuh darah dan pecahan guci yang berserakan di lantai.

"Astaghfirullah! Nak, kok bisa gini?" Ia sangat panik dan takut.

Arzan menggendong Charlie keluar dari ruangan tersebut dan membawa anaknya ke rumah sakit. Ia sampai lupa memberitahu istrinya. Istrinya juga tidak terganggu dengan tangisan Charlie. Ia masih asik dengan mimpinya. Tampaknya Kaila sangat lelah hari ini.

Darah dari tangan Charlie terus mengalir. Semakin membuat Arzan khawatir, bahkan ia membentak sang sopir agar mempercepat laju mobilnya. Tak sampai lima belas menit, mereka pun sampai di rumah sakit.

"Dok! Anak saya luka! Cepat tanganin!" bentak Arzan.

Dokter bergegas menangani Charlie yang tidak bisa berhenti menangis. Mereka juga tidak mau Arzan membuat keributan. Semenjak kejadian enam bulan yang lalu, saat Kaila lahiran, Arzan menjadi bahan pembicaraan karena sikapnya yang arogan.

Tangan kanan Charlie diperban. Bayi itu tertidur karena kelelahan menangis. Arzan membawanya pulang dengan perasaan takut. Bagaimana respon istrinya nanti jika melihat keadaan anaknya yang seperti itu? Amukan istrinya jauh lebih menakutkan dibandingkan serangan musuh. Arzan memang suami takut istri.

"Kak! Darima---ASTAGFIRULLAH! ITU ANAKKU KENAPA TANGANNYA DIPERBAN?!"

Teriakan Kaila membuat Charlie terbangun dan kembali menangis. Kaila tidak jadi marah-marah. Ia lebih dulu menenangkan anaknya, setelah itu baru mengintrogasi suaminya.

"Ssyutt ... ssyutt. Anak Mommy kenapa tangannya diperban, Nak? Dinakalin Daddy, hm? Nanti Mommy bales! Mommy cubit perutnya. Sakit, ya?" gumam Kaila yang sedang menyusui anaknya.

Charlie hanya menatap Mommy-nya. Lagipula, dia belum bisa bicara. Gimana mau jawab coba? Kaila menatap anaknya dengan mata berkaca-kaca. Dia ikut terluka jika anaknya terluka. Akhirnya, Kaila terisak. Charlie yang melihatnya ikut manyun-manyun. Kemudian, menangis.

"Ssyutt ... tidur, ya, Nak. Biar Mommy bisa kasih hukuman Daddy kamu," gumam Kaila, menenangkan anaknya.

Arzan yang mendengarnya meringis ngeri. Hukuman apa yang akan diberikan Kaila? Apapun dia akan terima. Karena Charlie terluka akibat kelalaiannya. Ia malah tidur dan tidak memikirkan anaknya.

"Sini, Kak!" Arzan terlonjak kaget. Kaila dengan muka garangnya menyuruhnya mendekat.

"Aww! Sakit, Yang!" teriak Arzan yang telinganya dijewer oleh Kaila.

"Kenapa Charlie bisa luka gitu? Kamu gak jagain dia?" tanya Kaila garang.

"Maap, Yang. Tadi aku ketiduran. Aku gak tau kalau Charlie sampe di ruangan sebelah," jawab Arzan.

"Jadi, Charlie main di ruangan sebelah?! Kamu tau, kan, ruangan sebelah itu bahaya buat bayi?" omel Kaila.

Luapan amarah Kaila meredam, digantikan dengan suara isak tangis Kaila. Arzan ingin merengkuh tubuh istrinya, namun ditepis oleh Kaila. Arzan jadi sangat merasa bersalah. Ia merasa tidak becus menjadi seorang ayah. Ia merasa gagal telah membiarkan anaknya terluka.

***
Pagi harinya Kaila beraktivitas seperti biasa. Namun, dia mengurus Charlie sendiri tanpa bantuan Arzan seperti biasa. Dia juga mendiami suaminya itu. Kaila kecewa dengan Arzan karena telah lalai menjaga Charlie.

"Sini, biar aku yang pakaiin baju buat Charlie,"  tawar Arzan.

"Gak usah," tolak Kaila dingin.

Arzan menghela nafas berat. Bagaimana dia membujuk istrinya agar tidak ngambek lagi? Empat hari lagi mereka sudah harus berangkat. Masa masih mau marah-marahan.

Mata Charlie tak lepas dari Daddy-nya yang sedang murung. Ia mengulurkan tangan ke arah sang Daddy, tapi Mommy-nya malah menurunkan tangannya dan menghalangi pandangannya. Charlie merengek.

"Dia mau sama aku, Sayang," ucap Arzan dibalas tatapan tajam dari istrinya.

"Nanti dia luka lagi," balas Kaila.

"Nggak, Sayang. Aku janji gak akan lalai lagi. Maafin aku, Sayang," lirih Arzan.

Pertahanan Kaila luruh seketika. Dia tidak akan bisa terlalu lama marah pada suaminya itu. Kaila tersenyum ke arah Arzan, memberi kode bahwa dia sudah tidak marah lagi. Arzan ikut tersenyum senang. Lelaki itu mengambil alih Charlie yang sudah tampil ganteng maksimal.

Arzan mengikuti langkah istrinya. Hari ini dia masuk siang karena sebagian besar kerjaannya sudah selesai. Jadi, Arzan punya banyak waktu luang untuk menyiapkan keberangkatannya ke London.

"Aku berangkat siang. Kamu mau ke mana hari ini? Aku temenin," ucap Arzan.

"Gak mau kemana-mana. Aku kan harus prepare," jawab Kaila.

"Ada Astrid. Biar dia aja yang beres-beres," kata Arzan sambil menggoda anaknya.

"Ih, gak boleh gitu. Masih bisa nglakuin sendiri, ngapain harus minta bantuan orang lain? Lagian, Astrid juga harus prepare barang-barangnya sendiri," balas Kaila.

Kaila menyerah botol susu ke arah Arzan. Kemudian, pria itu memberikannya pada sang anak. Tapi, malah dibuang oleh Charlie. Charlie menatap Mommy-nya memelas. Kaila terkekeh, dia tau maksud anaknya itu.

"Sini." Arzan memberikan Charlie.

"ASSALAMUALAIKUM, PAK, BUK!"

"WEH, PEMANDANGAN INDAH!"

"TUTUP MATA LO, B*NG**T!"

PLAK!

"Mulutnya!"

                                 ***
Jangan lupa vote and comment!
Ada yang komen katanya nama anaknya Arzan ma Kaila kek boneka apaan tuh. Lupa gua.
Sebenernya, itu nama pemain bola favorit gue.
Gue juga bingung mau kasih nama apaan. Awalnya, mau Sam ato Joe gitu, ya, tapi kayaknya udah ada yang pake. Gue kan mau yang beda.
Yaudahlah, ya, sekian bacotan gua.

KAILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang