Pantai Whitstable menawarkan pesona alam yang sangat indah dan menakjubkan. Pantai panjang yang didukung pondok dan gubuk warna-warni. Di kawasan pejalan kaki di pinggir laut, hingga tempat perbelanjaan, di mana banyak toko-toko hadiah, cafe berwarna pastel yang berjejer di pinggir jalan raya. (Sumber : Google)
Kaila sengaja mencari tempat indah yang ada di London. Tak sia-sia pencariannya, ia dapat menemukan pantai yang pesonanya tak perlu diragukan.
Ini juga kali pertama untuk Charlie berkunjung ke pantai. Liburan semester ini, Arzan dan Kaila habiskan untuk berwisata. Sembari memperkenalkan alam semesta pada Charlie.
Kini bayi gembul itu sedang bermain pasir pantai dengan riang. Tawanya membuat Ainsley gemas, hingga perempuan yang berusia 26 tahun itu beberapa kali memeluknya.
"Menggemaskan sekali, Sayang. Charlie membuatku sembuh dari luka masa lalu," ucap Ainsley sembari menatap suaminya.
Max tentu saja senang mendengarnya. Semenjak bertemu dengan Charlie, Ainsley kembali ceria. Kebiasaan begadangnya juga berkurang.
"Kita bisa membuatnya sendiri kalau kau mau," bisik Max yang dibumbui godaan.
Ainsley menatap sendu suaminya. "Maaf, Sayang. Aku egois karena hanya memikirkan tentang keadaanku sendiri. Kesedihan itu membuatku enggan untuk kau sentuh," lirih Ainsley penuh perasaan bersalah.
"Sudah. Tidak usah dibahas lagi, oke? Lihat, Charlie sedang menatap kita," balas Max yang sedari tadi menyadari bahwa Charlie sedang menatapnya.
"Hei, Baby Boy. Maaf, ya, kita mengabaikan kamu. Ayo, main lagi." Ainsley menghampiri Charlie dan membuatkan istana dari pasir pantai.
"Nty, aus," ucap Charlie dengan menatap Ainsley melas. (Aunty, haus.)
Ainsley terkekeh. "Oke, Sayang. Yuk, kita ambil botol susu kamu," balas Ainsley sembari menggendong Charlie.
"Berat, Sayang?" tanya Max berbisik. Kalau sampai Charlie mendengarnya, bisa mengamuk lagi bayi gembul itu.
Ainsley membalasnya dengan gelengan kepala dan tawa kecil. Ya, sebenarnya berat, tapi nanti suaminya itu bakal melarangnya menggendong Charlie kalau dia jujur. Max memang overprotektif padanya.
Kemesraan Arzan dan Kaila terganggu lagi karena kedatangan anaknya tersayang.
"Botol susu Charlie mana, Kai?" tanya Ainsley sembari mendudukkan Charlie di sebelah Kaila.
Kaila menyerahkan botol susu Charlie pada Ainsley. Ainsley memberikannya pada Charlie yang sudah digendong oleh Max. Namun, bayi gempal itu berontak. Ia merengek ingin bersama Daddy-nya yang tengah merajuk.
Bagaimana tidak kesal, hampir saja ia berhasil mencicipi bibir manis istrinya, namun pengganggu datang dan mengacaukan.
"Kak, anaknya minta gendong, tuh," ucap Kaila sembari menyenggol lengan suaminya menggunakan sikutnya.
"Sini," ketus Arzan sembari mengulurkan tangannya.
Charlie justru menolak. Bayi itu sangat peka dan pintar. Sikap Daddy-nya yang terpaksa membuatnya tersinggung. Hendak menangis dan menatap Mommy-nya sendu. (Makanya, ati-ati kalo bersikap di depan Charlie.)
"Ish! Jangan gitu, Kak," tegur Kaila seraya mengambil alih Charlie.
"Iya, Arzan. Anakmu itu cukup peka dan ... baperan," sahut Max dengan memelankan nada bicaranya di akhir kalimat.
Arzan terkekeh, kemudian mengambil anaknya yang juga merajuk. "Daddy nggak ngambek lagi kok," ucap Arzan.
Tetap saja batita itu ngambek. Entah mirip siapa sifatnya itu.
***
Hari sudah menjelang sore. Perut sudah pada keroncongan dan rombongan Arzan memutuskan untuk mengisi perut mereka di cafe terdekat.Ini ribetnya kalau bawa bayi. Makanan untuk si bayi gembul lagi disiapkan oleh sang Mommy, tapi si bayi gembul tampaknya sangat tidak sabaran memakannya. Jadilah, dia teriak-teriak hingga membuat semua mata tertuju padanya.
"Nah, ini udah jadi. Gitu aja kok ribut," gerutu Arzan begitu Kaila menyuapkan bubur bayi ke mulut Charlie dan seketika membuat batita itu diam.
"Namanya juga bayi, Arzan. Kalau tidak ribut, serasa aneh," sahut Max.
"Nggak semua bayi begitu, Sayang. Contohnya Mia, dia bayi yang pendiam," timpal Ainsley.
"Oh, batita menggemaskan itu. Aku merindukannya."
Tak lama kemudian, tiga pelayan datang dengan membawa roast meat, buble and squeak, fish and chips, tak lupa makanan penutupnya, eton mess dan muffin. Untuk minuman, semua memesan orange juice. Kecuali, Charlie. Pastinya bayi itu akan minum susu.
Semua makan dengan tenang dan tampak menikmati makanannya. Namun, ketenangan mereka tak berlangsung lama begitu mendengar tangisan Charlie. Tampaknya bayi gembul itu sudah mengantuk.
Kaila membawa Charlie keluar cafe. Ia mengayun-ayunkan anaknya sembari menyusui Charlie. Jangan berpikir kalau Kaila memamerkan aset berharganya di depan umum. Tentu saja tidak! Ia menutupinya dengan gendongan bayi.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk membuat Charlie tertidur. Ia kembali masuk ke dalam cafe, kemudian meletakkan sang batita di stroller. Lalu, ia melanjutkan menyantap makanannya.
"Muffin-nya enak," puji Kaila.
Dulu ia pernah mencoba membuatnya, tapi gagal. Setelah itu, tak mau membuatnya lagi.
"Mau bungkus, boleh?" tanya Kaila pada suaminya.
"Anything for you, Babe," balas Arzan disertai senyuman manis.
"Ekhem! Sayang, sepertinya kita harus pindah tempat dan membiarkan kedua sejoli itu berpacaran," ucap Ainsley pada suaminya.
"Haha, kau benar, Sayang." Tawa Max membuat Arzan mendelik.
"Merusak suasana," gumam Arzan kesal.
Acara liburan ke pantai hari ini berlangsung dengan lancar. Ada masalah kecil, tapi bisa teratasi. Mereka masih merencanakan liburan untuk esok hari. Pokoknya, selama tiga minggu libur, Arzan akan membawa keluarga kecilnya berkeliling Kota London.
Di dalam kamar, ada sepasang suami-istri yang sedang memadu kasih tanpa mempedulikan sang anak yang masih tertidur.
"Huaaa!"
"Ck! Gagal lagi! Gagal lagi!"
****
Gue mau ngasih bocoran.
Versi cetak bakalan ada yang nggak ada di versi Wattpad. Termasuk, bagian satu sampe bagian empat akan dirubah, alur yang berbeda, rahasia Rafael dan Elisa, munculnya Mamanya Arzan.Banyak yang tanya, apa sih rahasianya Elisa Ama si Rafael?
Nah, semuanya akan diungkap di novel.Segera menabung selagi masih ada waktu.☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
KAILA (On Going)
Novela JuvenilBagaimanakah jika seorang gadis yang masih sangat muda dan masih duduk di bangku SMA hamil? Apalagi, hamil dengan pria yang selama ini sangat ia takuti. Bukan hanya dia saja yang takut, bahkan seluruh warga sekolah pun juga takut padanya. Dia adalah...