Happy Reading ❤️
"Apa kamu bahagia menikah dengan pria itu?Bunda lihat, dia pria yang kasar dan angkuh. Jika bukan karena dia telah menodai kamu, Bunda tidak akan merestui pernikahan kalian," ucap Nindya sembari menatap Kaila sendu.
Nindya sangat menyesali pernikahan Kaila dengan Arzan. Sebagai seorang ibu, ia tidak tega melihat anaknya harus hidup bersama dengan pria kasar seperti Arzan. Tampaknya, Nindya sudah memandang buruk seorang Arzan. Yang ia bicarakan itu memang benar. Tapi, itu tidak berlaku untuk Kaila.
"Kaila bahagia, Bunda. Kak Arzan baik sama Kaila. Kak Arzan tidak seperti itu," jawab Kaila.
Kaila tidak membela Arzan. Arzan memperlakukannya dengan baik, dia tidak pernah kasar. Hanya saja, sikap manis Arzan itu hanya berlaku untuknya. Kaila pun lagi berusaha untuk membuat sifat arogan suaminya itu menghilang.
"Bener?" Nindya memandang Kaila tak yakin.
"Iya, Bun. Kak Arzan itu sayang sama Kaila. Dia nggak mungkin nyakitin Kaila, Bunda," balas Kaila sembari tersenyum ke arah bundanya.
"Kaila! Aku lapar." Suara bariton itu membuat ibu dan anak yang sedang asyik mengobrol itu menoleh.
"Bun, aku masak untuk Kak Arzan dulu, ya," pamit Kaila dibalas anggukan oleh Nindya.
Kaila menghampiri Arzan dan menarik tangan suaminya itu. Arzan duduk di ruang makan sembari memperhatikan Kaila yang sedang meracik bumbu rica-rica ayam.
Senyuman manis tercetak di bibir pria yang baru menginjak usia 19 tahun itu. Ia merasa, tak salah memilih istri. Kesalahan yang menjadi anugerah. Awalnya, memang ia menyesali perbuatannya, namun sekarang ia malah bersyukur. Tuhan telah mempertemukannya dengan wanita idamannya.
Tak membutuhkan waktu yang lama, sepiring nasi goreng dan semangkuk sup ayam pun sudah tertata rapi di meja makan. Kaila cukup cekatan dalam urusan dapur. Sejak masih duduk di sekolah dasar, Kaila penasaran dengan hal-hal yang berbau masakan. Ia meminta diajari memasak oleh bundanya yang juga pandai memasak.
"Kakak makan duluan aja. Aku mau antar sup ke Bunda dulu," ucap Kaila sembari membawa nampan berisi semangkuk sup dan satu gelas teh hangat.
Arzan hanya mengangguk.
"Nggak salah pilih gue," gumamnya sembari terkekeh kecil.
Saat Arzan hendak mengambil nasi, tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengambil alih. "Biar aku aja, Kak." Arzan tersenyum simpul.
"Istri yang shalihah," puji Arzan.
Blush!
Kaila membuang muka. Ia tak mau Arzan melihat wajahnya yang sudah memerah.
"Selamanya begini, ya? Jangan pernah berniat untuk ninggalin aku."
***
Hembusan angin malam menerpa wajah cantik Kaila. Yang menjadi beban pikirannya saat ini adalah Pelangi. Arzan sudah menjelaskan tentang kejadian malam itu. Sahabatnya sendiri telah menjebaknya, hingga membuatnya menjadi seorang istri diusia yang tak semestinya.Ia harus mengubur impiannya untuk kuliah di Inggris. Ia harus melupakan keinginannya untuk bertemu dengan pemain sepak bola idolanya. Kaila tidak yakin, setelah ini akan diperbolehkan untuk kuliah ataupun bekerja. Ia juga takut jika sewaktu-waktu bisa hamil. Mengingat Arzan tak hanya satu kali menyentuhnya.
"Udah malam. Ayo, tidur." Kaila tersenyum tipis, lalu menuruti perkataan suaminya.
Perasaan cinta mulai muncul di hati Kaila. Ia akan berusaha untuk mencintai Arzan sepenuhnya.
"Maaf."
"Untuk?"
"Karena aku, kamu harus mengubur cita-cita kamu."
"Maaf, karena tidak bisa mengizinkan kamu untuk mengejar mimpi kamu. Yang hanya aku inginkan, kamu jadi istri yang baik dan penurut." Arzan mengecup kening Kaila agak lama.
"Gakpapa kok, Kak. Aku ikhlas nikah sama Kakak," jawab Kaila.
"Makasih."
Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Kaila yakin, ia bisa membiasakan dirinya menjadi seorang istri. Tak hanya mengurus suami, Kaila juga harus mengubah sifat buruk Arzan.
***
Jangan lupa vote and comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
KAILA (On Going)
Teen FictionBagaimanakah jika seorang gadis yang masih sangat muda dan masih duduk di bangku SMA hamil? Apalagi, hamil dengan pria yang selama ini sangat ia takuti. Bukan hanya dia saja yang takut, bahkan seluruh warga sekolah pun juga takut padanya. Dia adalah...