Happy Reading ❤️
"ANJIR LO! LO BERHASIL BIKIN KITA NANGIS, TAU NGGAK!"
"GUE KIRA LO UDAH MATI!"
"AKHIRNYA, BANGUN JUGA LO. KALO LO GAK SELAMAT MARKAS KITA BAKAL SEPI!"
Agra hanya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Sejak sadar dari koma, mereka mengomeli Agra karena telah membuat mereka khawatir dan menangis.
Sedih dan juga bahagia. Sedih karena membuat semua orang, terutama istrinya khawatir. Tapi, juga bahagia karena dari situ Agra para sahabatnya itu benar-benar care padanya.
Tatapannya beralih pada sang istri. Untung saja dia tidak apa-apa, kalau sampai terjadi apa-apa sama dirinya, Agra tidak tau bagaimana nasib Akilla tanpa ia nantinya.
"Maaf, udah bikin khawatir," bisik Agra.
"Gakpapa, Mas. Yang penting kamu bisa kembali lagi sama kita," jawab Akilla seraya tersenyum.
"Ekhem! Maaf, di sini banyak yang jomblo. Kalau mau uwu-uwuan nanti saja," celetuk Abimanyu.
"Makanya, cari cewek," cibir Agra.
Oh, ya. Arzan dan Kaila sudah pulang tiga puluh menit yang lalu. Mendadak badan Kaila lemas dan tadi juga mual-mual.
"Target kita gimana? Black Wolf malam itu kalah, kan?" tanya Agra. Hadeh. Masih aja mikirin target, padahal masih sakit.
"Markas mereka pasti udah pindah. Kita masih cari informasi. Kalau udah nemu, baru deh sergap lagi," jawab Yuda.
"Pakai senjata?" Anggota Black Wolf sontak menggeleng.
"Kita main cantik," sahut Rafael.
Agra hanya mengangguk-angguk pura-pura mengerti. Padahal, ya, nggak ngerti.
Anggota Black Wolf, kecuali Rafael dan Adenito pulang ke rumah masing-masing karena sudah larut malam. Rencananya, Rafael dan Adenito akan menginap di Rumah Sakit sesuai permintaan Arzan. Antisipasi jika ada apa-apa sama Agra dan istrinya.
***
Dua hari belakangan ini, Arzan selalu bolos karena tiba-tiba Kaila menyuruhnya pulang. Ia hanya disuruh membelikan apa yang Kaila mau, setelah itu Kaila menyuruhnya pergi. Meksipun, kesal dan jengkel, Arzan tetap menuruti permintaan Kaila. Karena Kaila adalah segalanya untuknya.Apapun yang Kaila minta, ia akan selalu menurutinya. Kecuali kalau seandainya Kaila menyuruhnya pergi dari hidup Kaila. Ia takkan sanggup. Dasar bucin!
Lelah. Haus. Lapar. Itu yang Arzan rasakan saat ini. Setelah mengantarkan pesanan Kaila, ia langsung pergi ke markas.
Arzan berdecak kesal. Adenito yang ia suruh membeli bakso tadi tidak juga kembali. Padahal, perutnya sudah sakit karena kelaparan.
"Adenito comeback!" Nah, yang ditunggu akhirnya datang.
"Lama lo, anjir!" umpat Arzan sambil menatap Adenito kesal.
"Macet, Bos!"
"Gaya lo macet!" sahut Rafael yang sedari tadi kerjaannya hanya rebahan.
Ya, mereka bertiga bolos berjamaah. Ikut-ikutan Arzan. Bukan ikut-ikutan, sih, lebih tepatnya ... dipaksa Arzan.
"Si Yuda apa kabar, ya? Tumben gak ikut bolos. Pasti nanti di kantin sendirian. Haha," celetuk Adenito.
"Yuda lagi naksir sama adek kelas. Makanya, rajin masuk," jawab Rafael.
"Tau darimana lo?"
"Dia cerita sendiri." Rafael ember, ternyata!
Ocehan Adenito dan Rafael tidak digubris oleh Arzan. Ia sangat kelaparan. Setelah selesai makan, ia mengecek ponselnya. Siapa tau Kaila menyuruhnya membeli sesuatu lagi.
Nihil. Arzan menghela nafas lega. Sejujurnya, gak ikhlas, sih, dijadikan babu oleh istrinya sendiri. Tapi bagaimana lagi, permintaan jabang bayi gak bisa ia tolak.
"Gue pengen kayak Arzan sama Agra, deh."
"Maksud lu nikah muda gitu?" Adenito mengangguk.
"Tuh, calon istri lo udah nunggu di depan." Sontak Adenito menoleh ke arah pintu.
Adenito langsung bergidik ngeri.
***
Jangan lupa vote and comment!
Maaf, pendek.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAILA (On Going)
Teen FictionBagaimanakah jika seorang gadis yang masih sangat muda dan masih duduk di bangku SMA hamil? Apalagi, hamil dengan pria yang selama ini sangat ia takuti. Bukan hanya dia saja yang takut, bahkan seluruh warga sekolah pun juga takut padanya. Dia adalah...