26. Rencana Liburan

74.7K 6.7K 274
                                    

                Happy Reading ❤️

Hari ini adalah hari terakhir ujian. Pulang sekolah nanti Arzan akan mengumpulkan semua anggotanya. Mereka ada misi rahasia. Arzan sudah bilang kalau liburan mereka bukan hanya liburan, tapi ada sesuatu yang harus Black Wolf urus.

Target baru mereka bermarkas di puncak. Menjalankan tugas, sekalian liburan saja. Arzan memang terlalu berani ambil resiko berbahaya. Apalagi, mereka mengajak dua ibu hamil. Tapi, mereka punya anggota yang lumayan banyak, bisa dibagi tugas. Setengah untuk penyergapan, setengahnya lagi untuk menjaga pada cewek.

Kaila, Akilla, dan pada pasangan anggota Black Wolf tidak tahu-menahu tentang misi itu. Mereka memang berencana tidak memberitahu. Agar rencana liburan mereka tidak rusak.

"Gue khawatir, Zan," ucap Agra.

"Sama. Tapi, gua udah perkirakan kalau misi kali ini gak bakal bahaya buat para cewek. Lokasi Villa gua sama markas mereka jaraknya jauh banget," ujar Arzan.

"Kalau mereka tau gimana?" tanya Agra masih dengan nada khawatir.

Wajar kalau Agra sangat khawatir. Akilla tidak hanya membawa diri sendiri, tapi dia bawa dua nyawa. Agra tidak mau sampai Akilla dan calon bayi mereka kenapa-kenapa. Mau ditinggal, tapi gak tega. Setelah mereka nikah, Akilla tidak pernah ia ajak liburan.

"Udah, lu tenang aja." Arzan menepuk pundak Agra sebelum beranjak pergi.

Agra menghela nafas. Semoga saja apa yang dibilang Arzan benar. Tidak akan membahayakan para cewek.

Arzan kembali lagi dengan membawa semangkuk bubur ayam dan segelas es teh. Arzan memakannya dengan lahap. Akhir-akhir ini ia mudah lapar. Padahal, tadi dia baru saja makan mie ayam.

"Makan lagi, Bos!" celetuk Yuda.

"Kagak! Mandi gua," ketus Arzan.

"Sante dong, Bos! Lagian, tumben bener lu makan banyak. Biasanya cuma ngemil doang," balas Yuda.

"Manusiawi," jawab Arzan singkat.

Yuda diam. Bingung mau bicara apa lagi. Lebih baik makan batagor buatan Mbok'e yang rasanya selalu dirindukan.

Beralih pada Rafael yang sedari tadi hanya diam saja. Mie instan yang ia pesan tadi pun hanya diaduk-aduk saja. Adenito melirik Rafael sebentar.

"Ngapa, lo? Masalah Anaya lagi? Yaelah, cewek banyak kali," tanya Adenito.

"Sok tau," ketus Rafael.

"Anaya lagi deket sama adek kelas gua denger-denger," celetuk Agra.

"Raf, terkadang kita terlalu fokus sama satu orang, sampai gak memperhatikan sekitar. Lo terlalu fokus sama Anaya, sampe gak liat ada Elisa yang nungguin lo," timpal Yuda.

"Gua cintanya cuma sama Anaya, bukan Elisa," jawab Rafael datar.

"Anaya gak pernah menginginkan lo, Rafael," sahut Arzan.

Rafael menoleh ke arah Arzan. Tumben ikut bersuara sama masalah seperti ini. Biasanya, hanya menyimak atau malah memilih pergi karena tidak suka pembahasan soal cinta.

"Lo kata, Anaya mau lihat perjuangan gue buat dapetin dia?"

"Iya. Hanya untuk pembuktian sama anak-anak kalau lo ngejar-ngejar Anaya. Dia cuma manfaatin lo buat ketenaran dia aja. Dia sukanya sama Fajar," jawab Arzan.

"Lo berubah jadi tukang gosip, Zan?" tanya Yuda polos.

PLETAK!

"ADOHH!"

"Fajar tetangga gua. Gua sering liat Anaya di rumah Fajar."

"Lo gak pernah bilang?!"

"Gak penting buat gua," jawab Arzan santai sembari beranjak pergi.

Rafael kesal setengah mati dengan Arzan. Bisa-bisanya menyembunyikan hal ini darinya. Anaya---gadis yang ia cintai ternyata tidak mencintainya. Rafael yang dikenal cerdas, sekarang dia merasa bodoh.

BUGH!

'Bodoh!'

***
Kaila manyun. Kaila pengen ngajak Pelangi dan Bara, tapi gak boleh sama Arzan. Katanya, liburan ini khusus untuk Black Wolf saja. Yang membuat Kaila semakin kesal, Arzan menganggap Pelangi dan Bara orang luar. Padahal, mereka itu sahabat Kaila. Sahabat terbaik.

Arzan menahan diri agar tidak luluh. Liburan kali ini memang khusus hanya untuk Black Wolf. Bukan hanya liburan, tapi menjalankan misi penting juga. Arzan tidak mau Bara tau taktik Black Wolf dalam menjalankan misi. Meksipun, Bara sahabat istrinya, tapi dia tidak mempercayai Bara begitu saja.

"Sayang, udah dong jangan ngambek," rayu Arzan.

Kaila tetap diam.

"Aku bukannya gak mau ngajak mereka, Sayang. Tapi, liburan kali ini khusus buat Black Wolf. Sedangkan, Bara dan Pelangi bukan anggota Black Wolf," jelas Arzan.

Kaila menatap suaminya sebal. "Tapi, mereka sahabat aku, Kak. Mereka bukan orang lain," kesal Kaila.

Arzan menghembuskan nafas berat. Kalau sudah begini, dia harus ngaku. Tidak mungkin dia memilih opsi mengajak Bara dan Pelangi.

"Oke, gini, Sayang. Kita gak hanya liburan," ucap Arzan. Kaila mengernyitkan keningnya.

"Terus?"

"Black Wolf punya misi penting di sana. Makanya, aku gak mau ngajak sahabatmu itu. Bara orang luar, takutnya dia bongkar taktik rahasia anggota Black Wolf ke musuh," lanjut Arzan.

"Bara juga sahabatku, Kak! Bara orang baik. Dia gak kayak gitu," bantah Kaila tak terima kalau Bara dituduh Arzan seperti itu.

"Kamu bisa menjamin apa? Jangan gampang percaya sama orang, sekalipun itu orang terdekat kamu. Bukannya, aku mau men-judge Bara, tapi aku cuma antisipasi aja. Rahasia kita kesebar artinya itu saatnya kehancuran Black Wolf," jelas Arzan dengan nada setenang mungkin.

Kaila merasa bersalah karena telah berpikir tidak-tidak. Dibalik sifat kejamnya, ternyata Arzan punya sikap tanggung jawab yang besar. Sebagai pemimpin, dia sangat berwibawa. Sangat menjaga keutuhan Black Wolf.

"Maaf," lirih Kaila seraya memeluk suaminya.

"Gakpapa. Mending kita jenguk Dedek bayi, yuk," bisik Arzan.

PLAK!

"GAK MAU!"


                               ***
Jangan lupa vote and comment!

KAILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang