Happy Reading ❤️
Suara dentingan sendok lebih mendominasi. Pasutri muda itu merasa sedih karena sore nanti mereka akan meninggalkan tanah air untuk menuntut ilmu. Terlebih Kaila yang masih belum siap meninggalkan segalanya. Bisa tinggal di London adalah impiannya, tapi ketika dia harus meninggalkan orangtua, adik, dan sahabatnya rasanya tetap berat.
Charlie berada di bawah lantai, mereka membiarkan Charlie bermain dengan mainannya sembari disuapi oleh Astrid. Perempuan itu sebatang kara, jadi dia tak terlalu sedih saat meninggalkan Jakarta.
Teman-teman Arzan dan Kaila akan ikut mengantar. Pemimpin mereka akan pergi jauh dalam waktu yang cukup lama. Tentu saja mereka akan merasa kehilangan. Arzan memang kejam orangnya, tapi dia punya sisi baik yang membuat seluruh anggota Black Wolf sangat menghormatinya.
"Kaila, ada Mbak Pelangi, Mbak Akilla, Mbak Elisa, dan Mas Agra," lapor Astrid.
"Oh, iya, Mbak. Tolong, bikinin teh, ya. Biar aku yang bawa Charlie," jawab Kaila.
Astrid mengangguk patuh, lalu melaksanakan perintah Kaila. Sementara itu, Arzan mengikuti langkah istrinya sembari menjahili Charlie. Bayi itu tak menangis dan malah terkekeh geli.
"Kai!" Ketiga perempuan itu berhambur memeluk sahabatnya yang sebentar lagi pergi jauh.
"Jangan lama-lama perginya," ucap Elisa.
"Cuma lima tahun," jawab Kaila.
"Lima tahun itu lama, Kai!" sahut Akilla.
"Gue gak punya sahabat lagi kalo lo pergi," lirih Pelangi.
Selama ini Pelangi hanya memiliki satu sahabat, yaitu Kaila. Ada beberapa teman, tapi mereka hanya memanfaatkan Pelangi. Tidak tulus seperti Kaila. Awalnya, Kaila juga begitu, tapi sekarang ada Akilla dan Elisa.
"Ada Akilla dan Elisa. Anggap mereka sahabat kamu juga," balas Kaila.
"Iya, kita juga sahabat lo kok," timpal Elisa.
Pelangi tersenyum lebar. Dia sangat senang memiliki sahabat sebaik dan setulus mereka. Pelangi sangat menyesali perbuatannya dulu yang membuat Kaila harus mengubur impiannya. Lihatlah, bahkan Kaila tak pernah mengungkit masalah itu dan masih bersikap baik padanya.
"Bara nggak ikut?" tanya Kaila yang tak melihat kehadiran Bara. Bara juga sahabatnya, setidaknya dia bisa say goodbye pada pria itu.
Pelangi menggeleng lesu. "Gue sama dia udah putus. Bulan depan dia nikah sama perempuan lain," ujar Pelangi sembari tersenyum getir.
Kaila terkejut mendengar perkataan Pelangi. Setaunya, Bara itu sangat mencintai Pelangi. Bahkan, dia rela melakukan apa saja demi cewek itu. Tapi, sekarang? Pria itu malah ingin menikah dengan wanita lain. Tapi, Kaila tak berhak ikut campur. Pelangi sepertinya juga tak minat membahasnya.
"Jangan sedih. Jangan biarin diri kamu stuck di tempat hanya karena cowok yang ninggalin kamu demi perempuan lain. Aku tau, move on itu gak gampang. Tapi, percaya sama aku. Akan ada masanya di mana semua akan terasa biasa-biasa saja saat kamu melihat dia."
Pelangi memeluk sahabatnya itu. "Makasih dan maaf atas kejahatanku yang dulu," balas Pelangi.
"Aku udah lupain masalah itu. Secara gak langsung, berkat kamu aku jadi punya Kak Arzan dan Charlie. Dua orang yang memberikan aku kebahagiaan," ucap Kaila.
"Ekhem! Kita dilupain, nih?"
"Ya, nggak dong."
Mereka berempat pun berpelukan seperti teletubbies. Sementara itu, sebagian anggota Black Wolf datang.
***
Kaila dan Pelangi lagi berbincang mengenai Bara. Kaila memang tidak mau ikut campur masalah mereka, tapi rasa penasarannya mengalahkan itu. Rasanya, tidak mungkin pria seperti Bara melakukan itu. Tapi, Kaila juga tak melupakan satu hal, bahwa Bara hanya manusia biasa yang kapan saja bisa melakukan kesalahan."Dua minggu yang lalu gue mergokin Bara lagi nganterin cewek ke dokter kandungan. Awalnya, gue mikir positif, mungkin itu saudaranya. Tapi seinget gue, saudara Bara yang perempuan itu masih kecil. Sedangkan yang gue lihat, cewek itu seumuran kita." Cerita Pelangi mengalir begitu saja.
Kaila yang mendengarnya jadi geram. Apa sebejat itu Bara hingga membuat selingkuhannya hamil?
"Gue minta penjelasan ke Bara. Dia langsung ngaku kalo dia emang punya cewek lain. Lo tau nggak siapa cewek itu?" Mata Pelangi sudah berkaca-kaca. Kaila mengusap punggung sahabatnya itu.
"Dia Lolita."
Deg!
Lolita? Teman dekatnya dulu pas SMP. Sungguh Kaila tak mempercayainya. Lolita itu gadis yang baik, meskipun bar-bar. Kaila memang pernah menceritakan tentang Lolita pada Pelangi. Kaila tidak menyangka, teman yang ia anggap baik hati itu ternyata berhati busuk. Tega merebut kebahagiaan perempuan lain demi mencari kebahagiaannya sendiri.
"Lolita temen lama aku?" tanya Kaila. Pelangi mengangguk.
"Kok bisa?"
Pelangi menggeleng. "Gue gak tau. Empat bulan belakangan ini, Bara memang berubah. Jadi, dingin dan kasar sama gue. Gue gak nyangka, Kai. Mungkin, ini karma gue," balas Pelangi.
"Ingat pesan aku, jangan stuck di tempat. Kamu bisa mendapatkan ganti yang jauh lebih baik daripada Bara. Dengan kejadian ini, Tuhan nunjukin kalo Bara itu gak baik buat kamu," ucap Kaila. Pelangi tersenyum menanggapinya.
Tanpa mereka sadari, ada bayi gembul yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Charlie bengong menatap Mommy-nya dan perempuan yang ada di sebelahnya. Bayi itu kemudian merangkak mendekati kaki Mommy-nya.
"Mi! Mi! Mi!" teriaknya sembari memukul pelan betis Mommy-nya.
"Eh, Charlie? Kok kamu di sini, Sayang? Tante Lisa mana?" tanya Kaila sedikit terkejut.
Charlie merentangkan kedua tangannya, minta gendong. Kaila mengangkat tubuh gempal anaknya. Kaila berdecak kesal, Elisa ke mana dah? Gak amanah banget dititipin anak juga.
Matanya tak sengaja menangkap sosok yang tengah ia cari. Pantas saja. Orangnya malah asik ngobrol dengan gebetannya. Bener-bener!
"ELISA! SINI KAMU!"
"HUWAAA!"
***
Jangan lupa vote and comment!

KAMU SEDANG MEMBACA
KAILA (On Going)
Novela JuvenilBagaimanakah jika seorang gadis yang masih sangat muda dan masih duduk di bangku SMA hamil? Apalagi, hamil dengan pria yang selama ini sangat ia takuti. Bukan hanya dia saja yang takut, bahkan seluruh warga sekolah pun juga takut padanya. Dia adalah...