29. Kulineran

65.5K 6.3K 168
                                    

Happy Reading ❤️

Seorang wanita cantik yang tengah mengandung itu sedang menatap indahnya senja dari balkon kamar. Sang suami menemaninya sembari memegang secangkir kopi. Sesekali tangannya mengusap perut buncit istrinya. Ketika sang calon bayi menendang, Arzan terkekeh. Begitupun dengan Kaila yang matanya sudah berkaca-kaca.

Arzan membawa Kaila masuk ke dalam kamar ketika senja mulai menghilang, digantikan langit hitam disertai kerlap-kerlip bintang dan pemandangan bulan sabit. Kemudian, keluar dari kamarnya dan meminta istrinya untuk berbaring.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Menampilkan seorang pria berwajah tegas, dengan sorot mata sendu. Tak seperti biasanya, dan tatapan itu hanya ditujukan pada istrinya saja. Arzan membawa segelas susu ibu hamil rasa coklat.

"Minum dulu," titah Arzan seraya membantu Kaila bangun dari ranjang.

Arzan menyodorkan gelas berisi susu ibu hamil tersebut ke arah Kaila. Kaila menenggaknya sampai habis.

"Semakin besar, ya," gumam Arzan sambil mengelus-elus perut Kaila.

"Iya. Sebentar lagi Kakak bakal jadi Daddy," jawab Kaila dengan senyuman bahagia.

"Dan kamu jadi Mommy," lanjut Arzan.

Cup!

Cukup lama. Hingga, suara ketukan pintu membuat mereka saling melepaskan diri. Arzan berdecak kesal. Sedangkan, Kaila hanya tersenyum tipis.

Ceklek!

"Apa?" tanya Arzan ketus.

"Etdah, baru mau ngomong ini. Udah diketusin aja," ucap Yuda.

"Cepetan!" desak Arzan dengan wajah yang seakan-akan ingin menerkam orang di depannya itu.

"Malam nanti kita gak jadi beraksi, Bos," bisik Yuda sembari melirik ke arah Kaila.

Arzan mengernyitkan keningnya. Menatap tajam Yuda. Siapa yang berani membatalkan rencananya tanpa berunding terlebih dahulu? Arzan hendak memukul wajah Yuda.

"Sebagian anggota sekarat karena dikeroyok pas pulang dari kebun teh," lapor Yuda.

Arzan menurunkan tangannya. Rahangnya mengeras ketika mendengar kabar tersebut. Reylan ini memang mencari gara-gara dengannya. Ini tidak bisa didiamkan terus-menerus.

"Kok bisa kalah?" tanya Arzan berusaha menjaga nadanya agar Kaila tidak curiga.

"Jumlah mereka lebih banyak. Satu anggota, dikeroyok lima belas orang, Bos! Tadi rombongan bus, 'kan, pulangnya telat," jawab Yuda.

"Oke, besok mereka harus sudah sembuh! Hubungi Dokter keluarga gua! Besok kita beraksi biar bisa cepat pulang ke Jakarta. Reylan gak bisa dibiarkan!" perintah Arzan.

"Musuh Kakak kok banyak banget sekarang?"

***
Sebanyak 30 anggota Black Wolf yang babak belur akibat dikeroyok kemarin, sudah sembuh. Mereka sudah bisa diajak menjalankan misi penting. Malam hari adalah waktu yang tepat. 20 orang anggota lainnya ditugaskan untuk berjaga-jaga di Villa.

Mereka memanfaatkan hari terakhir ini untuk kuliner. Saat ini mereka sedang berada di salah satu pasar. Pasar yang ada banyak pedagang kue dan makanan khas daerah setempat. Di tangan Kaila sudah ada banyak kresek yang berisi berbagai kue.

Merasa belum puas jajan, dia masuk ke salah tau warung makan. Makanan yang berjejer di etalase membuat perutnya keroncongan, padahal udah makan banyak kue tadi.

"Mau apa?" tanya Arzan yang sedari tadi setia mengikuti sang istri menjajakan lidahnya.

"Itu, itu, itu, sama itu!" tunjuk Kaila antusias.

Arzan menggeleng kecil seraya terkekeh pelan. Istrinya ini tidak punya rasa kenyang atau bagaimana? Tadi sudah habis enam kue, tambah es dawet satu. Sekarang makan lagi.

Tak lama kemudian, pesanan pun datang. Kaila melahapnya dengan cepat. Jika sudah begini, dia melupakan sekitarnya. Arzan sesekali membersihkan sudut bibir Kaila yang kadang ada nasi ketinggalan.

Selesai makan, barulah mereka kembali ke Villa. Sedari tadi ponsel Arzan tidak selalu berbunyi. Di sepanjang perjalanan, Kaila tidur. Sepertinya, kekenyangan.

Sesampainya di Villa, Arzan disambut omelan dari Agra dan Rafael.

"Lo kemana aja, sih?! Kita nungguin lo dari tadi!" oceh Agra yang tak digubris oleh Arzan.

"Lo gak lupa, kan?!" Kali ini, Rafael yang ngomel. Namun, lagi ... lagi diabaikan oleh Arzan yang sedang kesusahan menggendong istrinya.

"Bentar, jangan ngomel dulu." Nafas Arzan terengah-engah setelah menidurkan Kaila di ranjang.

"Kaila, berat banget, sumpah ...." Masih dengan nafas yang tersengal-sengal.

"APA?! AKU BERAT?!"

                           

                               ***
Jangan lupa vote and comment!

KAILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang