40. London

75.9K 6.3K 778
                                        

Happy Reading ❤️

London, Britania Raya.

Keluarga kecil Arzan sudah berada di London. Mereka tinggal di apartemen yang sudah Arzan beli. Charlie masih terlelap di box bayi, sedangkan kedua orangtuanya beberes barang dan baju-baju mereka.

Segala keperluan mereka sudah ada yang mengurus, termasuk Universitas yang akan Arzan masuki. Arzan dan keluarganya tinggal terima beresnya. Maklum, sultan mah bebas. Arzan akan mengambil jurusan manajemen bisnis. Bukan jurusan impiannya, tapi mau tidak mau dia harus mengambil jurusan itu mengingat ia adalah pewaris tunggal perusahaan keluarganya dan keluarga Bhalendra.

"I want to sleep," bisik Kaila.

Arzan hanya tersenyum dan menepuk pelan pucuk kepala istrinya. Dapat dia lihat dari mata Kaila, wanita itu sudah dilanda rasa kantuk. Kaila merebahkan tubuhnya di ranjang, disusul Arzan yang sudah mencopot kaosnya.

Mereka tertidur selama dua jam. Kaila mengerjapkan matanya, kemudian tersenyum tipis kala melihat wajah tampan suaminya. Wanita itu menatap box bayi, aman. Charlie masih tidur. Kaila turun dari ranjang, mencepol asal rambut hitam legamnya.

Masih ada satu koper yang belum dibongkar. Tapi, mengingat sudah malam hari, ia harus memasak terlebih dahulu untuk makan malam suaminya dan Astrid. Tadi siang Arzan belanja bahan makanan ke supermarket.

"Astrid, udah beres-beres?" tanya Kaila begitu melihat Astrid keluar dari kamarnya.

"Udah, Kai. Mau masak, ya? Sini saya bantu," jawabnya.

Kaila mengangguk setuju. Astrid melihat majikannya itu sangat telaten, ia kagum. Kaila masih sangat muda, tapi sudah harus mengurus urusan rumah tangga. Astrid juga kagum dengan rumah tangga majikannya, mereka tidak pernah bertengkar ataupun ada rumor orang ketiga. Arzan begitu mencintai Kaila, begitupun sebaliknya.

Membayangkannya saja ia jadi ingin menikah, tapi apalah daya. Profesinya sebagai asisten rumah tangga membuatnya jarang didekati laki-laki. Ia pun juga disibukkan oleh pekerjaannya, sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan pasangan.

"Saya kagum sama kamu. Usia kamu lebih muda daripada saya, tapi kamu sangat telaten ngurusin semua ini," ucap Astrid.

"Walaupun, usia aku masih muda, tapi aku udah jadi istri dan seorang Ibu. Aku harus bisa ngurus rumah, anak, dan suami aku. Berat, sih. Tapi, semua terbayarkan saat ngeliat rumah tanggaku adem," balas Kaila.

"Saya iri. Pengen nikah. Tapi, gak ada yang mau sama saya," sahut Astrid.

"Kenapa gitu? Mbak cantik, pinter masak, harusnya banyak yang naksir sama Mbak."

"Siapa yang mau sama asisten rumah tangga kayak saya, Kai?"

"Ada, Mbak. Tapi mungkin, belum waktunya dipertemukan aja," jawab Kaila.

Astrid tersenyum hambar. Ia pernah memiliki pengalaman pahit saat menjalani hubungan. Orangtua pihak laki-laki tidak menyetujui hubungannya karena dirinya hanya berprofesi sebagai asisten rumah tangga. Sejak saat itulah, Astrid tak terlalu memikirkan percintaan.

Grep!

Tiba-tiba ada yang memeluk pinggang Kaila dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Arzan pelakunya? Entah pria itu tidak tau atau tidak peduli di samping istrinya ada Astrid.

"Kak, malu, ah, ada Astrid," protes Kaila.

"Kenapa emang? Sama istri sendiri juga," balas Arzan cuek.

"Minggir, ah! Aku mau masak," usir Kaila.

Arzan berdecak. "Mau romantisan juga," kesal Arzan yang kemudian beranjak pergi.

Astrid mesem-mesem melihat keromantisan kedua pasangan tersebut. Arzan yang ia kenal selama ini itu dingin dan kejam. Tidak ada ampun bagi orang yang berani menganggunya. Tapi, kini pria itu berubah, lebih lembut, meskipun masih dingin jika berbicara dengan orang lain.

"Kamu beruntung punya Tuan Arzan. Dia keliatan sayang banget sama kamu, dia juga berubah semenjak nikah sama kamu. Dulu itu Tuan Arzan gak bisa disenggol orangnya. Banyak asisten rumah tangga yang dipecat hanya karena nglakuin kesalahan kecil," jelas Astrid.

"Sampe segitunya?" Astrid mengangguk.

"Aku mau tanya sesuatu sama Mbak," ucap Kaila sembari menatap Astrid serius.

"Mamanya Kak Arzan kemana? Di rumah gak ada satupun fotonya. Aku gak berani tanya langsung soalnya," tanya Kaila.

Astrid diam. Dia tidak tau apa-apa tentang Mamanya Arzan.

"Percuma kamu tanya sama dia. Dia gak tau apa-apa."

***
Di sebuah balkon kamar terdapat sepasang suami-istri berdiri bersebelahan, tapi saling diam. Setelah kepergok tengah membicarakan mamanya, Arzan menyuruh Kaila ke kamar. Urusan masak  biar Astrid yang menangani.

"Mama pergi, gak tau kemana. Kata Papanya Rafael, Mama ninggalin Papa demi laki-laki lain. Padahal, Papa punya segalanya, sedangkan laki-laki itu miskin," ucap Arzan.

"Kadang, kebahagiaan itu gak bisa diukur dengan materi," sahut Kaila.

"Maksud kamu, Mama gak bahagia punya aku dan Papa? Sehingga tega ninggalin aku yang lagi butuh-butuhnya kasih sayang dia," ucap Arzan.

"B--bukan gitu maksud aku---"

"Udahlah! Kamu sama aja!" bentak Arzan sembari meninggalkan Kaila.

"KAK! DENGERIN PENJELASAN AKU DULU!"

Arzan menulikan pendengarannya. Dia keluar dari apartemen. Kaila hanya bisa menghela nafas saat mendengar suara tangisan Charlie. Dia harus segera menghampiri anaknya.

Arzan tidak tau harus pergi kemana. Ia melanjukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ketika meliwati sebuah club, ia menghentikan mobilnya. Sudah lama semenjak dia menikah, jarang ke club lagi. Hidupnya terlalu indah, hampir tak pernah frustasi hingga melampiaskannya dengan pergi ke club.

"Give me a glass of wine," pinta Arzan.

Pria itu habis beberapa gelas wine. Kepalanya pusing. Ada beberapa wanita yang mendekat dan menjamah tubuhnya. Arzan membiarkannya saja, tapi begitu mereka menyentuh area sensitifnya, ia langsung menghempaskan tubuh wanita-wanita malam itu. Hanya Kaila yang boleh menyentuhnya.

"Hi, Honey. Need me?" Arzan hanya menatapnya datar.

"You look stressed. I can make you happy tonight," bisik wanita itu sembari mengelus dada bidang Arzan.

Bruk!

"In fact, my wife ia more satisfying than you, Bitch!" desis Arzan setelah menghempaskan tubuh wanita itu.

Arzan keluar dari tempat itu. Ia tak mau sampai kelepasan dan menghianati istrinya. Bagaimanapun juga, ia laki-laki normal yang mudah tergoda.

"Haha, dunia memang sempit. Kau akan hancur seperti kau menghancurkanku, Arzan Ravindra Adiyatma!"

Di sisi lain, Kaila risau karena suaminya tidak pulang-pulang. Ia tak bisa berhenti mondar-mandir. Sampai Charlie bengong melihat Mommy-nya. Suara nada dering dari ponselnya berbunyi. Ia segera membukanya, siapa tau itu dari Arzan.

Dahinya mengernyit. Dari nomor tak dikenal yang mengirimkan sebuah foto.

Prang!

"Kak Arzan ...."

***
Udah siap sama konfliknya?
Mau masuk GC KAILA?
Link GC ada di bio

KAILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang