25. Makan Malam

77.1K 6.8K 118
                                    

                Happy Reading ❤️

Kaila sangat perfect saat mengenakan dress berwarna hitam selutut dan high heels dengan warna senada. Sedangkan, Arzan hanya memakai hoodie berwarna putih dan celana jeans panjang berwarna hitam. Bukan pertemuan yang formal, jadi tak perlu memakai tuxedo ataupun suit.

Di tangan Kaila sudah ada rantang yang berisi makanan kesukaan ayahnya. Tangan sebelahnya lagi digunakan untuk menggandeng tangan suaminya.

Jantung Kaila berdegub sangat kencang. Rasa takut dan malu bercampur saat kakinya mulai memasuki rumah orangtuanya. Apalagi, setelah melihat seorang pria paruh baya yang sedang menatapnya datar.

"Rileks, Sayang. Gak akan terjadi apa-apa," ucap Arzan, guna memenangkan istrinya.

Kaila menarik nafasnya. Ingat, tidak akan terjadi apa-apa! Kaila menarik sudut bibirnya. Lalu, cipika-cipiki dengan bundanya.

"Cucu Bunda gak kenapa-kenapa, kan?" tanya Nindya sembari mengelus perut buncit Kaila.

"Dia sehat, Bun," jawab Arzan.

"Ayah," sapa Kaila.

Yohan hanya berdehem. Tatapan matanya tajam, menusuk. Amarahnya belum hilang. Rasa kecewanya semakin besar saat melihat perut putrinya sudah membuncit.

"Tidak usah banyak basa-basi. Saya mengundang kalian karena Perusahaan kamu bekerja sama dengan Perusahaan saya," ucap Yohan masih mempertahankan tatapan tajamnya.

Hati Kaila mencelos. Jadi, hanya itu alasan ayahnya mengundang ia dan sang suami makan malam? Matanya sudah berkaca-kaca. Kaila menahannya, ia tidak ingin merusak makan malam yang menjadi kesempatan terakhirnya.

"Bunda, aku masakin makanan kesukaan Ayah, nih," ucap Kaila sembari menyodorkan rantang.

"Kebetulan banget, Bunda tadi mau masak sambel goreng ati, tapi malah lupa." Nindya menerimanya dengan sangat antusias.

Bukan karena lupa sebenarnya, Nindya memang sengaja tidak memasak makanan kesukaan suaminya karena kemarin Kaila menelpon kalau Kaila yang akan memasaknya.

Tidak ada yang memulai pembicaraan. Hingga, tiba-tiba Arzan mengatakan sesuatu yang membuat Yohan semakin meradang.

"Tuan Alexander, kedatangan kita kemari bukan hanya untuk urusan Perusahaan. Juga tentang urusan pribadi kita. Saya mohon pada Tuan Alexander yang terhormat, restui pernikahan kami. Pertemuan malam ini bisa jadi akan menjadi pertemuan yang terakhir, karena saya dan istri saya akan pindah ke London setelah saya lulus nanti," ucap Arzan.

BRAK!

Kaila terlonjak kaget, begitupun dengan Nindya dan Keenan. Arzan biasa saja. Yohan tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. Orang yang menjadi menantunya itu bakal memisahkan Kaila dari dirinya. Tidak! Tidak boleh terjadi, meskipun Yohan sendiri belum bisa memaafkan Kaila.

"Apa-apaan ini! Kaila anak saya! Enak saja mau dibawa pergi!" bentak Yohan.

Bukannya khawatir, Kaila malah senang. Senang karena mendengar kalimat yang barusan ayahnya ucapkan. 'Kaila anak saya'. Tiga kata tersebut sudah cukup membuat hati Kaila senang.

"Saya suaminya, Tuan Alexander. Kaila istri saya, dia akan mengikuti kemanapun saya pergi," jawab Arzan enteng.

Arzan terlalu santai, hingga tak menyadari bahwa suasananya saat ini sedang tegang. Kaila menyenggol tangan suaminya, lalu menatap mata cokelat Arzan mengisyaratkan untuk diam.

"Seorang istri harus nurut akan perintah suaminya. Begitukan pesan yang Anda sampaikan pada putri Anda, Tuan Alexander?" Arzan kembali memancing emosi Yohan.

"Ayah, apa yang Kak Arzan katakan itu benar. Ayah sendiri yang bilang sama Kaila, kalau suatu saat nanti kalau Kaila udah bersuami, Kaila harus nurut sama perintah suami Kaila," tambah Kaila.

Arzan dan Kaila berkata benar. Yohan tidak bisa menyangkalnya. Yohan emosi karena takut akan kehilangan putrinya. Yohan belum siap melepaskan putrinya.

Yohan meninggalkan meja makan. Nindya hendak menyusul suaminya, namun ditahan oleh Kaila. "Biar Kaila aja, Bunda," pinta Kaila. Nindya hanya mengangguk.

Kaila mencari keberadaan ayahnya. Ternyata, Yohan duduk di taman samping rumah. Kaila ikut duduk di sebelah ayahnya.

"Maaf, Ayah. Kata maaf Kaila gak bakal bikin nyembuhin luka hati Ayah, tapi Kaila mohon. Maafin Kaila, restui hubungan Kaila dengan Kak Arzan," lirih Kaila seraya menggenggam tangan ayahnya yang mulai keriput.

"Ayah kecewa, Kaila. Ayah pikir, Ayah udah berhasil menjadi seorang Ayah yang baik, tapi ternyata enggak. Ayah gagal," balas Yohan.

"Enggak, Ayah! Ayah adalah Ayah yang terbaik. Ini salah Kaila, Ayah. Maafin Kaila." Kaila memeluk ayahnya erat.

Yohan mengusap rambut Kaila pelan. "Seorang Ayah selalu memaafkan kesalahan anaknya," ucap Yohan membuat Kaila mendongak.

"Beneran? Ayah udah maafin Kaila?" tanya Kaila dengan senyum mengembang.

Yohan mengangguk. "Ingat pesan Ayah, turutin perintah suamimu. Jadi, istri dan Ibu yang baik dan bijak. Jangan pernah mengambil keputusan saat dalam keadaan emosi. Jangan pernah!" pesan Yohan.

Ia mengusap pipi tembam Kaila yang basah karena air mata. "Keputusan yang diambil dalam keadaan emosi itu bakal membuat kamu menyesal, Sayang. Jadilah dewasa, demi rumah tanggamu," lanjut Yohan.

Kaila tersenyum mendengar pesan ayahnya. 'Jadilah dewasa, demi rumah tanggamu', kata-kata tersebut akan terus ia ingat sampai kapanpun.

***
Masalah Kaila dengan ayahnya udah clear. Sekarang tinggal membahas soal liburan ke puncak. Arzan dan anggota Black Wolf lagi membahasnya di markas. Semua perlu disiapkan. Kendaraan, Villa, makanan. Itu urusan Andreas sebagai bendahara.

Semua anggota patungan untuk urusan makanan, karena bagian kendaraan dan Villa sudah ada yang punya. Kendaraan milik Cello dan Villa milik Arzan.

Para cewek tidak ikut patungan. Biarlah, para cowok yang bertanggungjawab untuk semua kesiapannya. Para cewek? Mungkin, sebagian anggota Black Wolf membawa pacarnya.

"Bara sama Pelangi ikutan?" tanya Yuda.

Arzan menggeleng. "Mereka bukan termasuk anggota kita," jawab Arzan datar.

"Kan sahabat istri lo. Kaila pasti ngajak mereka," sahut Adenito.

"Nggak! Gue gak bakal izinin. Liburan kali ini bukan untuk urusan pribadi doang. Ini juga menyangkut Black Wolf. Ada hal yang perlu kita urus di sana. Makanya, gue gak mau ngajak orang luar," tegas Arzan.

Semuanya diam, tidak berani bertanya lagi. Arzan kembali membahas keuangan dengan Andreas. Keuangan mereka gak boleh sampai kehabisan. Kalau habis, berarti ada yang korupsi.

"Semua pada ngajak pasangannya?" tanya Andreas.

Arzan hanya mengangguk.

"Mampus! Mana jomblo lagi. Masa ngajak si Tiffa, sih!" gerutu Andreas.

"Si Tiffa juga cantik kali. Kenapa lo selalu nolak, sih? Heran gue." Adenito tiba-tiba ikut nyaut.

"Dia kan tipenya yang polos-polos gitu. Kek istrinya si Bos!" jawab Cello yang dibalas tatapan tajam oleh Arzan.

"Bener?" tanya Arzan menajam, menusuk, membelah, mem---

"Iya."

BUGH!

                                 ***
Jangan lupa vote and comment!

KAILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang