22. Usaha Untuk Memperbaiki

93.1K 8K 202
                                    

             Happy Reading ❤️

Kaila sedang menikmati pemandangan indah dari Kota Metropolitan dari atas gedung kantor suaminya ditemani secangkir teh manis. Hiruk-pikuk kota Jakarta terlihat dari situ. Kaila menemani Arzan mengecek kondisi kantornya yang selama ini Arzan serahkan pada tangan kanan alm. papahnya.

Arzan memang tidak pernah mengurus kantor, tapi sesekali ia mengecek. Dari kinerja seluruh karyawan dan staf, hingga laporan keuangan. Semuanya yang berkaitan dengan kantor tak luput dari pengecekan Arzan.

"Nona, Anda ditunggu Tuan Arzan di ruang meeting," ucap Shilla--sekretaris Vino yang notabenenya tangan kanan almarhum Tuan Adiyatma.

Dahi Kaila mengernyit. Kenapa Arzan memanggilnya ke ruangan meeting? Apa ada hal penting sampai-sampai harus mengajaknya meeting?

Tak ambil pusing, Kaila pun mengikuti langkah Shilla. Setiap sudut gedung kantor suaminya tak pernah luput dari pandangan Kaila. Hingga, langkah Shilla terhenti di depan ruangan yang bertuliskan 'Meeting Room'.

"Silakan masuk, Nona," ucap Shilla sopan seraya membuka pintu ruangan meeting itu.

Di dalam ruangan tidak hanya ada Arzan. Ada Vino, dan dua laki-laki yang tidak Kaila kenal. Kaila hanya mengenal Vino dan Shilla di kantor suaminya.

"Sini, Sayang." Arzan menepuk kursi kosong yang berada di sebelahnya.

"Ada apa?" bisik Kaila.

"Nanti kamu juga akan tau." Kaila mendengus. Bikin penasaran saja.

"Meeting kali ini saya akan membahas mengenai kerjasama dengan perusahaan AL Group yang tak lain adalah perusahaan milik mertua saya," ucap Arzan tegas.

Mata Kaila membulat. Kerjasama dengan perusahaan ayahnya? Kaila teringat kalau hubungan dengan sang ayah belum membaik sampai sekarang. Ia terlalu fokus dengan rumah tangganya sampai-sampai tak kepikiran untuk meminta maaf.

"Saya mau kamu menerima tawaran kerjasama Tuan Alexander, Vino," pinta Arzan pada pria yang bernama Vino itu.

"Baik, Tuan. Secepatnya, kami akan mengadakan meeting dengan Tuan Alexander," jawab Vino.

"Oh, ya, Vino. Saya minta kamu jangan memberitahukan identitas saya pada Tuan Alexander." Semuanya mengernyitkan dahinya ketika mendengar permintaan CEO mereka.

Mereka tidak berani banyak tanya. Tak mau membuat posisi mereka terancam. Karena mereka tau, Arzan kalau sudah marah langsung memecat ataupun menghajarnya.

"Kenapa gitu?" tanya Kaila penasaran. Hanya Kaila yang berani bertanya.

"Ayah kamu belum merestui hubungan kita, Sayang. Aku mau memperbaiki hubungan kami dulu," jawab Arzan lembut.

Kaila mengangguk. Benar apa kata Arzan, ia harus memperbaiki hubungannya dengan sang ayah dulu.

***
Menikah diusia dini bukan keinginan Kaila. Itu terjadi karena kesalahan yang tidak ia sengaja, bahkan bisa disebut dia dijebak. Kaila tau, ayahnya masih kecewa karena perbuatannya. Malu. Ia malu kalau nanti berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengan ayahnya.

Hubungan mereka masih renggang. Dan sebagai orang yang bersalah, Kaila yang harus meminta maaf dan memperbaiki hubungannya dengan Tuan Alexander. Harusnya, Kaila tak perlu takut karena ia tidak sendirian. Ada Arzan. Tapi entah kenapa, ia sangat takut bertemu dengan ayahnya.

"Lagi mikirin apa?" Suara berat Arzan membuyarkan lamunannya.

"Mikirin Ayah?" Kaila mengangguk.

"Kamu tenang aja, semuanya akan baik-baik aja. Ayah pasti memaafkan kamu. Kamu anaknya, Tuan Alexander gak mungkin setega itu," ucap Arzan, setidaknya membuat hati Kaila sedikit tenang.

"Makasih, Kak. Kakak selalu ada buat aku," ungkap Kaila sembari memeluk tubuh suaminya.

"Itu sudah menjadi tugas aku, Sayang."

Cup!

Lama. Kaila dan Arzan sama-sama memejamkan matanya. Rasa gundah yang ada di hati Kaila hilang seketika.

Suara nada dering dari ponsel Arzan membuat mereka saling menjauhkan diri. Arzan berdecak. Mengganggu saja.

"Aku angkat telepon dulu," ucap Arzan dibalas anggukan oleh Kaila.

Arzan mengangkat telponnya agak menjauh dari Kaila. Kaila hanya bisa menatapnya. Ia tak bisa mendengar suara suaminya. Sedikit penasaran, tapi Kaila tak mau mengganggu privasi suaminya. Biarlah Arzan sendiri yang bercerita.

Sepuluh menit kemudian, Arzan pun membalikkan badan. Kaila sudah tidak ada di kamar. Mungkin, lagi mandi.

Arzan merebahkan tubuhnya di ranjang. "Biarlah gue egois sebentar. Gue masih mau menikmati kebersamaan gue sama Kaila," gumamnya.


                               ***
Jangan lupa vote and comment!

KAILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang