30. Ngambek

70.5K 6.2K 208
                                    

Happy Reading ❤️

Kaila masih ngambek sampai saat ini. Arzan sudah kehabisan kata-kata untuk membujuk istrinya. Apalagi, malam ini dia akan menjalankan misi penting. Sepertinya, dia tidak punya waktu untuk memperbaiki kesalahannya. Ya, sebenarnya bukan salahnya. Toh, kenyataannya berat badan Kaila naik drastis.

Kaila masih enggan keluar dari kamarnya. Dipanggil Akilla maupun Elisa saja tidak menyahut. Satu orang salah, semuanya kena. Perutnya sudah berisik sedari tadi pun, masih gengsi untuk keluar kamar, hanya sekedar untuk makan saja.

"Aduh, laper banget," keluh Kaila.

Ia menatap pintu kamarnya dengan bimbang. Kaila tidak bisa menahan rasa laparnya lagi. Apalagi, dia mencium aroma sedap soto ayam. Kali ini dia harus mengalahkan rasa gengsinya.

Ceklek!

Sontak, orang-orang yang berada di ruang tamu menoleh ke arah Kaila. Kaila meringis malu. Ada beberapa yang tersenyum ramah ke arahnya. Ada juga yang hanya menatapnya, lalu melengos.

Kaila berjalan menuju ke dapur. Di situ ada Akilla, Elisa, Sabrina, Deana, dan Anggun yang sedang memasak. Akilla yang mendengar suara derap langkah pun membalikkan badannya.

"Kaila! Kamu gakpapa, kan?" tanya Akilla khawatir.

"Aku gakpapa kok," jawab Kaila kikuk.

"Kamu laper? Kita tadi masak soto ayam," sahut Sabrina.

Kaila hanya mengangguk. Kemudian, dia duduk di meja makan. Mengambil piring, lalu nasi, kemudian sayuran+ayam suwir, tak lupa kuah sotonya. Ia memakannya dengan sangat lahap.

Di belakang ada Arzan yang memperhatikan istrinya dengan senyuman yang tak bisa diartikan. Di sebelahnya ada Agra yang memperhatikan. Lantas, dia pun menepuk pundak Arzan.

"Fokus! Jangan sampai gagal misi kali ini," ucap Agra.

"Gak usah lo bilangin, gue juga tau," ketus Arzan.

"Salah satu anggota lo itu penghianat."

***
Black Wolf sudah berada di tempat persembunyiannya. Memantau aktivitas target sebentar. Dilihat dari tempat persembunyian, ada beberapa pria bertubuh tinggi besar sedang berjaga-jaga di suatu rumah kecil. Tak lama kemudian, sebuah mobil Avanza datang.

Ada banyaknya lima orang pria yang turun dari mobil tersebut. Para penjaga tampak sangat hormat pada mereka. Mata Arzan memincing. Mengawasi setiap gerak-gerik kelima pria tersebut yang sepertinya adalah target mereka.

"Yang pakai baju ijo, dia adalah Bos besarnya. Cerdik! Kita juga harus pakai cara yang cerdik," bisik Arzan.

"Kita urus para penjaganya dulu. Sebagian anggota nyergap dari belakang. Kita yang masuk dari depan," lanjut Arzan.

Setelah dirasa, kondisi memungkinkan untuk mereka menyergap si target, Black Wolf pun berbondong-bondong menuju ke rumah kecil yang tampak kumuh tersebut.

***
Kaila sedang berada di balkon kamar dengan ditemani Elisa dan Akilla sembari menikmati ubi bakar Cilembu dan macaroni panggang. Tak lupa teh hangat juga melengkapi acara gibah mereka. Cewek kalau kumpul kalo gak gibah apalagi?

Ada saja yang menjadi topik pembicaraan mereka. Kadang juga sampai gosipin suami sendiri. Hayoloh, dosa.

Kaila seakan melupakan permasalahannya dengan Arzan. Kini ia tertawa riang penuh gembira. Elisa pintar membuat lelucon, dan ada Akilla juga yang menambahi.

"Heh! Lu punya pengalaman pahit sama cowok, gak?" tanya Elisa kepo. Seumur-umur dia belum pernah pacaran.

"Pernah."

"CERITA!" seru Elisa.

"Astaga, Elisa! Anakku kaget tau, gak?!"

Mata Elisa menyipit. "Kagak mungkin denger, dah. Di dalem situ kan kedap suara," jawab Elisa.

Kaila tertawa. Receh sekali memang. "Ada-ada aja kamu."

Elisa mendengus. "Lu juga ada-ada aja! Sebel gua!" kesal Elisa.

"Udah-udah. Mau cerita gak, nih?"

"Buruan!"

"Sebelum sama Agra, aku pernah pacaran pas SMP. Dia itu cowok humoris, gak ganteng-ganteng amat, sih. Dia sering buat aku ketawa, dan alasan itulah yang bikin aku suka sama dia. Singkat cerita, kami jadian. Tiga bulan hubungan berjalan, semakin ke sini sikap dia itu semakin kasar. Suka memaksakan kehendak, cemburuan, pokoknya posesif lah. Dari situ aku gak nyaman, aku minta putus, tapi ditolak mentah-mentah sama dia. Dia malah nampar aku, pukul aku. Sampai aku trauma sama cowok setelah kejadian itu," jelas Akilla.

Kaila dan Elisa tampak serius mendengarkan. Ternyata, Akilla punya kisah kelam di masa lalu. Elisa bergidik. Rasanya, semakin takut untuk menjalin hubungan.

"Parah banget. Masih hidup gak tu cowok?" tanya Kaila. Akilla mengendikkan bahunya acuh.

"Masih SMP aja udah kasar. Apa kabar dirinya yang sekarang?"

"Aku gak tau. Setelah kejadian itu, dia ngilang gitu aja. Agra yang bikin aku bisa percaya lagi sama cowok. Agra yang bikin aku merasa jatuh cinta lagi. Kalau sama kalian, mungkin Agra itu terlihat humoris. Tapi, kalau sama aku dia itu suamiable." Akilla malah merembet bahas suaminya.

"Heh! Gak sopan cerita uwu-uwuan gitu di depan jomblo!"

"Untung juga punya suami."

                                 ***
Jangan lupa vote and comment!

KAILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang