#chapter 15

523 37 0
                                    

"saya beneran baper loh bu,"

"ya terus masalahnya sama saya apa?" jawab renata ketus.

Hanya tawaan cool yang satria keluarkan karena mendengar jawaban renata yang di sertakan nada ketus.

"jangan cuek-cuek!"

"nanti saya makin jatuh hati."

"alay!" cibir renata langsung, lelaki ini terlalu jujur dengan perasaannya.

Satria tertawa kembali, renata saja sampai heran mengapa satria hobi tertawa seperti orang tidak waras. Ya, ia akui ketawa satria itu sejenis ketawa ganteng.

Renata menepuk dahinya pelan karna telah berfikir aneh-aneh.

"sakit dong bu, jangan di pukul!" tegur satria saat melihat renata menepuk pelan dahinya.

"gara-gara kamu!" ceplos renata.

"gara-gara saya? Emang saya apain ibu?" herannya.

Renata berdecak merutuki perkataannya tadi.

Satria memainkan bolpoin milik renata yang menganggur di meja kerjanya.

"mikirin saya ya, bu?" tebak satria.

"ga usah ke geeran!" elaknya cepat, tapi bener sih..

Mata satria menelusuri seluruh ruangan renata, ia jadi merasa deja vu sewaktu mengingat kejadian pertama kali ia masuk ke ruangan renata dan mulai merasakan...

Yah, you know lah... Yang suka bikin ada kupu-kupu di perut, nge-fly sendiri, senyum-senyum sendiri.

"ngapain kamu senyum-senyum?" heran renata melihat tingkah satria yang sejak tadi terus tersenyum merekah.

"gila kamu?"

Satria melotot tak terima kala renata mengatai dirinya gila, oh yang benar saja wajah setampan satria memiliki jiwa yang tidak waras?!

"gila karna mencintai ibu." cengirnya lalu menaikkan kedua alisnya, menggoda renata.

"geli!"

"geli karna apa dulu nih? Saya ambigu bu."

"cih, otak kotor kamu ya?!"

"hih, mana ada saya begitu!"

"sudah, sana keluar." titahnya mencoba berbicara biasa saja nadanya juga tak seketus tadi.

"bolos boleh bu?"

Renata menengadah menatap bola mata berwarna coklat pekat milik satria.

"boleh, boleh banget."

Wajah satria berbinar bahagia, kapan lagi kan minta izin bolos sama pujaan hati?

"nanti saya lapor bu mimi supaya kamu cat tembok belakang sekolah, mau?" tawar renata, murid yang satunya ini memang tidak ada kapok-kapoknya!

Seketika raut wajah satria berubah malas, apa-apaan calon pacar masa depannya ini? Lusa kemarin satria sudah terkena hukum menge-cat lapangan sekolah bersama teman-temannya.

Dan sekarang? Jika ia membolos akan di beri hukum menge-cat lagi?

"mending saya masuk kelas inimah." ujar satria malas, tak ada waktu membolos hari ini.

"bagus, anak pintar."

"bigis inik pintir."

Renata melotot galak mendengar nada nyeleneh dari mulut satria.

"hehehe, piece!"

♪♪♪

Sepulang sekolahnya satria tidak langsung pulang, melainkan masih stay di sekolah karena ada ekskul yang harus ia jalankan.

Lihat? Satria itu tidak berandal, wajahnya saja seperti anak baik-baik tapi kelakuan dan sifatnya jelas berbeda jauh.

Elang menghampiri satria yang sedang melakukan pemanasan di ujung lapangan.

"di tungguin sama pak suep," setelah mendapat anggukan elang berlalu pergi meninggalkan satria yang sekarang sudah berjalan ke tempat tujuan.

"kamu pimpin anak-anak dulu bentar, bapak mau panggil orang dulu." titah pak suep pada satria yang di balas angkatan jempol.

"siap, pak!"

Satria mulai memimpin pemanasan, biarlah jika ia tadi sudah pemanasan dan sekarang melakukannya lagi.

"SATU DUA TIGA EMPAT LIMA, GANTI!"

"SATU DUA TIGA EMPAT LIMA, GANTI!"

"sekarang silahkan bagi 5 kelompok, masing-masing di dalam kelompok harus ada 4 orang, ngerti?"

"ngerti!"

semua siswa yang mengikuti ekskul badminton berlarian kesana-kemari untuk mencari kelompok masing-masing.

"kak, saya enggak kebagian kelompok!"

Satria yang tengah mengamati mereka semua seketika menoleh kala ada seseorang memanggilnya.

"yaudah, sama gue aja."

Satria dan adik kelas perempuan yang diketahui bernama— zevanya itu langsung memulai permainan.

Beberapa servis yang di berikan satria ternyata bisa di tangkis juga oleh zevanya, satria tahu siapa adik kelasnya itu hanya saja ia tak pernah melihat wajah aslinya ini saja baru pertama kali.

Cukup kagum dengan keahlian zevanya dalam bermain menjadikan satria sedikit suka dengan keahliannya.

Zevanya seorang gadis kelas 11 MIPA 2 yang sudah menjadi atlet bulu tangkis sejak umur 14 tahun itu kadang memberikan senyum tipisnya pada satria saat gadis itu berhasil menangkis serangan satria kepadanya.

Permainan selesai, tentu pemenangnya adalah satria. Zevanya memang tak sekuat dan bertenaga banyak seperti laki-laki lainnya jadinya sedikit kesusahan dalam bermain berdua dengan satria karna jujur saja tangkisan satria sangat memukau untuk dilihat.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang