#chapter 11

575 39 0
                                    

"lo sih ah, jadi kena hukum begini kan!" tuduh dimas pada raja.

Raja melempar kuas cat yang berada di genggamannya ke arah dimas.

"untung gak kena,"

Ya, ketiganya di hukum untuk mengecat lapangan sekolah sma bakti mulia, bisa kalian bayangkan se-luas apa lapangannya.

"ribut wae!" satria menendang kaki dimas dan raja.

"nyeri, anying!"

Siswa dan siswi lain sedari tadi menonton aksi mereka bertiga, dari gedung 1 sampai 3 beramai ramai keluar hanya untuk melihat sang pentolan sekolah terkena hukuman.

Jujur satria baru kali ini menerima hukuman gila ini. Bayangin saja di suruh nge-cat lapangan!

Gak waras!

"mau pulang," keluh raja saat melihat murid-murid yang berlalu lalang di koridor dengan tas yang berada di gendongnya masing-masing.

"makannya buruan!" ujar dimas.

"ayo ayo balik balik!"

Satria mengecat asal lapangan dari arah samping maupun depan yang memperlihatkan lapangan itu jadi terlihat makin buruk.

"sat, lo jangan ngacak bego HAHAHA!" seru dimas yang masih senantiasa menyelupkan kuas besar ke dalam tempat cat.

Satria tak mendengar seruan dimas, sumpah ia hanya ingin cepat-cepat pulang!

"pulang dong pulang!"

Seruan dari teman sekelasnya membuat mereka menjadi emosi.

"AWAS LO KALAU KENA HUKUM GUE LEDEKIN BALIK!!" teriak satria menggema.

"RIBUT SINI!" teriak dimas.

Malu, tentu saja karna di saksikan oleh seluruh anak sekolah, apalagi dengan ledekan dari teman sekelasnya.

"sini rek aing bantu teu?" tawar salah satu teman sekelas mereka.

"GAK USAH SOK BAIK LO!"

Teman yang lainnya tertawa mendengar teriakan raja yang di sertai emosi meluap.

♪♪♪

Tepat pukul 6 sore mereka selesai dengan hukumannya. Sekolah sudah sepi hanya ada beberapa penjaga sekolah serta satpam yang sedang mengunci kelas-kelas.

"hayu balik!" seruan itu menyadarkan satria yang terbengong melihat hasil karya cat lapangannya yang tak tahu bentuknya seperti apa.

Ketiganya berjalan bersama di koridor sekolah, sepanjang perjalanan hanya ada gerutuan dan lenguhan dari raja.

"cape banget, gila."

"bener-bener anjir itu guru! Astagfirullah gue liatnya."

Dimas menepuk bahu raja pelan.
"sabarin aja."

Raja menganggukkan kepalanya patuh.
"pasti!"

"image gue sudah tak terbentuk lagi." keluh satria pada kedua temannya.

"ckck, gimana mau perjuangin ini mah!"

"sabar, tunggu takdir yang menjawab." kata raja teguh.

"omong-omong soal jodoh, gue jodohnya entar siapa ya?"

"yang pasti cewe."

"lihat! anda membagongkan sekali."

Satria tertawa mendengar penuturan teman sablengnya.

Saat matanya tak sengaja berkeliaran ke arah parkiran dekat gerbang ia sontak menghentikan langkah kakinya.

Dimas dan raja ikut berhenti, mengikuti arah pandang satria. mereka jadi tau apa penyebab satria tiba-tiba berhenti berjalan.

Disana, renata dengan seorang remaja laki-laki yang tak di kenal tengah berbincang-bincang bersama, apalagi melihat renata yang terus tersenyum membuat hati satria sedikit ngilu.

"yah sat, jangan-jangan itu pacarnya!" celetukan raja tadi mendapat cubitan keras dari dimas.

"aw! Nyeri gobs!"


Satria masih terpaku melihat interaksi keduanya yang terlihat begitu akrab, apalagi melihat dari samping wajah laki-laki itu. Mana dari samping wajahnya sudah terlihat tampan apalagi menghadap depan. Almamater yang di kenakannya membuat kedua mata satria menatapnya detail. Jika di lihat-lihat renata dan remaja laki-laki itu sedikit mirip. Apa ini yang dinamakan jika jodoh wajahnya sama?

Jiwanya sudah iri besar, pasti renata lebih menyukai laki-laki good boy yang dalam artian jauh dibandingkan dengan satria, mana mungkin satria ada dalam list salah satu kategori pilihan pasangan renata nantinya.


Saingan renata pasti jauh lebih baik daripada dirinya yang sering berbuat ulah di sekolah dan tak memiliki prestasi juara akademik sekalipun.

"semangat insecurenya!" kata dimas yang menampilkan cengiran khasnya.

"sialan!" dengus satria, teman-temannya ini selalu meledeknya saja. Di support kek eh malah di katain!

Satria dengan cepat melangkahkan kaki mendahului raja dan juga dimas yang masih terpaku dengan adegan renata dan sosok pria berjas itu.

Cih, Satria jadi iri dan dengki secara bersamaan.

♪♪♪

"satria pulang!"

Melihat rumah sepi membuat satria heran, biasanya bundanya selalu menyambutnya di depan teras rumah.

"bunda!" teriak satria masih mencari di mana sosok wanita paruh baya yang selalu di cintainya.

"Disini!"

Satria mencoba mencari sumber suara bundanya itu.

Saat menuju dapur satria di suguhkan pemandangan bundanya yang sedang mengaduk-aduk adonan kue.

Satria menghampiri lalu mengecup singkat pipi yolanda— bundanya.

"kamu bau, mandi sana!"

Ucapan bundanya membuat satria mencebikkan bibirnya kesal.

"bun, bunda mau tau nggak?"

"gak."

Satria memberenggut kesal, ah bundanya tidak seru!

"bunda mah, gitu ih!" gerutu satria saat tadi mandapat jawaban dari bundanya.

Sedangkan yolanda sudah ingin tertawa di tempat saat melihat raut wajah kesal satria, entah mengerjai satria itu membuatnya sedikit ceria.

"kamu mandi makannya, abis itu kamu baru curhat-curhatan sama bunda." jelas yolanda agar menyuruh satria cepat-cepat membersihkan dirinya.

Satria bangkit dari kursi lalu sejurus kemudian mengecup kembali pipi bundanya.

"SATRIA!! JOROK!"

Suara tawa satria menjadi senyuman kecil yang di dengar oleh yolanda.

Satria itu kuat dan tegar, dan yolanda sangat bersyukur di karuniai anak seperti satria.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang