#chapter 34

344 24 0
                                    

Pulang dari rumah renata, satria segera masuk ke kamarnya. mengunci diri selama 3 hari membuat bunda dan ayahnya mengkhawatirkannya.

“satria kenapa ya?” gumam yolanda menatap sendu pintu kamar atas yang baru saja terkunci.

Yesa menghampiri istrinya itu, mengusap bahunya pelan bermaksud menenangkannya.

“galau kali, bun.” jawab yesa asal.

Yolanda menatap suaminya datar, “kaya kamu dulu ya?”

Ia berjalan ke dapur di ikuti yesa di belakangnya yang senantiasa mengekor istrinya kemana saja.

“kok aku? Gak pernah juga,” elak yesa pada sang istri.

“waktu aku ninggalin kamu kan mamamu langsung telfon aku karna kamu ngurung diri selama 3 hari, sama kaya satria gitu.”

Wajah yesa memerah malu, ketahuan sudah siapa yang paling tersakiti dalam hubungan mereka dulu.

“kan masa lalu, sekarang kamu kan gak kemana-mana.” ia menaikkan kedua alisnya menggoda sang istri.

Yolanda memukul suaminya dengan serbet yang berada di tangannya.

“kamu durhaka loh!”

“suruh siapa ngegoda gitu?”

“istri sendiri masa gak boleh di goda sih?”

“kalau aku goda cewek lain baru kamu..-”

Berikutnya yesa berseru memanggil sang istri yang perlahan mulai menjauh darinya.

“Sayang! Mau kemana?!”

“cari suami baru!”

Sedangkan di sisi lainnya, satria sedang membuka amplop yang di berikan regi padanya.

Suratnya berisi,

Pasti lo nyari kakak gue ya? Sorry, keluarga gue gak ada yang bisa di hubungi karna lagi ada di amrik, Kakek gue meninggal 1 hari yang lalu.

Kalau lo mau tanya kabar renata, dia baik-baik aja. Jangan khawatirin dia, khawatirin gue aja gapapa kok.

Satria berdecih jijik melihat tulisan regi di surat itu, memang di fikirnya satria ini peduli dengan keadaan regi? Tentu tidak!

Kalau mau calling-calling gue nanyain soal renata chat gue ke nomor ini aja, 089*********

Gue tunggu kabar dari lo. Bye sayang 💋

“anjing!” spontan satria terkejut melihat sebuah noda lipstik merah di kertas itu.

Bibir siapa itu yang berani nempel di sana, tak mungkin renata kan? Jika di perhatikan renata tak pernah memakai lipstik setebal itu. Mana ada bekasnya pula.

“anjing, gay?!” satria jadi takut untuk menghubungi regi karna melihat tanda  bibir di surat tadi.

Kembali pada overthinking sore harinya, satria membuka pintu balkon lalu duduk di kursi yang tersedia di sana.

Seragamnya belum diganti bahkan sepatunya masih terbalut sempurna di kakinya.

Ia memandang sunset di hadapannya dengan di temani lagu-lagu bernuansa chill vibes.

Ada yang sama seperti satria? Kalau lagi patah hati langsung tiba-tiba ke balkon saat sunset tiba, dan nyetel lagu-lagu  slowed, parah vibesnya kerasa banget...

Ternyata, cinta pertama itu menyakitkan ya rupanya, ya walau tak semua menyakitkan tapi bagi satria yang baru pertama mengalami, itu sih cukup menyakitkan. 

Semua hubungan tidak selamanya berjalan mulus seperti yang orang lihat. Mereka gak tau aja bahwa satria mati-matian memperjuangkan renata bahkan tahan dengan sikap dinginnya. siapa yang betah jika berada di posisi satria?

Tapi kembali lagi, satria memperjuangkan renata karna memang tulus mencintainya.

♪♪♪


Pulang dari taman tadi, bara langsung mengantarnya pulang, renata mengeluh kepalanya sakit tiba-tiba.

Bara meminta renata untuk beristirahat yang cukup, setelahnya ia pergi meninggalkan renata di depan gerbang rumahnya.

Memasuki kamarnya dengan langkah pelan renata langsung masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan dirinya karna pakaiannya sudah sangat basah terkena air hujan.

Puluhan menit lamanya renata habiskan di kamar mandi dan setelahnya ia kembali berpakaian lalu menatap nanar malam yang masih turun hujan.

Membayangkan jika satria tahu bahwa renata menganggapnya sebagai sosok orang lain apa ia akan menjauhinya?


Masih menatap ke arah yang sama, mata renata perlahan terpejam seketika. Ia bisa merasakannya. Rasanya, menyakitkan.

Satria begitu baik padanya, sedangkan dirinya? Terlalu cuek hingga tak menyadari bahwa satria bisa jadi tak nyaman dengan sikap sialannya itu.

Iya, bagi renata sikap cuek dan ketidakpeduliannya pada sekitar menjadi sikap terburuk yang ia punya. Ia benci dirinya, terlebih dengan sikap cuek yang melekat pada diri renata sejak memasuki masa dewasanya.

Ia ingin kehidupannya dulu kembali, menjadi seseorang yang gampang sekali berbaur dan berteman dengan orang lain. Bahkan, saat dua minggu yang lalu  berkumpul dengan teman semasa SMA-nya, renata di sebut banyak berubah oleh teman-teman terdekatnya. Begitu pula dengan sikapnya yang sangat pendiam.

Wajar sih, manusia memiliki masalah masing-masing yang mengakibatkan orang itu berubah 180° dari dirinya yang dulu, salah satunya renata.

Segera ia berbaring di tempat tidurnya, sebelum itu ia memainkan sesuatu di ponselnya sebentar, mematikan dan menghapus semua akun sosial media juga semua kontak di dalam nomornya. Tak tanggung-tanggung ia melepas kartu dari ponselnya lalu membuangnya asal entah kemana nantinya, ia tak perduli.

Ada yang sama seperti renata? Jika mempunyai masalah pasti pelampiasannya me-non aktifkan semua sosial media maupun yang berhubungan dengan masalah itu sendiri.

Dulu bahkan renata sempat menghapus ratusan foto di dalam galerinya, entah sekarang mengapa ia tak pernah foto di ponselnya, bahkan ponselnya selalu bersih tanpa ada satu gambar apapun yang tersimpan disana.


***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang