Extra chapter 2

734 36 0
                                    

Lelaki itu masih marah, marah dengan acara hari ini yang tidak ada persetujuan apapun darinya.

Satria marah pada semua orang hari ini, walau begitu pertunangan mereka tetap di jalani hingga selesai. Mau tidak mau satria harus memasang wajah sebahagia mungkin dalam hidupnya.

Jangan lupakan cincin yang di beli oleh mami dan bundanya untuk satria dan juga renata.

Itu sangat tidak adil bagi satria. Harga dirinya serasa tercoreng karena dibelikan cincin pertunangan oleh wanita paruh baya yang sering di panggil bunda dan mami.

Bukan, bukan satria menolaknya. Tapi itu sangat aneh saja baginya. Emang yang mau tunangan siapa? Maminya atau bundanya?

Padahal memilih persoalan cincin sudah masuk ke dalam daftar list satria sebulan lalu, satria ingin membelinya berdua dengan Renata. Tapi hal yang tidak terduga membuat lelaki itu dirundung sakit kepala.

"Yes! Udah tunangan, tinggal nikah ya.." Elina begitu bahagia saat acara kedua keluarga kecil itu lancar sesuai yang telah di rencanakan.

"Satria kenapa diam aja?" Regi membuka suara. Ia bingung dengan tingkah satria yang sedari tadi diam saja.

"Ngambek dia gara-gara nggak dikasih tau kalau sekarang mau tunangan."

Mata regi membelak kaget, maminya tidak salah bicara bukan? Tentu saja jika posisinya regi seperti satria ia akan marah karena acara yang di idam-idamkan seumur hidupnya tidak diberi tahu.

"Mami aneh-aneh aja sih! Aku juga kalau jadi satria marah kali, acara tunangan sendiri masa nggak di kasih tau?"

"Kan biar jadi surprise, gi." Jawab maminya enteng. Sedangkan regi sudah menunduk lelah dengan tingkah wanita paruh baya itu.

Satria bangkit dari tempat duduknya tanpa mendengarkan lebih lanjut perkataan mami dan juga bundanya yang ikut menimbrung.

Mood hari ini benar-benar tidak baik, entah kenapa rasanya sedikit ada rasa kecewa di hati satria saat mendengar bahwa hari ini mereka akan bertunangan secara tiba-tiba.

Siap tidak siap, ia harus siap. Bukankah itu yang dirinya mau untuk kedepannya tentang hubungan mereka berdua? Jadi bukannya satria harus bahagia karena sebentar lagi hubungan mereka akan benar-benar diresmikan?

“satria..”

Renata membuka kamar bernuansa monokrom itu dengan pelan, langkahnya membawa perempuan itu ke tepi ranjang. Dimana satria tengah duduk membelakanginya.

“maaf..” ia menunduk saat berada di hadapan satria.

Lelaki itu mendongak, menatap renata yang masih menunduk tanpa ingin melihatnya.

Ditariknya pergelangan tangan perempuan sekaligus tunangannya untuk duduk si sebelahnya.

“aku yang harusnya minta maaf, terlalu ke kanak-kanakan ya?”

“enggak! Ini salah semuanya karena nggak kasih tau kamu soal acara pertunangan kita,”

“kaget nggak?” renata bertanya iseng.

Satria menghela nafasnya seraya menatap sang kekasih dengan tatapan dalamnya.

“kaget lah! Tiba-tiba tunangan dadakan.”

Kekasihnya tertawa, tawanya masih sama seperti beberapa tahun yang lalu.

“aku hari ini senang.” ia mengungkapkan perasaannya pada satria.

“aku..nggak,” satria membalas.

Lagi-lagi tawanya mengalun indah di pendengaran satria.

“ketawa mulu, aku beneran nggak seneng sama hari ini..” lelaki itu berucap dengan nada merajuknya.

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang