#chapter 3

927 70 0
                                    

Satria memasuki cafe milik salah satu temannya, kehadirannya langsung di sambut dengan pekikan suara keras dari teman-temannya.

“dari mana, bro?” tanya Danish— salah satu teman tongkrongannya.

“gue abis antar guru cantik dong!” sombong satria sambil terus memainkan kunci motornya di jari telunjuk lelaki itu, memutarkannya dengan gaya songong.

“siapa?” beo raja tak paham.

“bu renata.” Jawab satria santai lalu duduk di sebelah dimas dan mengambil satu batang rokok di atas meja.

“ngibulnya yang kreatif dikit napa,” sudah satria duga reaksi teman-temannya akan seperti ini.

“kalau nge-halu jangan sombong, sat.” ucap rafa.

Satria melepas rokoknya sebentar lalu mendesis. “ngapain gue ngada-ngada, nggak ada kerjaan amat!”

“itu kaos siapa?” tanya Rafa pada satria.

Satria menunjuk kaos hitam yang di kenakannya, “ini?”

Yang lain mengangguk, menunggu perkataan satria selanjutnya.

“di kasih Bu Renata tadi.”

Semua temannya tertawa, bahkan Dimas langsung menyahut.

“sat, kalau nge-halu jangan dibawa ke dunia nyata dong, segala di pamerin beneran lagi!”

“apaan sih anjing? Orang beneran juga.” lelaki itu kesal dengan kelakuan temannya yang tidak percaya dengan perkataannya.

“bukti nya mana?” tagih raja pada lelaki itu.

Satria mengernyitkan dahinya, “ngapain bukti? Gue antar Bu Renata aja udah jadi bukti paling indah di dalam ingatan gue.”

“jiakh, apa banget?!”

Raja mengangguk seraya tertawa, “iya deh percaya, nanti-nanti kalau nganter guru cantik sekalian foto. Buat bukti autentik kita semua.”

Mata lelaki itu melotot, “dih, ngapain?enggak boleh di bagi-bagi lah!”

“lah, kenapa?”

Satria menggeser bangku yang di dudukinya, “foto gue sama Bu Renata itu privasi, nggak akan gue jadiin tontonan publik!”

Dimas berdecak kesal, “gaya lo, sial. Kayak udah jadian aja sama Bu Renata.”

“coming soon.” satria menyengir lebar.

“terus gimana?” Tanya Danish.

“gimana apanya?” Tanya balik satria.

“lo modusin engak?”

Satria tertawa lalu menggeplak kepala Danish dengan topi milik raja yang tergeletak di atas meja.

“sedikit.”

♪♪♪

Malam harinya satria tak langsung pulang ke rumah melainkan pergi mengunjungi rumah raja.

“assalamualaikum,”

“waalaikumsalam.”

“masuk, sat!”

Satria memang lebih sering bermain bahkan menginap di rumah raja. Alasannya, karena mereka berdua sudah bersahabat sejak kecil. Jadi satria sangat amat dekat dengan raja maupun keluarga lelaki itu.

Alasan satria menginap di rumah raja tidak cuman itu tetapi karena raja sering kesepian, Orang tuanya menetap tinggal di luar negeri sedangkan raja tinggal di bandung bersama nenek dan juga kakek dari ayahnya.

“abah ada?” Tanya satria pada raja.

“ada, di taman belakang. Biasa, urus si alex.”

Alex adalah peliharaan milik winata—kakek raja. Hewan melata yang di pelihara oleh winata sejak ia masih berusia remaja.

“spada!” satria teriak saat sudah berada di taman belakang rumah raja.

Winata menoleh pada sumber suara.
“eh, siapa ini? Gimana kabar, sehat?”

Logat sundanya pasti selalu muncul dari mulut lelaki tua yang sekarang berumur 60-an itu.

“Alhamdulillah sehat, gimana kabar alex?” Tanya satria melirik ular berjenis python yang berada di hadapannya.

“nanyain alex aja nih? abahnya enggak?”

“bercanda, jangan baper bah!” gurau satria.

“iya iya, abah juga bercanda,”

“kabar baik, tuh liat si alex makin gede!” tunjuk winata pada hewan kesayangannya.

“iya ya? Perasaan dulu mah masih segede tangan satria. Sekarang udah bisa lilit orang tuh kayaknya!”

“iya udah bisa lilit, tapi enggak manusia juga. Kemarin alex baru lilit ayam kampung pak badruh.” ujar winata yang sekarang sudah duduk di teras taman belakang.

“pak badruh? Yang juragan ayam itu?”

Winata mengangguk. “iya, tau tuh ayamnya bisa nyasar ke sini.”

Keduanya berbincang ria seperti biasanya, banyak yang satria dan Winata bicarakan bersama. Sampai sebuah suara mengentikan kegiatan mereka.

“misi brader!” raja nyelonong lewat di antara winata dan satria.

“itu apaan ja?” tanya satria menunjuk kantong besar yang berada di kedua tangan raja.

“santet, mau coba?” tawar raja dengan tampang tak berdosanya.

Spontan satria menendang tulang kering raja, raja sudah pasti mengadu kesakitan.

“anjing lo, sat!” maki raja refleks.

sungutmu itu loh! Ajaran siapa?” tegur winata pada raja.

Raja menyengir lalu menjawab.

“ajaran abah!”

Detik berikutnya raja berlari menuju kandang alex berada.

“cucu durhaka!” teriak winata pada raja yang sudah jauh dari hadapannya.

Raja tertawa terpingkal-pingkal. Dalam hati senang sekali mengerjai orang tua berumur seperti kakeknya.

“Sangat berdosa.” Gumam satria. Lalu pergi berpamitan pada winata untuk menyusul raja.

“ja,” panggil satria saat keduanya sedang bersandar di ranjang yang sama.

“hm?” gumam raja sedikit mengantuk. Di ambilnya ponsel di sebelah nakas untuk melihat pukul berapa sekarang.

“ayah kapan pulang ya?”

Raja menoleh cepat pada satria.

“sat?” ucap raja yang sekarang terus memperhatikan gerak-gerik satria yang tengah melamun.

“gue kangen, sama ayah.” ucapan lirih itu membuat raja sedikit mendongak ke atas.

Satria yang malang, raja melihat sisi baru dari satria akhirnya. Sejak lama, sejak di bangku sekolah dasar lelaki itu selalu bersedih jika menyangkut soal ayahnya.

Raja bergerak maju dan melangkahkan kakinya menuju pinggir ranjang, “semua baik-baik aja.”

“ayah lo masih kerja, masih cari uang buat terus biayain bunda sama lo.” raja menepuk pelan bahu satria.

Tubuh yang tadinya menegang itu perlahan mulai menurun, satria butuh sosok yang terus memperhatikannya setiap saat. Bukan bundanya, melainkan sosok orang yang mengerti penuh keadaannya lebih dari orang tuanya.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang