#chapter 13

538 31 0
                                    

Satria memasuki kelas dengan langkah kaki santainya, di ikuti kedua temannya di belakang, ya siapa lagi kalau bukan dua dugong itu, Raja dan juga dimas.

"satria, piket!" salah satu teman perempuan kelasnya menyerukan nama satria saat satria sudah duduk di bangku kesayangannya.

"males ah, nanti weh!"

"enggak mau tau, aing aduin ke pak mahmud, buruan piket!" ancam mimi dengan bola mata besar melototnya.

Raja bergidik melihat bola mata mimi yang besar melebihi bola pingpong.

"jiga jurig nya?" katanya sambil terus memperhatikan mimi yang masih melotot ke arah satria karna mendengar penolakannya.

(kayak setan ya?)

"jurig naon eta teh? Anu matana gede?" tanya dimas, mencoba mengingat-ingat makhluk yang dulu viral itu.

(setan apa sih, yang matanya gede?)

"naon?"

"gue nanya ke lo! Itu setan apa sih namanya yang matanya gede itu?"

"kuyang?"

"bukan!"

"kuyang mana ada matanya melotot,"

"adain aja."

"emang maneh geus pernah nempo kuyang?"

(emang lo udah pernah liat kuyang?)

"enggak lah! Jangan sampe, mit-amit jibang orok."

"terus setan apa ya namanya?"

"selendrina?"

Raja tergelak, dipikir permainan apa?

"mana ada atuh anying, otak lo harus di cuci noh!"

"otak gue enggak sudi di cuci, sukanya di loundry biar harum semerbak."

"bacot deh sia boy!"

Raja masih terus berfikir, satu temannya disana masih memperhatikannya dengan tatapan jengah.

"setan apa ya?" raja bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Setaunya dia inget, tapi tiba-tiba lupa.

"geus lah, aing poho! Enggak inget gue setan apaan!"

(udah lah, gue lupa!)

"jadi mikirin setan, anying!"

Satria kembali kebangkunya saat usai piket tadi, gini-gini juga satria nurut! Enggak bebal kaya teman-teman laki kelasannya.

"cepet amat?" heran raja, baru saja ia lihat satria berdiri untuk piket eh sekarang udah duduk aja.

"buang sampah doang,"

"atuh itu mah bukan piket!"

"piket lah! Kan buang sampah sama aja bantu-bantu bebersih." elak satria, tolong jelaskan padanya. Buang sampah salah satu piket kan? Ya walaupun hanya sampah di kolong mejanya saja yang di buang.

"seterah lah,"

"terserah, sat. Biasakan bicara sesuai kamus KBBI." peringat dimas padanya.

Guru masih belum datang, murid yang lain kebanyakan masih piket atau hanya sekedar bermain ponsel di kelasnya. Bel juga masih ada 15 menit lagi untuk masuk.

"keluar, hayuk!" ajak dimas yang sekarang tengah mengeluarkan dua kancing baju seragamnya disusul dengan mengacak-acak rambutnya.

"ayo!" satria berjalan meninggalkan raja yang masih di dalam kelas.

"eh, tungguin!"

♪♪♪

"terpesona aku terpesona!" raja menyanyi saat mereka tiba di koridor sekolah.

"nggak usah nyanyi! Suara lo bikin kuping gue infeksi," ucap dimas pedas. Suara raja itu nggak baik untuk di dengar karena nada bicaranya yang begitu cempreng.

"memandang, memandang wajahmu....."

"yang...."

Nyanyian raja terhenti kala dimas lebih dulu meneriakinya lewat telinganya.

"PAIT!!!"

"anjing, langsung budeg!" cepat-cepat raja meniupkan tangannya ke arah telinga saat teriakan dimas memenuhi gendang telinganya.

"sialan," umpat raja karna melihat dimas tertawa puas atas penderitaannya.

"terpesona tuh liat itu dong!" seru satria karna melihat renata yang berjalan dari gerbang sekolah menuju koridor.

"sial, aku terpesona..."

Rambut yang bertebrangan tertiup angin membuat siapa saja senyum-senyum sendiri melihatnya.

"ah itumah kelewat manis!" gemas satria.

"aihh! Salting maneh mah!" ujar dimas saat melihat satria meng-gigit bibir merahnya dalam.

"aduh gue nggak bisa berkata-kata!" dimas yang notabennya sangat menyukai perempuan tentu langsung terpesona sama halnya dengan satria.

Satria masih tersenyum lebar melihat bagaimana renata menyapa guru-guru senior yang lewat. Lihat bagaimana santunnya dia?

"bun, sisain mantu 1 kaya bu renata." gumam nya seraya memanggil nama bundanya dari jauh.

Tak sengaja tatapan renata jatuh pada satria yang sejak tadi memperlihatkannya.

Senyum tipis ia berikan untuk murid laki-laki berandalan di sekolah ini.

Mata satria melotot terbuka, dengan bibir yang sudah kelewat lebar.

"ih, mau mati!"

"oksigen tolong, dong!"

"nino nino nino, ambulan datang!!"

Satria melotot melihat kelakuan temannya yang gila.

"jauh-jauh lo, nggak jelas banget tiba-tiba ambulan!"

"merusak suasana aja sih, anjing!"

"eta mulut!" hardik dimas dan raja bersamaan.

"apa?"

"kenapa mulut gue? Sexy? Iya? Oh jelas!"

"ini itu karena sudah pernah di belai, makannya merah!" kata-kata satria membuat kedua temannya melongo tak percaya.

Sial, apakah sekarang satria sudah lebih brengsek darinya? Fikir dimas ngawur.

"DI BELAI SAMA SIAPA WOI?!" teriak dimas dan raja bersamaan saat satria sudah kembali beranjak menuju kelas.

Salah jika satria tak mendengar teriakan ke dua dugong itu, lihatlah sekarang satria ingin menjahili keduanya.

"BU RENATA DONG!!"

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang