#chapter 1

1.7K 99 0
                                    

Hari senin nyatanya memang hari yang paling di benci semua murid SMA BAKTI MULIA.

Tak heran, karena diadakannya upacara bendera setiap hari senin membuat para siswa/siswa nakal menjadi bahan bulanan anak-anak osis.

Hari pertama sekolah selama berlibur 2 minggu lamanya ternyata tidak terasa menyenangkan.

Begitu juga dengan satria dan kedua temannya, raja dan dimas. Raja yang menjadi anggota osis di sekolahnya dan dimas yang sering menjadi target mingguan guru bk.

“sumpah, gue gak bawa dasi ja!” satria panik saat guru piket menyuruh semua murid kelas 12 untuk segera pergi menuju lapangan sekolah.

Raja yang hafal dengan tabiat satria segera mengeluarkan dasi yang di buntalkan menjadi kecil dalam saku celana sekolahnya.

“seperti biasa, traktir kantin jangan lupa.”
Raja menepuk pelan bahu satria saat lelaki itu pamit undur diri karena ada tugas untuk anggota osis lainnya.

“dim, aman?” satria bertanya pada dimas disebelahnya, lelaki itu tampak sibuk mengecek pakaiannya sendiri.

“bet gue lengkap enggak, sat?” dimas bertanya sambil terus melihat dimana letak bet sekolahnya, satria ikut melihat apa yang dimas sibukkan sedari tadi.

“masih kelas 10, gila!” satria bedecak kagum melihat bet kelas 10 milik dimas yang masih utuh di seragamnya.

“tuh kan! Si mimi ngamuk nih abis ini.” dimas berseru kesal, padahal jauh-jauh hari ia sudah bersemangat masuk sekolah karena adanya para adik kelas baru.
Terpaksa, ia berjalan ke arah barat dimana letak murid yang tidak teladan di hukum para osis.

Lelaki bernama satria itu tertawa keras saat melihat raut wajah temannya yang sudah gondok sendiri. Mana ia di beri hukuman oleh teman dekatnya, yaitu raja.

“silahkan yang tidak memakai bet lengkap, dasi, gesper, maupun topi, pindah ke sebelah barat!” itu suara guru bk di sekolahnya, namanya bu mimi— guru yang tidak disukai para murid nakal tentunya.

30 menit berlalu, upacara bendera telah selesai. Semua para angkatan kembali ke gedung sekolahnya masing-masing. Satria bersama kedua temannya langsung melangkah masuk ke dalam kelas barunya.

“gue duduk di belakang pojok, deket tembok!” dimas lebih dulu bersuara saat pembagian tempat duduk di laksanakan acak oleh teman kelasnya.

“dih, enggak boleh request!”

“apaan sih lo mi! Ngikut-ngikut aja!” raja juga berseru tak suka pada salah satu teman sekelasnya yang bernama mimi. Namanya memang sama dengan nama guru bk disini.

“bacot bener! Uang kas kelas 11 mana?! Enggak di lunas-lunasin!” mimi berseru tak kalah kerasnya pada raja dan juga dimas.

“yaelah, perhitungan amat lo mi. Nanti juga bendaharanya bukan elo lagi kali.” ujar satria segera duduk di bangkunya.

“lo duduk di mana, sat?” tanya raja.

Satria mengedarkan pandangnya ke penjuru kelas barunya yang akan di tempati selama 1 tahun terakhir.

“sabeb, mau duduk sama gue?”

Raja mengangguk menjawab pertanyaan dari satria, “depan si dimas aja, sat.”

♪♪♪

Derap langkah dari sepasang sepatu di luar kelas menyita perhatian seluruh kelas 12 MIPA. Cepat-cepat salah satu teman sekelasnya memberitahukan bahwa hari ini ada mata pelajaran bahasa inggris di jam pertama setelah upacara selesai diselenggarakan.

“kok lo enggak ada konfir sama sekali sih, mik?!” Ridwan protes pada mika, selaku sekretaris kelas 11 dulu. Mereka sebenarnya masih satu kelas utuh dari awal masuk sekolah. Kelas 10 sampai dengan kelas 12 tak pernah pisah sekalipun, kecuali pindah kelas.

“good morning, everyone!” wanita berpakaian blazer hitam yang sering di gunakan oleh guru-guru disini berseru pada semua anak murid di kelas.

“morning, miss!” balas semua murid kompak, tanpa ada yang tertinggal satupun.

Namanya, Renata Davidson.

Salah satu dari 30 murid disini secara terang-terangan sering menggodanya. Orang itu adalah satria.

“ibu cantik! Kemana aja? Sekalinya masuk makin tambah glowing semriwing!” satria berteriak heboh di bangku paling belakang.

Guru datar nan dingin itu menatap seseorang yang sudah mengganggu aktivitas mengajarnya di pagi hari dengan tatapan dingin.

“nggak usah sok asik kamu.” balas renata sinis, sontak semua kelas tertawa mendengar balasan dari renata.

“makannya sat, selera lo turunin dikit kek. Itu guru mana mau sama elo?!” dimas berkata sambil terus menertawakannya.

Satria membalikan badannya, menatap dimas yang sepertinya merasa puas dengan ejekan teman yang lainnya.

“liat aja nanti, gue bakal dapetin bu Renata. Kalau sampe beneran gue jadian sama dia, gue doa'in lo punya anak duluan!”

Dimas makin tertawa mendengar penuturan satria yang ngawur.

“apaan banget dah, sat. Kalau bener itu juga kan?”

“lagian kalau gue punya anak duluan, gue pengen anak gue jadinya bule. Kayak Bu Renata gitu, blasteran.” Dimas tersenyum di akhir kalimat.

Satu temannya asik memperhatikan perdebatan keduanya sampai selesai. Diam-diam raja merekam aksi keduanya yang tengah berdebat panjang. Siapa tau yang ia rekam nanti kejadian lagi di masa depan? Takdir mana ada yang tahu.

Sampai sebuah suara menginterupsi mereka dengan dinginnya.

“itu yang di pojok sana! Bisa tolong maju? Jelaskan apa yang saya bicarakan tadi.”

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang