#chapter 48

552 30 0
                                    

“tadi naik apa kesini?” satria bertanya pada renata yang berada di sampingnya.

Mata perempuan itu mengerjap pelan karena sepertinya ia mulai mengantuk. “taxi, kenapa?” tanya renata.

Lelaki itu menggeleng, sebenarnya ia ingin menawarkan renata untuk pulang bersama, dikarenakan malam sudah larut sekali.

“saya anterin?” tawar satria pada akhirnya. Melihat mata renata yang tak berhenti mengerjap terus menerus membuatnya tersenyum geli. Ternyata perempuan itu tengah menahan kantuknya.

“eh, jangan. Saya bisa pesan taxi sekarang kok.” renata cepat-cepat mengambil ponsel dari isi tas selempang yang dikenakannya.

Sebelum mengeluarkan ponselnya cekalan tangan menangkap jari-jemari renata lebih dulu.

“udah, pulang sama saya aja. Udah malam gini takutnya kenapa-napa nanti.” satria masih memegang sebelah pergelangan tangan perempuan itu tanpa berniat melepasnya.

Sampai menuju parkiran mobil satria tak kunjung melepas genggamannya dari tangan renata.

Sedangkan renata dibuat kaget karena sudah lama sekali rasanya tidak pernah saling menggenggam dengan lawan jenisnya.

“ayo, masuk. Kok bengong?” satria sudah berdiri di sebelah pintu sebelah kiri mobil.

Dan sejak kapan renata baru menyadari jika satria sudah melepaskan genggaman tangannya dari tadi.

Tanpa disadari renata meniliti pergelangan tangan yang tadi di genggam hangat oleh lelaki itu.

“masuk dulu, nanti di pegang lagi.” dia tertawa melihat arah pandang renata yang turun ke arah pergelangan tangan satunya.

Lelaki itu tersenyum gemas melihat tingkahnya, dengan segera satria menggenggam kembali tangan renata pada yang satunya.

“harus di pegangin dulu ya? Baru mau masuk.”

♪♪♪

“mau masuk dulu?” renata menawarkan lelaki itu saat baru sampai di pintu apartementnya.

“iya, mau numpang ke kamar mandi. Kebelet dari tadi.” renata tertawa mendengar kalimat yang keluar dari mulut satria. Segera perempuan itu memasukan kode password di sebelah pintu apartement.

Pintu apartement terbuka, renata langsung menyuruh satria mengikuti langkahnya yang perlahan mulai masuk ke dalam apartement.

“saya tinggal dulu ya, kalau ada apa-apa teriak aja.”

Usai mengatakan itu renata segera pergi menjauhi satria yang sudah masuk kedalam toilet.

Di sisi lain, renata tengah membuat sesuatu di dapur. Sebenarnya renata jika malam-malam begini selalu lapar. Dan karena waktunya sudah larut malam gejala itu selalu timbul tanpa diminta.

“masak apa?” lelaki itu kepo, iseng satria segera menempatkan diri di samping renata.

“mau saya bantuin nggak?”

“bisa?” ejek renata.

Mata satria menyipit menatap renata.
“yah, ngeremehin.”

“hahaha, bukan gitu! Yaudah ayo bantuin.” tawanya mengudara karena tatapan mata satria yang begitu menawan menatapnya.

Di sela-sela menyiapkan makanan untuk mereka berdua, satria beberapa kali bertanya.

“kalau makan malam jam segini, nggak takut gendut?” satria menatap jam yang terletak di tengah-tengah tembok dapur.

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang